Bab 3 - Pacaran?

3.4K 332 67
                                    

Yuhu! Nasya-Sean balik lagi😍

Sorry lama ya gaes, gue lagi sibuk revisi buat novel cetak di akun ainjae🤧

Happy reading! Vomment-nya😗✨

***

Sean terus memenuhi pikiran Nasya. Kedatangan lelaki itu membuat keseharian Nasya menjadi tak tenang, terutama karena ia merasa ada yang mengusik pikirannya.

Nasya menghela napas panjang. Meskipun ia penasaran dengan banyak hal kepada Sean, tetapi ia memutuskan untuk tetap diam. Ia akan mencari waktu yang tepat untuk bertanya.

Hari itu Nasya tetap banyak diam seperti biasa, namun sesekali ia mencuri pandang ke arah Sean. Termasuk saat ini, ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi, ia masih tinggal di kelas.

Beberapa menit memandang Sean, Nasya akhirnya mengalihkan tatapan ke arah lain saat mendengar suara rintik hujan.

Seperti biasa, Nasya pulang terlambat. Saat ini di kelasnya hanya ada dirinya dan Sean-si anak pindahan.

Nasya tengah melamun, menatap rintik hujan dari balik jendela kelas. Memiliki ruang kelas yang berada di lantai dua membuat Nasya semakin senang saat menatap rintik hujan yang turun ke bawah.

Lamunan Nasya selalu terisi tentang Sagara. Mengingat kenangan satu tahun yang lalu bersama sang mantan kekasih.

Sedang asyik melamun, tiba-tiba terdengar suara yang begitu mengganggu di telinga Nasya.

You have slain an enemy! Double kill! Triple kill!

Bibir Nasya mengerucut sebal. Ia menoleh ke belakang, terlihat Sean yang duduk di bangku paling belakang sedang asyik bermain game di ponselnya.

Nasya tak menyukai Sean. Wajah cowok itu memang tampan, tetapi kelakuannya tidak tampan menurutnya.

"Bisa lo kecilin suaranya?" tanya Nasya yang benar-benar terganggu.

Sean yang mendengar suara Nasya langsung mendongak. Bukannya mengecilkan suara di ponselnya, cowok itu langsung keluar dari game lalu meletakkan ponsel ke atas meja.

"Wow, akhirnya lo ngomong sama gue," kaget Sean dengan mata berbinar saat menatap Nasya.

Sejak Sean pindah dan masuk ke kelas Nasya, ia selalu berusaha mengajak Nasya bicara, tetapi tak pernah mendapatkan tanggapan. Baru kali ini Nasya bicara kepadanya, karena itulah ia sungguh kaget.

Nasya tak menggubris keterkejutan Sean. Suasana yang tenang membuatnya kembali menatap hujan dari balik jendela.

Tanpa Nasya sadari, Sean belum melepaskan pandangannya dari gadis itu. Senyum ramah dan cengiran khas yang biasanya cowok itu tampilkan kini luntur dan berganti dengan raut datar.

Sean menatap Nasya dengan lekat. Sepertinya ia tahu apa yang tengah Nasya pikirkan. Sebab, ia tahu banyak hal tentang Nasya, tanpa gadis itu ketahui.

Puas melamun, Nasya menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul lima sore. Ia mengemas buku dan alat tulisnya ke dalam tas, beranjak keluar dari ruang kelas.

Melihat Nasya pergi, Sean ikut-ikutan. Cowok itu buru-buru mengemas barang-barangnya lalu menyusul Nasya keluar kelas.

Namun, Sean tak menyejajari langkahnya dengan Nasya, ia berjalan di belakang Nasya sambil mengamati gadis itu yang turun dari tangga di lantai dua.

Tiba di lantai satu, Nasya mendongak, menatap rintik hujan yang masih mengguyur dengan derasnya.

Ketika Nasya berniat lari ke arah gerbang sekolah, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.

His Hug (On Going)Where stories live. Discover now