1/1

846 94 76
                                    

Kata orang-orang, pernikahan akan berhasil jika si pelaku sudah sama-sama dewasa dan mapan. Namun hal ini tidak berlaku bagi Joanna dan Mega. Karena mereka sudah memenuhi dua kriteria di atas, namun masih saja dilanda masalah besar yang mungkin akan berujung pada perceraian.

"Kalau saja tidak ada Malvin, aku pasti sudah lama bercerai dengan orang ini!"

Pekik Joanna setelah tiba di tempat kerja. Di bangunan lantai dua milik Teressa. Karena dia memang bekerja di sana. Sebagai akuntan di butik si sahabat.

"Kali ini masalah apa lagi?"

Tanya Teressa yang baru saja membuat kopi hangat. Dia langsung mendekati Joanna yang sudah melepas coat hitam. Lalu menghidupkan komputer dan mengunyah sebutir paracetamol dari laci meja kerja.

"Dia mau dinas ke Bali selama satu minggu! Padahal dia tahu kalau Mbak Sumi cuti 15 hari mulai besok pagi! Aku juga tidak mungkin bisa mengurus Malvin sendiri! Jarak sekolah dan kantor jauh sekali! Belum lagi mencari day care di dekat sini!"

Ucap Joanna setelah menelan paracetamol hingga tandas. Sampai Darla yang baru saja datang langsung memberikan botol air minumnya. Sebab dia tahu kebiasaan aneh si partner kerja yang suka mengunyah obat jika tidak ada air di sekitar.

"Mega juga pasti sudah mempertimbangkan hal ini, Jo."

"Tidak, Darl! Posisi Mega sudah cukup tinggi! Aku yakin dia pasti bisa memilih mana proyek yang bisa dihandle sendiri dan mana yang bisa dilimpahkan pada orang lain!"

Joanna mengembalikan botor air Darla yang isinya tinggal setengah. Dia juga tampak mengedipkan mata karena merasa sedang kelilipan. Hingga Teressa mendekatkan wajah guna meniupnya.

"Ya sudah, lah! Nanti bawa Malvin ke kantor saja. Masukkan ke ruanganku supaya tidak mengganggu orang-orang di luar."

Ucap Teressa tiba-tiba. Hal itu tentu saja seperti angin segar bagi Joanna. Sebab dia tidak perlu khawatir karena anaknya diasuh oleh orang yang tidak dikenal.

"Kamu serius?"

"Iya! Santai saja!"

"Tapi sama saja, aku akan bolak-balik menjemput Malvin di sekolah. Ini pasti akan memakan banyak waktu di jalan."

"Tunangan sepupuku kepala sekolah di yayasan tempat Malvin belajar. Nanti kuminta saja dia mengirim orang untuk mengantar Malvin ke kantor. Dia baik, kok! Tenang saja! Pasti bisa!"

Darla langsung mengutak-atik ponselnya. Sedangkan Joanna mulai tersenyum lega. Bersyukur karena memiliki sahabat yang sangat peduli padanya.

"Terima kasih, ya? Aku sangat bersyukur karena punya kalian! Aku tidak tahu apa jadinya aku jika tidak ada kalian!"

Joanna memeluk Teressa dan Darla bersamaan. Sebab mereka memang sudah bersahabat sejak lama. Sejak SMA hingga sama-sama berusia tiga puluh tiga.

Di tempat lain, pria tinggi berlesung pipi tampak baru saja selesai rapat. Lalu kembali ke ruangan dan mendapati ibunya yang sudah berada di sana. Duduk di kursi kebesaran sembari mengutak-atik laptopnya.

"Mama sedang apa?"

"Just checking something. Kenapa password yang kau pakai sama semua? Tanggal lahir pernikahan Mama dan Papa di semua akun sosial media yang kau punya! Dan lagi, apa-apaan ini? Kenapa tidak ada perempuan yang kau goda, sih!? Usiamu sudah 35 tahun Jeffrey! Mama jadi takut karena tidak pernah melihatmu membuat masalah sebelum menikah tahun ini!"

Jeffrey terkekeh pelan. Dia mendekati ibunya yang sedang membuka pesan di aplikasi Facebook dan Instagram. Di akun yang dibuat sejak kelas satu SMA.

"Nanti kalau aku buat masalah, Mama yang kerepotan! Ayo makan siang! Mama mau makan apa?"

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang