4/4

389 84 124
                                    

Tiga hari kemudian.

Selama empat hari ini Jeffrey yang mengantar Malvin ke kantor Joanna terus menerus. Karena dia memang ada proyek di dekat TK anak itu. Serta, harus lekas kembali ke kantor setelah jam makan siang seperti yang dilakukan pada empat hari yang lalu.

Ya. Bisa dikatakan, jika sebenarnya Jeffrey tidak pure sengaja ingin mendekati ibu dan anak itu. Namun karena dia juga harus bekerja seperti itu. Jadi, sekalian saja dia mengantar si anak menuju si ibu.

"Mama!!!"

Pekik Malvin saat bertemu ibunya. Saat ini dia tengah menangis kencang. Karena jari tengahnya sedang diperban. Sebab terjepit pintu kamar mandi yang ada di sekolah. Saat bercanda dengan teman-temannya.

"Iya, Sayang! Tidak apa-apa! Nanti Mama belikan obat yang paling ampuh, ya? Supaya cepat sembuh lukanya!"

Malvin mengangguk pelan. Dia juga sudah berhenti menangis sekarang. Saat ibunya mengusap kepala dan meniup jarinya yang luka.

Semua itu tidak luput dari pandangan Jeffrey tentu saja. Sebab selama ini dia memang sangat suka melihat interaksi Malvin dengan ibunya. Karena dulu, dia tidak sedeket itu dengan Jessica.

"Tadi sudah kubelikan obat juga. Ini!"

Joanna menerima obat yang baru saja Jeffrey berikan. Lalu mengucap terima kasih berulang. Dia juga ingin mengganti uangnya. Namun Jeffrey jelas menolak karena merasa jika harganya tidak seberapa.

"Mama gendong!"

Malvin tiba-tiba saja berkata demikian. Membuat Joanna yang tidak tega tentu mengiyakan. Mengingat badan Malvin agak panas. Mungkin dia sedang tidak enak badan.

"Digendong Om saja bagaimana? Mau?"

Malvin mengangguk singkat. Karena dia dan Jeffrey memang sudah akrab. Bahkan, pria itu sering membelikan makanan tanpa sepengetahuan ibunya.

"Badannya hangat, sepertinya dia demam."

Joanna mengangguk singkat. Sebab dia juga sempat merasakan saat hampir menggendong anaknya. Namun tidak jadi karena Jeffrey langsung menggantikan. Sebab dia tahu jika Joanna akan kesusahan. Mengingat wanita itu tengah memakai heels tinggi sekarang.

Tidak lama kemudian mereka tiba di restoran biasa. Kali ini mereka memesan bubur untuk Malvin. Sedangkan Joanna dan Jeffrey memesan makanan lain.

"Makan sedikit lagi, ya? Setelah itu minum obat dan istirahat."

Malvin menggeleng pelan. Saat ini dia sudah berada di pangkuan ibunya. Sedang disuapi bubur ayam yang terasa hambar. Sebab dia memang sedang tidak enak badan. Tubuhnya juga semakin panas dan membuat ibunya semakin khawatir sekarang.

"Malvin makan sedikit, ya? Tiga suap saja. Tidak banyak, kan?"

Kali ini Jeffrey yang bersuara. Dia berusaha membujuk Malvin yang masih betah memeluk ibunya. Menyembunyikan kepala di dalam jas Joanna.

"Tidak mau! Tidak enak! Mama, kita pulang kapan?!"

Rengek Malvin pada ibunya. Membuat Joanna mulai gelisah. Dia bahkan tidak menyentuh makanannya. Karena tidak nafsu makan saat melihat anaknya rewel dan tidak mau makan.

"Mama harus kerja, Sayang. Bagaimana kalau Malvin pulang dengan Om saja? Malvin pasti ingin istirahat, ya? Malvin sedang tidak enak badan, ya?"

Malvin mulai meluruhkan air mata saat Jeffrey berkata demikian dan mengusap rambutnya. Sebab dia sulit berkata seperti itu pada ibunya. Takut dianggap sebagai anak nakal jika mengatakan sedang tidak enak badan dan membuat ibunya tidak kerja.

PERFECTION [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang