26

22.1K 2.3K 42
                                    

Bastian hanya bisa menunggu Athala untuk sadar, saat Athala pingsan tadi Bastian langsung memanggil dokter untuk memeriksa Abang nya, dan sekarang Athala tertidur karena obat bisu yang di suntikkan oleh dokter tadi.

"Noah..." Dalam tidur Athala memanggil nama Noah berulang kali sambil bergerak gelisah membuat Bastian hanya mampu menatap Abang nya dalam diam.

"Noah please.."

"Maaf.."

"Noah.. jangan.. pergi.."

"Noah.."

Barulah Athala bisa lebih tenang dalam tidur nya, Bastian hanya bisa membantu menghapus sisa-sisa keringat yang ada di dahi nya.

Athala membuka matanya secara perlahan, merasa kebas akan tangan kiri nya membuat ia menunduk dan melihat selang infus yang terpasang apik di tangan nya.

"Minum dulu bang" Athala menerima gelas yang di berikan oleh Bastian dengan bantuan Bastian tentu saja.

"Tidur aja, ini masih jam 1 dini hari" namun Athala tak menjawab nya.

Terdiam menatap langit-langit malam yang nampak dingin, Bastian memilih untuk keluar berjalan ke dapur mengembalikan baskom air yang ia bawa tadi.

Kembali Athala mencari ponsel nya berniat untuk kembali menelfon Noah namun ia mengurungkan niat nya, memutuskan untuk kembali menelfon nya besok saja.

"Abang laper ? Gue buatin sesuatu mau ?" Tanya Bastian masuk dengan segelas teh hangat.

"Lo tidur aja Bas, besok sekolah kan" Bastian menggeleng pelan lalu duduk di sisi ranjang.

"Gimana gue bisa tidur tenang kalau Lo lagi dalam keadaan kaya gini"

Setelahnya keheningan menyelimuti mereka berdua, Bastian menatap Athala lekat kala Wajah Abang nya begitu pucat membuat Bastian kembali di tampar akan kenyataan yang ia terima di rumah sakit tadi.

"Bang.." panggil Bastian tanpa menoleh karena ia mendongak menatap langit-langit kamar Athala.

"Kenapa ?"

"Jangan pernah tinggalin gue.. gue gak mau sendirian di dunia ini, dunia ini... Kejam buat mereka yang gak punya keluarga" cicit Bastian membuat Athala tertegun.

"Siapa yang mau ninggalin Lo hmm, gue bakal di amuk masa sama ayah bunda di atas sana karena berani ninggalin Lo" balas Athala sambil terkekeh.

Keheningan kembali menyelimuti keduanya, baik Athala maupun Bastian tak tau ingin membahas apa hingga Athala kembali bersuara.

"Kenapa tiba-tiba ngomong gitu" tanya Athala.

"Enggak.. iseng aja tadi, gimanapun kita cuma berdua, gue gak tau harus gimana nanti kalau Lo gak ada"

Athala terkekeh pelan, mengacak rambut Bastian pelan lalu mengucapkan beberapa kalimat penenang agar Bastian tak berpikiran yang aneh-aneh, padahal Bastian tau jika kata-kata penenang yang di ucapan Athala tak berpengaruh padanya karena ia yang tau lebih dulu apa yang terjadi.

"Mau tidur bareng ?" Tawar Athala membuat Bastian mengangguk.

Langsung saja Bastian mencari posisi yang nyaman untuk tidur, sementara Athala yang memang baru saja bangun tak berniat untuk tidur lagi, ia menyenderkan dirinya pada kepala ranjang.

"Gue pasti bakal hidup lebih lama dari Lo Bas" gumam nya pelan.

"Gue juga gak akan pernah bisa ninggalin Lo di dunia ini sendirian"

_
_
_
_
_

Athala sudah siap dengan seragam sekolah nya, ia akan berusaha untuk mencari segala cara agar bisa menghubungi Noah bagaimanapun caranya.

Atau jika tidak ia akan menyusul Noah untuk meminta maaf, walaupun ia yakin maaf tak akan bisa menyelesaikan sakit hati yang Noah rasakan tapi setidaknya ia mau berusaha.

"Lo yakin udah gak papa ?" Tanya Bastian yang berdiri di depan pintu.

"Iya, gue juga ada urusan bentar tenang aja"

"Langsung kabarin gue kalau Lo ngerasain apa-apa" Athala mengangguk mengerti.

Keduanya pergi ke sekolah menggunakan mobil, dengan Bastian yang menyetir, tak butuh waktu lama karena memang jaraknya hanya 15 menit.

Athala langsung pergi ke kelas Eja, teman Noah.

"Bang Atha, mau nyari siapa ?" Tanya seorang siswi yang kebetulan keluar dari kelas tersebut.

"Eja ada ?"

"Ada kak, bentar.."

"EJA !!!! ADA YANG NYARIIN !!!"

"Saya tinggal ya kak" Athala mengangguk setelah mengucapkan terima kasih.

Eja keluar dengan wajah penasaran nya, saat tau siapa yang mencari nya langsung saja Eja putar balik arah, namun Athala berhasil menahan lengan nya, Eja dengan cepat menghentakkan tangan Athala.

"Jangan sentuh gue" ucap Eja datar.

"Ja.. gue boleh minta alamat Noah yang sekarang ?"

"Cih, buat apa ? Buat nyakitin Noah lagi ? Emang selama ini gak cukup apa Lo nyakitin Noah ?" Athala menggeleng.

"Gue mau minta maaf-

"Alah basi tau gak, maaf Lo itu gak akan bisa ngerubah apa yang udah terjadi Athala, asal Lo tau aja kalau gue jadi Noah gue juga bakal ngelakuin hal yang sama seperti apa yang Noah lakuin ke Lo"

"Lo harusnya sadar kalau semua yang Lo lakuin itu nyakitin Noah"

"Gue tau, makanya gue mau minta maaf sama Noah-

"Terus apa ? Setelah Lo minta maaf Lo mau apa ? Ngemis-ngemis minta balikan ? Cara Lo klise banget ya, murahan banget"

Athala ingin menjawab tapi Eja sudah lebih dulu masuk kedalam kelas nya membuat Athala menghela nafasnya pelan.

Bel masuk pun berbunyi, mau tak mau Athala harus masuk kedalam kelas nya nanti ia akan kembali mencoba, namun sebelum itu lagi dan lagi cairan berwarna merah pekat jatuh dari hidung nya membuat Athala langsung menutup hidung nya.

Memejamkan mata pelan guna merasakan pusing di kepalanya.

Hanya beberapa detik hingga akhirnya ia menuju ke kamar mandi lebih dulu membersihkan diri.

Seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan Athala dan Eja keluar dari tempat persembunyian nya, ia tak bermaksud menguping hanya saja saat ingin masuk ke kelas nya melewati lorong dimana Athala berada ia refleks berhenti dan bersembunyi.

Setelah nya ia masuk kedalam kelas nya sebelum nanti ia akan berbicara dengan seseorang.

PASSATO || BL (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang