Bab 18 - The Kiss and The Feeling

3.1K 207 8
                                    

Happy reading gaes! Vommentnya🥰✨

***

Sean menggenggam kedua tangannya dengan erat seperti tengah menahan geram.

“Apa ini ulah kakak tiri dan ibu tirinya Sagara?” tanya Sean.

“Mungkin. Kalau bukan mereka siapa lagi?” Papa Sean terdiam sejenak. “Papa mau kamu lebih menjaga diri sampai pelaku yang nabrak Papa tertangkap, sekarang sedang diselidiki.”

Sean mengangguk. “Iya, Pa.”

Dari cerita yang Sean baca di buku diary Sagara, ia tahu kalau ibu tiri dan kakak tiri Sagara sangat berambisi untuk menguasai seluruh harta Papa Sagara. Oleh karenanya Sean yakin mereka tak akan terima semua itu jatuh ke tangan keluarganya sekarang.

Walaupun mereka berada di penjara, Sean tahu kalau otak licik mereka bisa melakukan apa saja. Mungkin mereka menyuruh orang lain untuk melakukan ini, mencelakai keluarganya terutama Papanya dan dirinya.

***

Hari Jumat malam tiba alias malam Sabtu. Nasya bosan sejak tadi, hendak belajar tetapi sedang tidak mood, berniat nonton drama Korea kesukaannya tetapi tidak mood juga. Akhirnya ia memutuskan untuk rebahan sambil membuka ponsel.

Saat sudah membuka ponsel pun Nasya bingung hendak melakukan apa, ia hanya menggulir dengan iseng dan melihat postingan yang lewat di beranda sosial medianya.

Kegiatan yang awalnya hanya iseng untuk membunuh kebosanan tanpa sadar telah membuang banyak waktu Nasya. Saat ia menatap jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

“Udah malem, tapi gue belum ngantuk,” gumam Nasya. Biasanya jika besok adalah hari libur, ia akan sulit mengantuk.

Di saat Nasya bingung hendak melakukan apa lagi, ada panggilan masuk dari Sean. Nasya menatap penasaran, ada apa Sean meneleponnya selarut ini?

“Na. Udah tidur?”

“Belum. Ngapain lo telfon gue tiba-tiba?”

“Iseng doang. Ternyata lo belum tidur, gue pikir udah.”

“Oh. Belum.”

Tercipta keheningan cukup lama di antara mereka hingga Sean kembali memulai pembicaraan.

“Temenin gue yuk.”

“Ke mana?”

“Keliling naik motor ke mana aja, cari angin. Mau nggak?”

“Oke.”

Dari seberang sana, Sean terbelalak. Ia tak menyangka Nasya langsung menyetujui ajakan isengnya, ia pikir Nasya akan menolak, namun ternyata tidak. Sejak tadi ia hanya bosan hendak melakukan apa dan belum mengantuk, karena itulah berniat pergi ke luar.

Panggilan berakhir, Nasya beranjak dari atas kasur lantas berganti pakaian dengan tergesa, katanya Sean akan menjemputnya.

Setelah memakai pakaian cukup tebal dengan dilapasi jaket, Nasya keluar dari kamar dengan mengendap-endap. Ia melihat sekeliling rumah yang sudah gelap, kamar orang tuanya sepi begitu juga kamar Arhan.

Biasanya orang tua Nasya sepulang kerja langsung ke kamar dan beristirahat, sedangkan Arhan mungkin sudah tidur. Namun, untuk berjaga-jaga ia tetap berusaha agar tak menimbulkan suara saat keluar rumah.

Di luar, Nasya berjalan melewati beberapa rumah tetangganya. Ia sengaja menyuruh Sean menjemputnya agak jauh dari rumahnya agar tak terdengar jika ada suara motor Sean.

His Hug (On Going)Where stories live. Discover now