9/9

395 82 177
                                    


"MAMA! PAPA!"

Pekik Malvin saat melihat ibunya menangis kencang. Dia langsung berlari dan memeluk kaki ibunya. Sedangkan Mega langsung berdiri dari ranjang. Lalu menggendong anaknya. Membawanya keluar kamar dan menjauh dari ibunya.

Tangis Joanna yang sudah terjeda kembali dilanjutkan. Dia langsung menjatuhkan badan di atas ranjang. Menangis sembari menggigit bantal. Agar suara tangisnya teredam.

Di ruang makan, Mega menenangkan anaknya. Dia mengatakan jika mereka tidak bertengkar dan ibunya sedang tidak enak badan. Membuat tangis si anak berangsur-angsur reda dan mau makan. Tentu saja dengan diusapi si ayah.

Mega juga yang menemani Malvin mengerjakan pekerjaan rumah. Lalu menemani si anak tidur di kamar. Tidak lupa menggosok gigi dulu sebelumnya.

Setelah Malvin tertidur, Mega langsung menuju kamar. Namun dia tidak menemukan istrinya. Membuatnya lekas mencari ke penjuru rumah.

Lalu menemukan si istri sedang berada di mobilnya. Sedang memutar rekaman CCTV dashboard mobil melalui ponselnya. Karena Joanna baru saja mengambil memory card yang ada di dalam.

"BUKA! BUKA KUBILANG!!!"

Jeffrey berusaha membuka mobil sekarang. Karena Joanna sudah menguncinya dari dalam. Agar tidak diinterupsi ketika sedang mengumpulkan bukti perselingkuhan yang akan ditunjukkan saat persidangan.

"JOANNA! BUKA!!!"

Joanna tidak kunjung mmebuka pintu mobil. Karena dia langsung memasukkan beberapa file yang akan dijadikam bukti di folder yang baru dibuat tadi. Sebab dia sudah mantap ingin berpisah dengan si suami.

Ceklek...

Joanna mulai membuka pintu. Lalu ditarik turun oleh suaminya yang sudah tampak kalut. Rahangnya juga sudah mengeras karena marah sekligus takut.

"Aku serius ingin bercerai denganmu! Malvin akan ikut aku! Jadi persiapkan dirimu!"

Joanna langsung pergi. Meninggalkan Mega yang sudah berkaca-kaca saat ini. Sebab tidak menyangka jika Joanna tega mengatakan ini.

6. 00 AM

Mega baru saja keluar kamar. Dia sudah memakai pakaian kerja dan berniat membuat sarapan. Sebab dia kesiangan karena baru tidur jam tiga.

Baru saja Mega tiba di ruang makan, tiba-tiba saja bel berbunyi berulang. Membuatnya lekas membuka gerbang. Karena penasaran akan siapa yang pagi-pagi datang.

"Ada apa lagi? Gara-gara kalian---"

"Di mana Joanna? Dia tiba-tiba resign! Kau masih belum menyelesaikan masalah ini?"

Mega menarik nafas berat. Lalu meminta Darla segera pulang. Karena dia yang akan menyelesaikan semuanya. Segera.

Setelah gerbang ditutup rapat, Mega kembali memasuki rumah. Dia mentap Joanna dan Malvin yang baru saja menuruni tangga. Dengan sama-sama berpakaian rapi tentu saja. Namun tidak memakai seragam.

"Kalian mau ke mana?"

Tanya Mega dengan suara tercekat. Dia hampir menangis sekarang. Apalagi saat menatap anaknya yang tampak bahagia sekarang.

"Mau ke rumah Nenek! Kata Mama kita akan liburan di sana, naik kereta! Sayang sekali Papa tidak ikut serta!"

Malvin mulai membenarkan topi boni yang saat ini dikenkan. Lalu mengerucutkan bibirnya. Sebab tidak bisa liburan sekeluarga.

"Ayo, Sayang! Taksinya sudah di depan!"

Joanna mengabaikan Mega dan langsung membawa Malvin keluar rumah. Sembari menarik satu koper besar yang berisi pakaian mereka.

Greb...

Mega manahan tangan Joanna. Dia mencengkram tangan istrinya begitu erat. Dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.

"Berhenti sekarang atau akan kubuat Malvin melihat pertengkaran kita?"

Bisik Mega pada istrinya. Joanna yang mendengar itu merasa takut tentu saja. Karena Mega tidak pernah mengintimidasi sebelumnya.

"Mama! Ayo!!!"

Teriak Malvin yang sudah berada di depan gerbang yang masih tertutup rapat. Sebab dia belum bisa membuka gerbang sendiri dari dalam.

"Tunggu sebentar, Sayang!"

Mega langsung melepas cengkraman tangannya. Lalu membuka gerbang. Meminta si supir taksi yang sudah menunggu di depan untuk kembali saja. Sebab istrinya tidak jadi berpergian. Sekaligus memberi uang kompensasi tentu saja. Agar si driver tidak marah.

Namun justu Malvin yang marah, dia sudah mengerucutkan bibir dan menatap ayahnya kesal. Sebab dia gagal liburan naik kereta. Padahal, dia sudah begitu senang karena sudah membayangkan.

"Papa kok begitu??? Aku jadi tidak bisa naik keretaaa! Mamaaa! Kita tidak jadi liburan, ya???"

Malvin langsung memeluk ibunya. Dia menangis sekarang. Membuat Joanna ikut menangis juga. Lalu berusaha menenangkan si anak.

Mega yang melihat itu hanya bisa memalingkan wajah. Tidak tega melihat mereka menangis bersama. Namun dia juga tidak tahu harus bagaimana. Karena masalah ini sangat rumit baginya.

Di tempat lain, Teressa sudah siuman. Dia juga sudah diperiksa oleh dokter di sana. Hingga tidak lama kemudian Darla datang sembari menangis sesenggukan.

7. 50 AM

Malvin menangis sampai ketiduran. Karena dia memang hanya tidur sebentar. Sebab dia bangun jam empat karena mendengar ibunya berkemas.

"Teressa sudah siuman. Kamu tidak ke sana? Tapi sebelum itu, ada yang ingin aku bicarakan."

Ucap Mega yang memutuskan tidak masuk kerja. Dia ingin menyelesaikan ini segera. Agar tidak terjadi perpecahan.

Joanna mulai bangkit dari ranjang anaknya. Lalu keluar dari sana. Kemudian memasuki kamar utama. Melewati Mega yang sejak tadi berdiri di depan pintu kamar anak.

"Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku? Apa kurangku? Sampai kamu tega selingkuh dengan sahabatku?"

Mega baru saja menutup pintu kamar. Lalu menatap Joanna yang lagi-lagi menangis seperti sebelumnya. Membuat matanya yang sudah bengkak jadi semakin bengkak.

"Kamu tidak salah! Aku yang salah. Aku minta maaf. Aku yang membuat rumit ini semua."

Mega menundukkan kepala. Sedangkan Joanna mulai menduduki ranjang. Menatap foto pernikahan yang dipajang di atas ranjang. Membuat air matanya mengalir semakin deras.

"Seharusnya dulu aku mendengarkan apa kata orang tuaku. Seharusnya aku tidak menikah denganmu."

Mega mulai mendongakkan kepala. Menatap Joanna yang sudah menyeka air mata. Lalu melepas cincin yang ada di jari manisnya.

"Aku menyesal karena menikah denganmu. Jika bisa mengulang waktu, aku tidak akan memilihmu! Tidak masalah jika Malvin tidak hidup! Asal dia tidak menderita karena memiliki orang tua yang buruk seumur hidup!"

"JOANNA! APA YANG KAU KATAKAN, HAH!? JAGA UCAPANMU!"

Mega mendekati istrinya. Berniat menyadarkan dirinya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Berulang-ulang. Membuatnya tidak bisa mengabaikan.

HALO? MEGA! CEPAT KE RUMAH SAKIT SEKARANG! TERESSA SEKARAT!

Teriakan Darla di sebrang telepon membuat Mega kalap. Dia langsung menarik Joanna keluar rumah. Meninggalkan Malvin yang masih terlelap di kamar sendirian.

Tbc...

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang