01

71.3K 3.6K 200
                                    

Noah Charles namanya, remaja 17 tahun yang bersekolah di SMA permata, anak kedua dari tiga bersaudara, Noah memiliki Abang yang berusia 25 tahun Asher Charles dan adik nya 13 tahun Ale Charles.

Orang tua ? Tidak ada, jangan tanya kemana karena Noah sedang tidak ingin membahas nya.

Brakk !

"Bang ! Bangun dong ! Apaan sih tiap hari harus di bangunin Mulu tidur nya" ucap seorang remaja yang berpakaian seragam SMP.

Ia dengan kesal menghampiri manusia yang tertidur dengan nyenyak di atas ranjang nya, membuka selimut dengan kasar membuat pemilik kamar langsung berdecak kesal.

"Apaan sih !" Sentak nya.

"Apaan, apaan, bangun goblok ! Sekolah Lo hari ini !" Ucap Ale memarahi Abang nya.

"Berisik ! Baru juga jam 5"

"Jam 5 mata Lo pucek, liat jam noh udah jam 7"

Langsung saja Noah melototkan mata nya dan benar jam sudah menunjukan angka 7 dimana gerbang sekolah nya sudah tutup 5 menit yang lalu.

"Kenapa baru bangunin gue sekarang sialan !!!" Teriak Noah dan berlari ke kamar mandi.

"Kinipi biri binginin giwi sikiring, bacot Lo" sentak Ale dan keluar dari kamar Noah.

Di meja makan sudah ada si sulung yang sedang merapikan meja makan untuk sarapan, memang ada pembantu pagi ini si sulung memilih untuk memasak sarapan.

"Noah mana ?" Tanya Asher tanpa menoleh karena masih sibuk mengatur sarapan.

"Mandi dia" balas Ale malas.

"Baru mandi ? Udah jam berapa ini"

"Ck abang kaya gak tau aja, semalam kan bang Noah pulang jam 3 pagi makanya jam sekarang baru bangun"

"Anak itu kebiasaan"

"Sita aja motor nya bang biar kapok"

"Apaan Lo bocah" keduanya menoleh melihat Noah yang menuruni anak tangga dengan seragam yang berantakan, rambut yang masih basah, dasi yang di pasang asal dan almamater yang di tenteng.

"Kamu mau sekolah atau mau tawuran ?" Tangan Asher menatap Noah jengah.

Noah itu kaya gak niat sekolah tapi kalau di suruh berhenti dan lanjutin bisnis Abang nya kaga mau, makanya Asher jadi serba salah.

"Nanti aja bang kalau mau ngomel, udah telat nih" Noah langsung pergi dengan buru-buru.

"Noah sarapan dulu !!!" Teriak Asher lantang.

"Besok aja bang !!!" Balas Noah.

Asher hanya bisa menghela nafasnya lelah, ia lalu menoleh adik bungsu nya yang sedang makan nasi goreng dengan santai.

"Kamu mau berangkat sendiri atau bareng sama Abang ?" Tanya Asher membuat Ale menoleh.

"Sendiri aja lagian sekolah aku masuk jam 8"

"Yaudah habisin sarapan nya, terus tolongin Abang buat anterin sarapan buat Noah ya"

"Sipp beres"

Memang sekolahan Noah dan Ale berdampingan, maka tak jarang keduanya berangkat bersama dan pulang bersama namun hanya di hari tertentu saja seperti Kamis dan Jumat.

Sementara itu di sekolah Noah menatap kesal lantaran gerbang sekolah nya sudah di tutup rapat, tak ada cara lain selain memanjat tembok belakang bukan.

Noah melempar tas nya lebih dulu baru di susul dengan dirinya yang sekali lompat langsung bisa, ia mengedarkan pandangan nya dan langsung melompat dengan sekali lompatan.

"Noah Charles" Noah memejamkan mata nya sambil berdecak kesal.

"Jam berapa sekarang ?" Noah berbalik lalu menatap pria di hadapan nya yang menyandang sebagai ketua OSIS dan ketua kedisplinan siswa.

"7.25" balas Noah malas.

"Jam berapa sekolah masuk ?"

"6.40" balas Noah lagi.

"Ikut ke ruangan sekarang" Noah berdecak malas.

Noah hanya menatap malas pada sosok yang tadi menegurnya, tak lain tak bukan adalah kekasih nya, Athala Sebastian.

Noah menghela nafas nya lelah, niat kabur tapi yang berhadapan dengan nya adalah Athala ! Kekasih nya ! Ketua OSIS dan ketua kedisplinan siswa ! Mana bisa ia kabur dengan mudah.

"Noah, aku tak mengulang perkataan ku dua kali" ucap Athala membuat Noah kembali berdecak malas dan akhirnya mengikuti Athala ke ruangan OSIS.

Sesampainya di ruangan, Athala sudah duduk di singgasana nya sementara Noah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang begitu malas, seolah berkata kapan waktu membosankan ini segera terlewati.

"Kenapa telat ?" Tanya Athala tanpa menoleh karena ia sedang menulis nama Noah di buku hitam, alias buku bagi anak-anak yang sering terlambat atau membuat kesalahan.

"Kesiangan" balas Noah.

"Kemana semalam ?"

"Balapan"

Athala menghentikan tulisan nya dan mendongak menatap Noah, yang di tatap segera memalingkan wajah nya enggan menatap tatapan tajam dari Athala.

"Berapa kali aku bilang Noah, berhenti ikut balapan liar, kamu cuma buang-buang waktu kamu, sebentar lagi ujian dan kamu malah sibuk sama balapan gak jelas kamu" ucap Athala menatap kekasihnya tajam, tapi yang di tatap justru memilih tak perduli dan asik memainkan dasinya.

Noah memilih diam, karena sejatinya ia juga tak bisa melawan Athala jika sudah seperti ini.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh, pintu di buka ada seorang gadis yang sedang di papa oleh seorang remaja, Noah tau siapa keduanya.

Yang wanita adalah Stella Robert dan Martin salah satu sahabat nya Athala.

"Stella ?" Noah melihat Athala yang langsung bangun dan menghampiri kedua orang yang baru saja masuk dengan wajah panik nya.

"Stella kenapa ?" Tanya Athala pada Martin.

"Mau mati itu, pake nanya, udah langsung ashadu aja" celetuk Noah santai yang langsung mendapat tatapan tajam dari Athala dan Martin.

"Gue gak tau, gue liat dia udah kesakitan di pintu toilet makanya gue bawa kesini" balas Martin.

"Kamu denger aku ?" Noah berdecak malas, bukan apa masalah nya adalah Athala terlalu bersikap lembut pada gadis bernama Stella itu sementara padanya ? Cih jangan harap.

"Paling caper" ucap Noah santai membuat tatapan tajam dari Martin.

Noah takut ? Oh tentu saja tidak ! Ia malah semakin gencar mencari masalah dengan gadis yang katanya adalah sahabat masa kecil Athala.

"Lebih baik Lo diem atau gue pukul Lo" ucap Martin, entahlah ia tak suka dengan Noah yang notaben nya adalah kekasih dari sahabat nya, ia lebih memilih Athala bersama Stella, baginya Stella adalah gadis baik, polos dan lugu intinya Stella lebih segalanya dari pada Noah yang bar-bar dan sering berkata kasar.

"Libih biik Li diim iti gi bikil pikil Li, alah bacot Lo babi"

Noah memilih keluar dari ruangan itu, gak tahan dia tuh ngeliat kekasih nya sendiri yang begitu perhatian sama orang lain walaupun sahabat sekalipun, walaupun sahabat nya pesakitan.

Namun sebelum keluar Noah samar-samar mendengar ucapan Martin yang membuat Noah diam membeku dengan tangan yang mengepal erat.

"Gue bilang juga apa tha, Lo mending sama Stella aja dari pada sama bocah kasar kaya Noah, gue tuh gak setuju Lo sama dia, tu anak pembawa pengaruh buruk buat Lo" ucap Martin sementara Athala memilih tak mendengar nya dan berfokus pada Stella dulu.

"Sialan si Martin minta di kasih bogem" gumam Noah yang pergi dari sana.

"Awas aja kalau Athala sampe kehasut bisikan iblis"















______________________
_________________

PASSATO || BL (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang