Chapter 2: Blue Eyes

16.7K 2K 32
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

Dio tersenyum tipis menikmati udara yang begitu menyegarkan pagi ini. Tepat pukul enam pagi, anak bertubuh mungil itu rela mandi cepat agar teman-teman pantinya tidak terganggung. Karena jika mandi bersama yang ada hanya umpatan kasar yang ia dengar dan sudah pasti ibu panti akan marah. Maka dari itu, menghindar adalah solusi yang terpikirkan oleh Dio.

Hari ini Dio mengenakan kaos coklat tua dipadukan celana dibawah lutut dengan warna senada. Kaki mungilnya melangkah dengan cepat keluar dari rumah panti menuju rumah kakek kemarin.

Tubuh yang mengigil menahan hawa dingin yang menembus kulit tubuhnya. Ditambah semalam dia hanya memakan roti. Sehingga sepanjang menuju rumah sang kakek penjual koran, anak kecil itu meringis menahan perih diperutnya.

Bersyukurlah jarak rumah panti menuju rumah sang kakek tidak membutuhkan waktu lama. Sehingga sekarang Dio telah sampai di tempat tujuannya.

Tok..

Tok..

"Kakek.. Ini Dio!" seru Dio seraya mengetuk pintu kayu yang sudah cukup tua itu.

Kriett...

Pintu kayu itu terbuka dan orang yang di panggil Dio sudah berdiri di depan pintu. Anak kecil itu tersenyum menatap sang kakek.

"Hali ini Dio sudah siap, mana kolannya kek?" Tanya Dio dengan mengulurkan kedua tangan mungilnya kearah kakek seakan siap menyambut koran-koran yang akan ia jajakan.

Kakek tersenyum gemas melihat kelakuan lucu Dio saat ini. Matanya berbinar setelah sang kakek mengambil koran-koran tersebut.

"Dio sudah sarapan?" Tanya sang kakek sebelum memberikan koran-koran tersebut. Dirinya memastikan bahwa anak kecil itu baik-baik saja. Karena semakin kesini anak kecil ini terlihat lebih kurus dan tak terurus.

"Sudah kakek" ucap Dio sambil tersenyum agar sang kakek percaya dengan ucapannya.

"Ya sudah, ini kakek ada sedikit roti. Siapa tahu Dio ingin makan lagi. Jangan dipaksakan ya bekerjanya! Jam sembilan harus balik kesini. Jangan seperti kemarin" ujar sang kakek dan respon yang diberikan Dio hanya anggukan kepala serta menerima roti yang diberikan kakek.

"Telima kasih kakek, semoga kolan hari ini banyak dibeli olang" ucap Dio.

"Semoga Dio" sahut sang kakek. Setelah itu Dio meninggalkan rumah sang kakek dan menuju tempat yang sering ia singgahi tepatnya di daerah lampu lalu lintas atau sekedar di halte bus. Karena dua tempat itulah sumber uang yang Dio ketahui.

I'm Dio! (TERBIT)Where stories live. Discover now