6/6

311 79 149
                                    

Hari ini hari minggu. Joanna dan Mega sedang berkolaborasi membuat sarapan. Sedangkan Malvin masih menonton televisi sejak jam lima. Karena anak itu tidur awal dan bangun lebih awal juga.

"Malvin! Ayo sarapan, Sayang! Masakannya sudah matang!"

Malvin langsung melompat dari sofa. Lalu berjalan cepat menuju ruang makan. Duduk di kursi yang ada di tengah-tengah orang tuanya. Sebab memang di situ tempatnya.

"Terima kasih Mama Papa!"

Joanna dan Mega tersenyum saja. Lalu mulai sarapan bersama si anak. Mereka juga sempat bercanda seperti biasa. Hingga akhirnya bel berbunyi tiba-tiba.

"Biar aku saja!"

Mega menahan Joanna agar tetap makan. Kemudian keluar rumah untuk memeriksa. Agak lama, membuat Joanna yang penasaran langsung ikut bangkit dan berniat menyusul suaminya.

"Siapa?"

Tanya Joanna saat Mega berjalan ke arahnya. Dengan wajah kebingungan. Entah karena apa.

"Orang kesasar. Ayo makan lagi!"

Mega merangkul istrinya. Mereka kembali melanjutkan sarapan. Hingga selesai dan mereka bersatai di ruang tengah. Menonton kartun kesukaan anaknya. Karena untuk bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian sudah Joanna dan Mega kerjakan saat jam tiga. Tidak heran jika mereka mulai mengantuk sekarang.

"Siapa lagi?"

Joanna berniat bangkit dari sofa. Namun Mega mencegah. Meminta istrinya tetap menemani Malvin saja.

"Aku saja!"

Mega langsung keluar rumah. Membuka gerbang dan mendapati Rosa yang ada di sana. Dia mengatakan jika Jeffrey membatalkan pernikahan karena menyukai istrinya.

"Jangan bercanda!"

Mega menertawakan Rosa. Karena merasa jika wanita ini agak gila. Sebab Mega tahu Jeffrey seperti apa. Dia anak baik-baik dan tidak mungkin berbuat hal yang bertentangan dengan norma.

"Lihat saja kalau tidak percaya!!!"

Rosa memberikan map coklat yang berisi foto-foto Jeffrey bersama istri dan anaknya. Mereka jelas tampak bahagia. Karena sudah akrab.

"Aku yang meminta istriku mentraktir makan Jeffrey. Kenapa? Apa yang salah? Aku hanya ingin sedikit membalas budi karena Jeffrey telah berbaik hati mengantar Malvin. Rosa, jangan salahkan orang lain! Kalau pernikahan kalian gagal, itu salah kalian! Bukan salah istriku! Jadi jangan tarik keluargaku dalam masalahmu! "

Setelah mengatakan itu, Mega langsung memasuki rumah kembali. Lalu membuang ke tempat sampah foto-foto tadi. Karena dia memang tidak memiliki feeling buruk pada Jeffrey sama sekali. Sebab dia sudah kenal pria ini sejak SMA hingga saat ini.

"Siapa?"

"Orang gila!"

Mega langsung mengambil air di kulkas. Lalu meminumnya hingga tandas. Kemudian bergabung bersama istri dan anaknya yang sedang menonton televisi bersama.

Mereka ketiduran sampai melewatkan makan siang. Joanna yang bangun terlebih dulu karena ponselnya bergetar. Ada panggilan datang dari Darla yang entah karena apa tiba-tiba saja menelepon dirinya.

"Halo? Darla? Ada apa?"

Teressa dilarikan ke rumah sakit! Dia kecelakaan!

Joanna yang mendengar itu langsung membangunkan suaminya. Mengatakan jika dia akan ke rumah sakit sebentar. Naik taksi karena mobil suaminya masih tertinggal di parkiran kantor sejak dua hari sebelumnya.

"Makan malam pesan saja, ya? Aku ke rumah sakit sebentar! Aku pulang sekalian ambil mobil juga!"

Setelah bersiap, Joanna mengecup pipi Malvin dan Mega bergantian. Lalu berlari keluar rumah. Sebab Teressa memang tidak memiliki siapa-siapa selain dia dan Darla. Mengingat dia belum menikah, sama seperti Darla. Bedanya, Darla masih memiliki orang tua lengkap. Sedangkan Teressa tidak.

3. 00 PM

Setibanya di rumah sakit, Joanna terkejut saat melihat Darla dan Jeffrey yang sudah bersimbah darah di lorong rumah sakit. Di pakaian masing-masing. Sebab mereka yang membawa Teressa ke rumah sakit.

"Bagaimana bisa?"

Darla langsung memeluk Joanna. Dengan air mata yang mengucur deras. Joanna juga sama. Dia membalas pelukan Darla, tidak peduli jika bajunya ikut kotor sekarang.

"Teressa sedang mengantarku ke rumah Tante Jessica, tapi saat sampai belokan, ada truk besar yang menghantam dari belakang."

Joanna yang mendengar itu langsung lemas. Dia benar-benar takut sekarang. Takut Teressa tidak bisa selamat. Mengingat kata Darla, Teressa tidak memakai sabuk pengaman dan mengucurkan banyak darah di kepala.

8. 30 PM

Sudah lima jam lebih Joanna berada di rumah sakit. Saat ini dia sedang menunggu sendiri. Sebab Darla dan Jeffrey sedang berada di kantor polisi. Guna memberi keterangan sebagai saksi.

"Iya, satu jam lagi aku pulang. Belum aku ambil. Aku masih di rumah sakit. Kamu dan Malvin sudah makan? Syukur lah, kalau begitu aku matikan, ya? Iya, I love you too, Sayang!"

Joanna langsung menutup ponselnya. Lalu menatap Jeffrey yang baru saja datang. Dia membawa air dingin untuknya. Dengan tutup yang baru saja dibuka.

"Terima kasih!"

Jeffrey mengangguk kecil. Lalu menatap Joanna yang sudah meminum air pemberiannya saat ini. Kemudian mengatakan sesuatu yang membuat wanita ini terkejut setengah mati.

"Kamu yakin Mega setia padamu?"

"Apa maksudmu?"

Joanna menukikkan alisnya. Menatap Jeffrey yang tiba-tiba saja berkata demikian. Lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana.

"Aku menemukan ini di dalam mobil Teressa."

Joanna menyentuh cincin emas yang baru saja Jeffrey berikan. Cincin yang mirip dengan miliknya namun berukuran lebih besar. Di dalamnya juga terdapat ukiran nama Joanna dan Mega. Sehingga jelas jika cincin itu milik suaminya.

"Aku tidak mengatakan pada siapapun saat menemukan ini. Karena aku rasa, kamu yang berhak mencari tahu sendiri."

Joanna takut dalam hati. Namun dia berusaha senyum saat ini. Denial akan segala pikrian negatif yang dimiliki.

"Mega mungkin tidak sengaja menjatuhkan ini saat bertemu dengan salah satu dari mereka. Aku pamit, sekarang! Darla sudah datang!"

Joanna langsung bangkit dari duduknya. Pamit pada Darla karena dia harus mengurus suami dan anaknya di rumah. Sehingga dia tidak bisa berlama-lama di sana.

"Besok pagi aku yang akan berjaga. Aku pulang dulu sekarang."

"Iya, hati-hati di jalan!"

Joanna mengangguk singkat. Lalu menaiki taksi yang ada di sekitar. Menuju kator guna mengambil mobil suaminya.

Satu jam kemudian Joanna tiba di rumah. Dia tentu hanya disambut oleh Mega. Karena anaknya sudah terlelap.

"Bagaimana keadaan Teressa?"

"Cukup parah, dia masih koma."

Joanna menuju kamar. Karena berniat langsung membersihkan badan. Sebab bajunya masih bau darah meskipun sudah berkali-kali dibersihkan menggunakan air keran.

Ketika melepas pakaian, Joanna ingat jika cincin Mega masih ada di saku celana. Diam-diam dia menyimpan benda ini di wadah pembalutnya. Agar suaminya tidak menemukan.

Setelah mandi, Joanna langsung memakai baju ganti yang sudah disiapkan oleh si suami. Lalu berdiam diri di depan cermin. Cukup lama sebelum akhirnya menaiki ranjang dan meraih kedua tangan pria ini.

"Di mana cincinmu?"

Mega jelas panik sekarang. Sebab baru sadar jika cincin pernikahannya sudah tidak ada. Entah sengaja dilepas atau bahkan hilang tanpa dia sadar.

Tbc...

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang