Bab 23 - Will You Marry Me? (End)

3.2K 178 20
                                    

Happy reading! Vomment-nya gaes😍✨

***

Setelah dijatuhi hukuman tambahan karena terbukti menrencanakan semua hal buruk yang menimpa Papa Sean, Sean, dan Nasya, kakak tiri dan mama tiri Sagara juga mendapat hukuman tambahan lagi karena terbukti merencanakan kecelakaan  yang Sagara alami.

Ternyata dugaan Sean benar kalau ada yang tidak beres dengan kematian Sagara dan bukanlah kecelakaan biasa. Kecelakaan itu sudah direncanakan, orang yang menabrak Sagara adalah suruhan mama tiri dan kakak tiri Sagara.

Setelah mengetahui fakta itu, Nasya sampai marah dan menangis, ingin mengamuk pada mama tiri dan kakak tiri Sagara. Untungnya, Sean bisa menenangkan gadis itu.

Saat ini, semua telah selesai dan terasa damai bagi Sean. Meskipun begitu, ia akan tetap berada di dekat Nasya untuk berjaga-jaga. Bahkan setelah beberapa minggu berlalu, ia masih tinggal di rumah Nasya, menempati kamar Arhan.

“Pagi, Tante, Om,” sapa Sean pada orang tua Nasya.

“Pagi-pagi udah lihat yang ganteng kayak Sean, Mama seneng deh,” ungkap Mama Nasya. Wanita itu menyambut hangat Sean yang tinggal di rumahnya setelah mengetahui kejadian buruk yang menimpa Nasya.

“Makasih, Tan. Tante juga cantik kok, makanya Nasya cantik, ya,” puji Sean yang membuat Mama Nasya tertawa senang.

Sean yakin ia akan dapat restu jika suatu saat melamar Nasya, karena ia pikir Mama Nasya sudah menyukainya, begitu juga dengan Papa Nasya. Selama tinggal di rumah Nasya, ia selalu berusaha menunjukkan sisi terbaiknya dengan mengakrabkan diri dan membantu mereka.

Sean sedang membantu Mama Nasya menyiapkan sarapan. Sesekali ia mencuri pandang ke arah kamar Nasya. Ini hari libur, tetapi Nasya belum keluar dari kamar.

Mama Nasya yang menyadari arah pandang Sean pun berujar, “Coba kamu bangunin Nasya.”

“Oke, Tan.”

Dengan semangat empat lima, Sean menuju ke kamar Nasya. Ia mengetuk pintu kamar Nasya yang tertutup rapat.

“Na, lo udah bangun? Ayo sarapan,” ajak Sean.

Tak ada sahutan dari dalam, Sean pun kembali mengetuk pintu.

“Masuk aja.”

Akhirnya terdengar suara Nasya setelah Sean mengetuk pintu berkali-kali. Sean membuka pintu kamar Nasya yang ternyata tak dikunci, kemudian melangkah masuk perlahan.

Sean mematung di tempat saat melihat Nasya tampak diam di kasur. Gadis itu masih rebahan dengan mata terbuka lebar, tetapi hanya diam melamun.

“Na, lo kenapa? Sakit?” tanya Sean sambil duduk di tepi kasur.

Nasya menggeleng. Ia beranjak duduk lalu menatap ke arah lain dengan sorot sendu.

Sean memperhatikan Nasya lamat-lamat. “Ada sesuatu? Lo mau cerita?”

“Hari ini ulang tahunnya Kak Gara.”

Menyadari apa yang baru saja dikatakan, Nasya langsung menatap Sean dengan tampang panik. Ia khawatir kalau Sean marah karena ia mengungkit tentang cowok lain.

“Sorry, gue—”

“It’s okay,” kata Sean sambil tersenyum pada Nasya. “Gue nggak marah, iri, atau sejenisnya. Lo nggak perlu minta maaf. Lo pernah punya hubungan sama Gara, dia orang yang spesial buat lo. Gue tau lo sayang sama gue, tapi lo masih ada perasaan buat Gara. Gue malah senang kalau lo masih ingat sama sepupu gue dan masih sayang sama dia walaupun kehadirannya udah nggak ada.”

His Hug (On Going)Where stories live. Discover now