Chapter 3: "D" is..

17.5K 1.8K 95
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

Febrian terpaku setelah mengetahui nama tersebut merupakan nama yang sama persis dengan adiknya yang telah meninggal empat tahun yang lalu.

Dengan cepat Febrian berjalan meninggalkan aula dengan Dio yang masih berada dalam gendongnya, bahkan pria itu memeluk Dio dengan sangat erat hingga melupakan bahwa tubuh kecil itu banyak sekali lebam yang membiru sehingga membuat Dio meringis dengan mata yang hampir menangis karena rasa takut sekaligus menahan rasa sakit di tubuhnya.

' Dio tidak boleh menangis ' rapal Dio berkali-kali di dalam hati.

"TUNGGU TUAN FEBRIAN YANG TERHORMAT!" Teriak Mauna dan hal ini sontak menghentikan langkah Febrian.

Wanita itu tergopoh-gopoh mendekati Febrian dan menatap sengit kearah Dio yang kebetulan wajah anak kecil itu berhadapan dengannya.

"Mau kau bawa kemana anak itu?"

"Aku ingin membawanya pergi karena dia adalah adikku!"

"Tidak ada bukti maka kau tidak bisa membawanya dari sini! Lagipula surat adopsi sedikit lama mengurusnya, kalau kau memang pria yang mentaati aturan tinggalkan anak itu disini! Bawa bukti kalau memang dia adalah adikmu!" Ucap Mauna dan hal ini membuat Febrian memejamkan matanya sejenak dengan letupan amarah yang tak tertahankan.

"Kau tau siapa aku?"

"Kita berbicara aturan!" Mauna tidak mau kalah walaupun sebenarnya nyawanya terancam bahkan seperti tidak ada harapan untuk kedepannya ia seperti apa.

Sedangkan para staff dan dokter lainnya terdiam karena bingung apa yang terjadi sebenarnya sampai membuat Febrian terlihat sangat marah. Mereka juga tidak ingin ikut campur jika ketua mereka sudah marah hal ini membuat karir mereka bisa hancur.

Begitu berkuasanya seorang Febrian!

"Fine! Jika dia memang adikku. Aku tidak akan membuatmu hidup tenang!" Ucap Febrian sambil menurunkan Dio yang sedari tadi hanya terdiam tak berkutik.

Febrian menatap anak laki-laki tersebut dengan tatapan lembutnya dan mengambil sehelai rambut Dio, tangannya tanpa sadar mengusap pelan puncak kepala Dio.

"Tunggulah kakak, kau pasti akan aku bawa dari tempat ini" ucap Febrian namun hal itu justru membuat Dio semakin ingin menangis mengingat jika ia ditinggalkan oleh pria itu. Ia tidak tau apa yang terjadi kedepannya.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Febrian membalikkan badannya kearah Mauna dengan tatapan dinginnya, pria itu menyeringai.

"Adikku atau bukan, aku akan tetap membawanya dari sini. Buatkan surat adopsinya yang kau inginkan itu secepatnya sebelum hasil tes DNA keluar!" Ucap Febrian lalu dengan hati yang berat pria itu memaksakan diri berjalan meninggalkan tempat tersebut. Ia tidak tega melihat tatapan Dio yang begitu sedih ketika ia meninggalkan tempat tersebut.

I'm Dio! (TERBIT)Where stories live. Discover now