10/10

495 74 89
                                    


Joanna sedang di mobil bersama Mega. Mereka bertengkar karena pria itu meninggalkan anak mereka. Sendirian, di rumah dalam keadaan gerbang terkunci tentu saja.

"PUTAR BALIK KATAKU! MEGA!"

"Kita ke rumah sakit sebentar saja! Teressa sekarat!"

"AKU TIDAK PEDULI! AKU MAU MALVIN! AKU AKAN TURUN DI SINI JIKA KAMU TIDAK MAU BERHENTI!"

Joanna mencoba membuka pintu mobil. Namun dia tentu gagal karena seluruh pintu telah dikunci. Membuat wanita itu kembali menangis. Karena hanya hal itu yang bisa dipakai untuk mengekspresikan rasa sedih.

Sebenarnya Mega tidak tega saat melihat Joanna menangis. Namun dia harus melakukan ini agar kesalahpahaman ini selesai. Agar semua perkataan buruk yang Joanna ucapkan tidak terjadi.

Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit. Joanna masih menangis. Dia enggan keluar dari mobil karena tidak sudi melihat selingkuhan si suami. Membuat Mega langsung menyeret istrinya menuju ruangan Teressa saat ini.

Darla sudah berada di luar. Dia menangis sekarang. Menangisi Teressa yang baru saja melewati masa-masa kritisnya. Padahal, dia hampir dinyatakan meninggal sebelumnya.

Darla langsung memeluk Joanna. Mendekap wanita ini erat-erat. Namun tidak mendapat balasan. Sebab Joanna jelas sudah tidak lagi memiliki empati pada Teressa.

"Lepas! Aku ingin pulang!"

Darla tampak kebingungan. Sebab dia mengira jika Joanna menangisi Teressa. Bukan menangisi pernikahannya yang akan kandas.

"Joanna, kenapa? Kamu tidak ingin bertemu Teressa sebentar?"

"Untuk apa aku bertemu selingkuhan suamiku, hah!? Bajingan!"

Joanna berhasil melepaskan diri. Dia juga langsung pergi. Beruntung dia bertemu Jeffrey yang diminta Darla untuk datang ke sini.

"Jeffrey, tolong antar aku pulang! Sekarang! Malvin di rumah sendirian!"

Jeffrey yang mendengar itu tentu panik sekarang. Dia langsung menitipkan barang titipan Darla pada orang yang melewati dirinya. Kemudian berlari kecil menyusul Joanna. Lalu melesakkan mobil menuju rumah si wanita.

Sepanjang jalan, Joanna menangis kencang. Membuat Jeffrey ikut merasa sedih juga. Karena dia tahu jika Joanna tidak hanya sedih karena meninggalkan Malvin saja. Namun karena permasalahan dengan Mega juga.

Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah. Joanna langsung membuka gerbang dan mendapati anaknya yang sudah bangun dan menggedor gerbang. Dengan tangis yang menggelegar.

"Ini Mama Sayang! Maaf karena telah meninggalkan Malvin di rumah sendirian."

Joanna memeluk Malvin begitu erat. Dengan tangis yang belum reda. Sehingga kini, Jeffrey dapat melihat ibu dan anak yang sedang sama-sama menangis kencang.

Jeffrey menemani Malvin dan Joanna di rumah cukup lama. Karena Mega tidak kunjung datang hingga matahari hampir tenggelam. Bahkan, Jeffrey juga yang membelikan mereka makan. Karena Joanna masih setia memeluk Malvin yang masih trauma karena ditinggal di rumah sendirian untuk yang pertama kalinya.

Dua tahun kemudian.

Jeffrey baru saja menuruni tangga. Dengan tas ransel besar warna hitam di punggungnya. Membuat Sandi dan Jessica yang sedang sarapan langsung terkejut saat melihat.

"Ini hari minggu, Jeffrey! Mau ke mana kamu pagi-pagi!?"

Jeffrey tidak menyahuti pertanyaan ibunya. Dia justru pergi begitu saja. Setelah mengambil selembar roti panggang yang berisi selai nanas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang