Bab 6 - Berubah?

3K 324 28
                                    

Nasya dan Sean balik lagi! Vomment-nya gaes✨

Happy reading💋

***

Nasya terdiam, tak berniat menghentikan keributan di antara Sean dan siswa lelaki lain. Gadis itu hanya menatap datar ke arah perkelahian mereka. Sedangkan siswa lain mulai berkerumun, ada yang menonton, memvideo, sampai berusaha melerai.

Hingga akhirnya keributan itu terhenti saat ada guru BK yang datang. Sean dan lawan berkelahinya dipisahkan, kemudian mereka dibawa ke ruang BK.

Setelah itu, tanpa berkata apa pun Nasya berjalan pergi dari sana. Ia bahkan tampak tak peduli sama sekali pada Sean yang dibawa ke ruang BK dengan wajah babak belur.

Nasya kembali ke kelas. Di jam istirahat tampak sepi, tentu saja karena sebagian besar siswa pergi ke kantin. Nasya sengaja hanya berdiam di kelas, tak ingin keluar karena pasti ada banyak gosip tentangnya atau Sean di luar sana.

Dan memang benar, berita kalau Nasya sudah jadian dengan Sean menyebar di sekolah itu dengan cepat. Bagaimana tidak? Kabar jadian itu menarik perhatian, karena melibatkan Sean yang dikenal sebagai anak baru yang tampan, dan Nasya yang dikenal sebagai pacar Sagara—cowok yang meninggal karena kecelakaan tahun lalu.

Cukup lama Nasya berdiam di dalam kelas. Ia tengah menunduk sambil membaca novel. Ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, ia mendongak. Tepat saat itulah pandangannya bertemu dengan Sean.

Sean duduk di meja Nasya begitu saja, kemudian memasang wajah memelas.

“Nasya ... gue berdarah,” adu Sean sambil menunjuk wajah lalu bibirnya.

Nasya melirik ke arah yang ditunjuk Sean, kemudian ia tampak tak peduli, memilih untuk kembali menatap novelnya.

“Pergi sana,” usir Nasya. “Jangan duduk di meja gue.”

“Na ... lo kan di sini statusnya pacar gue, masa sih nggak mau bantuin pacarnya? Obatin gue dong.”

“Kan cuma status, gue bukan bener-bener pacar lo.”

“Oke. Kalau gitu, anggap aja lo berbuat baik ke orang lain. Mau ya obatin gue? Ya ya ya?” pinta Sean sambil memasang wajah sok imut seperti bocah.

Nasya menghela napas. Ia mendongak, menatap wajah Sean yang kondisinya tidak bisa dibilang baik. Akhirnya, ia mengangguk.

“Ikut gue ke UKS,” kata Nasya.

Sean mengangguk antusias. Sean pun berjalan bersama Nasya menuju UKS. Tiba di sana usai mengisi buku kunjungan, Nasya menyuruh Sean duduk di ranjang pasien, kemudian Nasya mengambil kotak P3K.

Nasya berdiri di hadapan Sean yang tengah duduk, kemudian mulai mengobati luka di wajah Sean tanpa aba-aba.

“Aw, pelan! Sakit tahu!”

“Lebay.”

Sean memberengut, Nasya sungguh tak ada lembut-lembutnya dalam memperlakukannya. Padahal, ia berharap lebih dari gadis itu.

Sepanjang diobati oleh Nasya, pandangan Sean tak lepas dari Nasya. Awalnya lelaki itu menggoda Nasya, tetapi ditanggapi datar oleh Nasya. Ketika Sean terdiam dan benar-benar fokus menatap wajah Nasya, jantungnya berdebar begitu cepat, apalagi menyadari kedekatan mereka.

Sean berdehem, membuang muka ke arah lain. Ia baru bisa menghela napas lega saat Nasya bergerak menjauh darinya, meletakkan kotak P3K ke tempat semula.

“Na ... gue laper,” rengek Sean.

Nasya memutar bola mata. “Lo bukan anak kecil. Laper tinggal beli makan sendiri.”

Sean turun dari atas ranjang, berjalan menghampiri Nasya.

His Hug (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang