2/2

388 82 119
                                    


Selama makan, perbincangan terus mengalir lancar. Apalagi Joanna dan Jessica memiliki minat di bidang yang sama. Sama-sama suka kegiatan sosial seperti penggalangan dana dan lain sebagainya.

"Kapan-kapan undang aku, teman-temanku pasti banyak yang mau ikut!"

"Siap, Tante!"

Joanna baru saja menyimpan nomor telepon Jessica. Begitu pula sebaliknya. Sedangkan Mega dan Malvin sedang di kamar mandi bersama. Jeffery dan ayahnya, mereka hanya memperhatikan perbincangan saja. Tanpa ikut serta karena kurang paham.

"Mama, sudah!"

Joanna langsung mengalihkan perhatian pada Malvin yang baru saja datang. Bersama suaminya. Mereka juga langsung pamit pergi sekarang. Sebab jam istirahat akan usai segera.

"Kamu lihat mereka? Mama jadi tidak sabar ingin cepat-cepat punya cucu juga! Ayo Jeffrey! Buatkan Mama cucu segera!!!"

Rengek Jessica pada anaknya. Membuat si suami terkekeh pelan. Lalu bangkit dari kursi dan menuju kasir berada. Guna membayar makanan. Karena istri dan anak Mega ditraktir juga. Sebab jarang-jarang mereka bisa berkumpul seperti sekarang.

Ya. Meskipun Jeffrey yang harus jadi korban. Karena ibunya mendadak ingin punya cucu cepat-cepat setelah melihat bagaimana gemasnya anak Joanna dan Mega.

Di mobil, Malvin sedang bersenandung kecil. Dia duduk di kursi belakang sendiri. Sembari menatap jalanan yang ada di depannya saat ini.

"Aku nanti pulang jam tiga, Malvin denganku saja."

Joanna yang sedang membalas pesan di grup kerja mulai menatap suaminya. Sebab tidak seperti biasanya Mega pulang cepat. Karena pria itu kerap lembur hingga jam dua belas.

"Tumben! Malvin, kamu ikut Papa, ya? Tidak apa-apa, kan?"

"Okay, Mama!!!"

Malvin mengangguk cepat. Sebab dia tidak masalah mau ikut siapa. Karena mau ikut ayah atau ibunya sama saja. Sama-sama menyenangkan karena dia akan dimanja oleh orang-orang di sana.

"Anak pintar!!!"

Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan kantor Joanna. Wanita itu langsung keluar setelah mengecup kepala anaknya. Tanpa mengatakan apapun pada suaminya. Karena mereka masih perang dingin sekarang.

"Malvin mau pindah depan?"

"Mau!!!"

Malvin langsung pindah di bangku depan. Lalu berbincang dengan ayahnya. Membicarakan tentang episode terbaru Upin dan Ipin yang sering ditonton mereka.

5. 30 PM

Joanna baru saja tiba di rumah. Dia disambut oleh Malvin yang sudah menunggu di depan gerbang. Dia tampak sudah mandi juga. Entah mandi sendiri atau dimandikan si ayah.

"Anak Mama sudah tampan saja! Mandi sendiri, ya?"

"Tadi mandi dengan Papa, hehehe!"

Joanna terkekeh pelan. Lalu mengecup kepala anaknya. Kemudian memasuki rumah. Melewati ruang makan yang sudah diisi oleh Mega yang tengah menyiapkan makan malam. Sebab pria itu memang pandai memasak. Bahkan lebih pandai daripada istrinya.

"Mama mandi dulu, ya?"

Malvin mengangguk singkat. Lalu menatap ibunya yang sudah menaiki tangga. Dengan langkah cepat seperti biasa.

"Pa, besok Malvin dijemput siapa? Mbak Sumi kan sudah pulang."

"Mama. Kamu tenang saja, ya? Papa hanya satu minggu perginya. Setelah itu, Papa yang akan jemput Malvin di sekolah."

Malvin tersenyum senang. Sebab sejak tadi dia takut jika besok harus pulang sendirian. Apalagi sampai harus menunggu di sekolah sampai sore di pos satpam. Karena dia pernah mengalami ini sebelumnya. Saat Sumi pulang dan orang tuanya sama-sama lupa menjemputnya.

Setelah mandi, Joanna langsung turun dan makan malam bersama suami dan anaknya. Mereka makan malam seperti biasa. Dipenuhi candaan karena Malvin memang suka membuat guyonan.

Seperti sekarang, Malvin tengah memasukkan garpu dan sendok ke dalam mulutnya. Lalu mengantupkan kedua bibir setelah mengatur ujung garpu dan sendok di sudut bibirnya. Membuatnya tampak sedang memiliki taring yang panjang.

"Sudah, Sayang! Nanti sakit!"

Malvin langsung menyudahi candaan. Sedangkan Mega masih merekam wajah anaknya. Untuk dijadikan story WA seperti biasa.

Joanna mulai merapikan meja makan. Mencuci piring juga. Karena Mega sedang menemani anaknya belajar.

Setelah membereskan dapur dan ruang makan, Joanna bersatai sebentar. Makan es krim dan duduk di atas sofa. Mengawasi Mega yang sedang membantu Malvin menggambar. Sesekali mereka juga bercanda. Mengatai bentuk gambaran yang tidak sesuai harapan. Membuat Joanna ikut tertawa juga. Karena sejak tadi, interaksi mereka tidak luput dari pandangan.

"Mama mau es krim!!!"

Malvin langsung mendekati ibunya setelah selesai menggambar. Membuka mulut lebar-lebar guna meminta suapan. Sedangkan Mega, dia sedang merapikan alat tulis anaknya. Kemudian menghidupkan televisi dengan volume besar.

Mereka menonton televisi sampai jam delapan. Hingga Malvin mengantuk dan hampir terlelap. Namun lekas Joanna cegah karena dia harus menggosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur panjang.

Ceklek...

Setelah menidurkan Malvin, Joanna langsung memasuki kamarnya sendiri. Di sana, tentu sudah ada Mega yang baru saja keluar dari kamar mandi. Lalu mengambil koper yang ada di atas lemari. Sebab dia ingin packing karena harus berangkat besok pagi.

"Memangnya harus kamu yang datang ke sana?"

"Kalau bisa digantikan, aku pasti tidak akan datang! Kemarin aku kan sudah bilang!"

Joanna menarik nafas panjang. Lalu ke kamar mandi sekarang. Mengabaikan Mega yang tampak kesulitan berkemas. Karena biasanya, dia yang akan mengemas barang-barang Mega saat dinas.

Joanna di kamar mandi cukup lama. Dia menggosok gigi sembari menangis juga. Sebab dia memang merasa berat jika harus mengurus Malvin sendirian. Karena takut akan kelepasan mencelakai si anak. Sama seperti apa yang pernah dilakukan pada tiga tahun silam. Saat dia ditinggal Mega dinas di Surabaya dan Sumi pulang karena saudaranya meninggal.

Saat itu Joanna kesulitan mengurus Malvin yang baru bisa berjalan. Padahal, hari itu dia libur kerja. Namun rasanya sangat melelahkan. Membuatnya selalu ikut menangis saat Malvin menangis kencang.

Puncaknya, ketika Joanna tidak sengaja meninggalkan stroller Malvin saat belanja. Hingga dia pulang dan tidak sadar. Beruntung tiga jam kemudian security tempat belanja datang. Bersama dua polisi yang membantu melacak keberadaannya.

Joanna yang baru sadar saat polisi datang tentu merasa kecewa. Kecewa dengan dirinya sendiri tentu saja. Karena sampai tidak sadar jika anaknya tertinggal di tempat belanja.

"Sedang apa? Bisa periksa koperku sebentar?"

Joanna langsung menyeka air mata. Lalu berkumur dan membasuh wajah. Sebab Mega baru saja mengintip dari pintu yang masih terbuka.

Di tempat lain, Jeffrey sedang memegang lipstick Joanna yang tertinggal di bawah meja. Sebab saat makan siang, Joanna sempat menjatuhkan tas ketika mencari tisu basah untuk menyeka pipi anaknya yang terkena saus sambal.

Mama 😬

Ma, boleh minta nomor istri Mega? Aku mau mengembalikan lipsticknya yang tadi tertinggal.


Kenapa tidak minta Mega, sih?

Dia jarang balas chat, Ma.

[Joanna (Istri Mega)]
Awas saja kalau macam-macam!
Dia istri orang! Mama memang minta kamu agak nakal sebelum menikah, tapi harus sesuai porsi juga! Jangan mengganggu rumah tangga orang!

Don't worry, Ma.
Thanks.

100 comments for next chapter :)

Tbc...

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang