8/8

334 76 141
                                    


Jeffrey tidak fokus kerja. Dia benar-benar bingung sekarang, karena merasa gelisah hanya karena satu wanita. Istri orang pula.

"Fokus, Jeff! Sudah berapa kali kamu bolos kerja demi istri Mega? Papa tahu kamu baru jatuh cinta, tapi pakai logika! Dia sudah punya suami dan anak! Apa kata orang kalau tahu anak Papa jadi perebut istri orang?"

Jeffrey diam saja. Sebab ayah dan ibunya sudah tahu jika dia suka dengan Joanna. Istri Mega yang baru ditemui pada beberapa hari sebelumnya. Mengalahkan Rosa yang telah dipacari pada dua tahun lamanya. Berkat perjodohan yang direncanakan oleh mendiang neneknya.

Bukan tanpa alasan Jeffrey dilabeli sempurna oleh banyak orang. Karena selain tampan, pintar, dan mapan---Jeffrey juga sangat sayang pada orang tua. Buktinya, dia mau-mau saja saat dijodohkan, tidak pernah tinggal jauh dari orang tua pula. Meskipun sebenarnya, dia bisa membeli apartemen yang dekat dengan kantornya.

Jeffrey tidak bodoh, dia tahu jika ini salah. Salah jika dia menyukai istri orang. Istri temannya pula.

Sungguh memalukan dan tidak bermoral. Jeffery juga tahu jika ini memang tidak bisa dibenarkan. Namun, perasaan tidak bisa dipaksa, kan?

Mau denial juga tidak bisa. Karena Joanna benar-benar wanita idamannya. Wanita keibuan yang sayang anak.

Sebab dulu, Jeffrey tidak mendapatkan itu dari ibunya. Selama ini, dia juga selalu bertemu wanita lajang yang belum memiliki anak. Sehingga dia belum tahu bagaimana sifat mereka dalam mengasuh anak.

Sekedar informasi, dulu Jeffrey memiliki kakak laki-laki. Dia lahir tiga tahun sebelum Jeffrey. Namun si kakak harus meninggal tepat saat dirinya lahir. Tertabrak mobil saat pengasuhnya lengah mengikuti.

Setelah tahu anak pertamanya meninggal, Jessica tidak mau menyentuh Jeffrey. Tidak mau juga menyusui anak ini. Hingga usia si anak delapan tahun lebih.

Selama Jessica tidak mau mengasuh Jeffrey, Nirmala yang melakukan ini. Dia yang merawat Jeffrey dari bayi hingga Jessica mau menyentuh anaknya lagi. Mau merawat Jeffrey layaknya seorang ibu yang semua anak ingin.

Saat melihat Joanna yang begitu menyayangi Malvin, Jeffrey mulai jatuh hati. Karena dia jadi ikut merasa dilindungi. Ikut merasa senang sekaligus iri juga pada Malvin yang begitu disayang oleh ibu kandungnya sendiri. Karena waktu kecil, dia tidak mendapatkan ini.

3. 50 PM

Selesai rapat, Jeffrey langsung pamit pulang dengan ayahnya. Dia ingin pulang sendirian. Namun si ayah melarang dan meminta agar Jeffrey menunggunya. Karena dia ingin pulang bersama.

"Tunggu Papa!"

"Pa, ada yang harus kulakukan!"

"Apa? Mendatangi istri orang? Kamu ini benar-benar, ya! Mama dan Papa tidak masalah jika kamu menghamili anak orang! Tapi tidak dengan mendekati istri orang! Mau jadi apa kamu, hah!? Tidak malu kamu sekarang!?

"Aku memang menyukai Joanna, tapi aku tidak segila itu, Pa! Aku juga tidak akan merebut dia dari Mega! Kecuali mereka berpisah!"

"KAMU---"

Jeffrey langsung pergi sebelum ayahnya kembali bersuara. Sebab dia benar-benar tidak peduli jika dimarahi orang tuanya. Karena dia tahu jika mereka tidak akan tega marah besar padanya.

Setengah jam kemudian Jeffrey tiba di rumah sakit. Karena dia tahu jika Joanna sedang berada di sana saat ini. Sebab Darla yang tengah berjaga di kantor Teressa saat ini.

"Om Jeffrey!"

Panggil Malvin saat keluar dari mobil. Anak itu sudah melambaikan tangan saat ini. Dengan satu tangan yang sedang digandeng oleh si ayah kali ini.

"Jeffrey, sedang apa?"

Tanya Mega penasaran. Sebab setahunya, Jeffrey tidak kenal Teressa. Sehingga dia mengira jika Jeffrey sedang sakit atau justru ingin menjenguk orang lain di sana.

"Mau menjenguk kenalan. Kamu?"

"Teman istriku kecelakaan. Joanna ada di sana. Aku mau menjemputnya."

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu mengekori Mega dan anaknya. Kemudian menuju jalan yang berlawanan arah dengan jalan Mega.

Ceklek...

Pintu ruangan sudah terbuka. Joanna keluar. Dia terkejut saat melihat Malvin yang sudah ada di sana. Dengan sedikit mengantuk karena sepertinya, dia baru bangun dari tidur siang.

"Malvin baru bangun, Sayang?"

"Iya, Mama sedang apa di dalam? Tante Teressa belum bangun, ya?"

"Belum, ayo di luar saja!"

Joanna langsung memangku Malvin di kursi tunggu. Disusul Mega yang mulai menatap istrinya sendu. Karena sepertinya, wanita itu sedang marah setelah insiden telepon pada beberapa jam yang lalu.

"Darla datang kapan? Kita pulang sekarang?"

"Dia datang malam. Ayo! Kita pulang sekarang!"

Joanna mengecup kepala Malvin sebelum bangkit dari kursi. Lalu menggandeng Malvin yang sudah tersenyum kecil. Karena dia sudah tidak sabar ingin pulang dan menonton Upin dan Ipin.

Selama perjalanan pulang, Mega dan Joanna hanya diam. Sesekali menanggapi ucapan Malvin saja. Karena Joanna jelas sudah curiga maksimal. Pada suaminya yang mungkin saja ada main belakang dengan Teressa.

Setelah tiba di rumah, Mega langsung mandi dengan anaknya. Sedangkan Joanna menyiapkan makan malam. Hanya menghangatkan saja. Sebab sebelumnya, Mega sudah beli makanan di restoran langganan.

Ceklek...

Joanna baru saja memasuki kamar. Dia melihat Mega yang masih memakai handuk saja sedang memakaikan Malvin celana. Disusul dengan kaos panjang berwarna merah. Lalu, memakaikan pelembab wajah dan minyak kayu putih di perut dan punggungnya.

"Mama mandi sendiri! Hihihihi!"

Malvin menertawai ibunya saat ini. Sebab dia sudah diajari tentang jenis kelamin. Itu sebabnya dia hanya diizinkan mandi dengan ayahnya dan tidak dizinkan mandi dengan si ibu lagi.

Karena waktu kecil, mereka sering mandi bertiga di satu kamar mandi. Saat mereka hectic dan tidak ada pengasuh Malvin. Sebab pernikahan ini bukan berasal dari perjodohan yang membuat mereka merasa canggung satu sama lain.

Sebaliknya, Joanna dan Mega sudah berpacaran selama dua tahun lebih sebelum mantap menikah. Hingga akhirnya lahir Malvin satu tahun kemudian. Membuat hubungan mereka semakin menguat meskipun sering terjadi pertengkaran ringan.

Joanna hanya menanggapi ucapan Malvin dengan senyuman. Lalu pergi memasuki kamar mandi setelah mengambil pakaian. Dia mandi cukup lama. Karena menangis juga. Hingga Mega masuk dan mengingatkan jika Malvin sudah menunggu di bawah.

"Masih lama? Malvin sudah kelaparan di bawah!"

Joanna langsung menyambar handuk, lalu memakai baju. Kemudian keluar sembari menggulung rambut dengan handuk. Namun, dia harus terkejut saat melihat Mega yang masih berada di atas ranjang guna menunggu wanita itu.

"Soal yang tadi pagi---"

Joanna langsung melempar cincin Mega pada atas ranjang. Mambuat ucapan pria itu terjeda. Lalu menatap cincin miliknya yang dikira hilang.

"Ini cincinku, kan? Ketemu di mana?"

Joanna menarik nafas panjang, lalu mendekati Mega yang sudah memakai kembali cincinnya. Dengan wajah tanpa merasa bersalah. Membuat Joanna langsung menamparnya.

PLAK...

Mega terkejut saat mendapat tamparan tiba-tiba. Lalu menatap Joanna tidak percaya. Sebab selama ini, wanita itu tidak pernah sekalipun memukulnya.

"Sayang..."

"JANGAN PANGGIL AKU SAYANG! BRENGSEK! TEGA-TEGANYA KAMU SELINGKUH DENGAN SAHABATKU! AKU MENEMUKAN DI INI MOBIL TERESSA! KAMU BENAR-BENAR BAJINGAN MEGA! AYO KITA BERPISAH SAJA! AKU TIDAK SUDI TINGGAL BERSAMA PENGKHIANAT!"

Joanna sudah meluruhkan air mata. Isakannya keluar kencang. Membuat Malvin yang ingin ke kamar guna mengambil iPad langsung mendengar. Lalu mendekati kamar orang tuanya yang pintunya masih terbuka.

Tbc...

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang