5/5

324 83 121
                                    

1. 40 PM

Hari ini Joanna tidak kerja. Dia meliburkan diri untuk merawat anaknya. Karena dia jelas tidak tega membawa Malvin di tempat kerja. Mengingat anak itu masih tidak enak badan.

"Bosan, Ma! Mau nonton di depan!"

"Ya sudah! Ayo Mama gendong!"

Malvin naik di gendongan ibunya. Lalu menuju ruang keluarga. Duduk di atas sofa sembari memeluk selimut tebal. Padahal AC sudah dimatikan.

Joanna mulai menghidupkan televisi. Lalu memangku Malvin. Mengusap rambutnya yang lebat sekali. Mirip si suami.

Ketika sedang asyik menonton televisi, tiba-tiba saja suara bel berbunyi. Joanna lekas keluar dan memeriksa siapa yang datang saat ini. Karena jika ini si suami, dia jelas akan langsung masuk menggunkan finger print.

"Eh, Jeffrey?"

"Aku tadi lewat sekitar sini. Sekalian beli ini. Malvin sedang apa? Sudah enakan?"

Joanna langsung mempersilahkan Jeffrey masuk ke rumah. Sebab pria itu tengah membawa banyak makanan. Tidak mungkin juga Joanna hanya menerima saja tanpa mempersilahkan masuk si tamu sekarang.

"Malvin, ada Om Jeffrey!"

Malvin yang sedang duduk di atas sofa mulai melambaikan tangan. Lalu tos dengan Jeffrey yang kini sudah duduk di sampingnya. Sedangkan Joanna sedang berada di dapur untuk membuat minuman.

"Bagaimana keadaan Malvin? Sudah enakan? Tangannya masih sakit, tidak?"

Malvin menggeleng pelan. Lalu bercerita jika dia mandi dengan satu tangan saja. Sebab perbannya tidak boleh basah.

"Diminum, Jeff!"

"Iya, terima kasih!"

Joanna mengangguk kecil. Lalu duduk di sebelah Malvin yang kini menatap es jeruk yang baru saja dibuat tadi. Sebab dia agak lama karena harus memeras jeruk ini sendiri.

"Mama..."

"Iya, Sayang?"

"Mau es seperti punya Om Jeffrey."

Jeffrey yang baru saja minum langsung tersedak. Dia mulai menyodorkan gelas pada Malvin segera. Seolah lupa jika si anak sedang sakit sekarang.

"Tidak, Jeffrey! Minum kamu saja! Malvin masih sakit, kamu tidak boleh minum es sekarang. Besok saja, ya? Kalau sudah sembuh Mama buatkan es jeruk yang segar!"

Malvin tampak ingin menangis sekarang. Membuat Joanna tidak tega. Namun tidak bisa menuruti juga. Sebab tidak ingin anak itu lama sembuhnya.

"Mama buatkan jeruk hangat saja, ya?"

"Tidak mau! Maunya es!!!"

Jeffrey tampak gelisah. Agak merasa bersalah juga. Karena telah membuat Malvin rewel tiba-tiba.

"Beri sedikit saja, setelah itu langsung minum air putih banyak-banyak."

Usulan Jeffrey disetujui oleh Joanna. Malvin diizinkan minum es Jeffrey sedikit saja. Lalu setelahnya minum air putih dua gelas. Jeffrey juga langsung menghabiskan es nya. Agar Malvin tidak lagi meliriknya.

Mereka berbincang hingga matahari hampir tenggelam. Jeffery juga sampai lupa pulang karena terlalu asyik di sana. Sedangkan Joanna sudah merasa gelisah. Karena takut ada tamu datang dan mereka salah paham akan kehadiran Jeffrey di sana.

Padahal, Joanna tahu jika Mega tidak akan marah. Karena sebelumnya, Mega juga tahu jika Jeffrey yang selama ini mengantar Malvin dari TK ke kantornya. Bahkan, pria itu juga yang meminta Joanna untuk terus mentraktir Jeffrey makan siang sebagai bentuk imbalan. Tanpa ada rasa takut kalau istrinya akan diincar.

Sebenarnya, Joanna juga agak merasa tidak nyaman akan kehadiran Jeffrey di rumah. Namun mau bagaimana? Mau mengusir juga tidak tega. Mengingat pria itu selalu baik padanya dan si anak.

Ketika sedang menghangatkan makanan yang dibawa Jeffrey, tiba-tiba saja pintu gerbang terbuka. Mega pulang. Dengan wajah penasaran. Karena melihat mobil di luar.

"PAPA!!!"

Teriak Malvin sembari memeluk ayahnya. Membuat Jeffrey langsung tertampar kenyataan. Jika dia memang bukan orang penting di sana dan tidak seharusnya berlama-lama di sana. Apalagi sampai bolos kerja.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang? Mana tangannya yang sakit?"

Malvin melepas pelukan. Lalu menunjukkan jari tengahnya yang masih diperban. Dengan bibir yang sudah dikerucutkan.

"Sebentar lagi pasti sembuh! Sudah Papa tiup!"

Joanna yang mendengar mulai terkekeh pelan. Membuat Jeffrey langsung menatapnya. Dia agak merasa iri tentu saja. Karana ingin memiliki keluarga kecil seperti mereka juga.

"Aku kira mobil siapa tadi. Thank you, Jeff! Kalau tidak ada kamu, istriku pasti akan panik dan tidak bisa berpikir!"

Ucap Mega sembari menepuk pundak Jeffrey. Lalu mendekati Joanna yang masih menyiapkan makan malam. Kemudian mengecup dahi dan pipinya.

"Aku pulang! Kamu tidak akan susah sendirian!"

Joanna merasa lega saat melihat kepulangan suaminya. Karena dia benar-benar takut kalap dan menyakiti anaknya saat lelah tanpa sengaja. Seperti yang dilakukan pada tiga tahun sebelumnya.

"Kalau begitu aku pamit pulang dulu."

Ucap Jeffrey tiba-tiba. Mega tentu saja menahan. Namun pria itu bersih keras untuk pulang sekarang.

6. 30 PM

Setibanya di rumah, Jeffrey lagi-lagi dimarahi ibunya. Karena dia ketahuan bolos kerja dan mendatangi rumah Joanna saat suaminya tidak ada. Hal itu jelas membut Jessica murka karena takut ketahuan orang dan membuat label sempurna anaknya hilang.

"Apa yang kamu lakukan di sana!?"

"Ma, aku lelah! Aku tidak mau membahas ini sekarang! Lagi pula, kenapa aku harus diikuti 24 jam? Aku bukan tahanan! Aku sudah buat keputusan! Aku akan membatalkan pernikahan!"

Ultimatum Jeffrey membut Jessica memegangi dada. Sebab dia takut jika anaknya sungguhan menyukai Joanna. Mengingat sebelumnya, anak ini tidak pernah sebegitu perhatian dengan orang luar.

"Kamu tidak sedang suka istri temanmu, kan?"

Jeffrey mengabaikan pertanyaan ibunya. Dia langsung menaiki tangga. Tidak peduli jika akan dicap sebagai anak durhaka.

"JEFFREY! JAWAB MAMA!"

Jeffrey akhirnya berhenti melangkah. Lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Jessica langsung marah. Mengepalkan tangan dan berniat menyadarkan si anak.

"Kalau iya kenapa? Mama sendiri yang memintaku untuk sekali-sekali jadi anak nakal, kan?"

Tbc...

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang