BAB 1

22K 807 87
                                    

"Assalamualaikum Bunda! Hai hai jumpa lagi di dapur Bunda Ais. Kali ini, saya akan membagikan resep cumi-cumi saus mentega untuk hidangan di rumah. Yuk kita langsung mulai aja... "

Jam istirahat di ruangannya, Ares iseng melihat resep masakan di salah satu saluran Youtube yang hanya memiliki 123 subscribers, tetapi jumlah videonya sudah banyak. Ia memilih video paling atas dan suara familiar itu muncul melalui perantara earphone yang menempel di telinganya.

Sebelum intro Assalamualaikum Bunda, terlihat tirai merah terbuka dan menampakkan menu cumi-cumi saus mentega. Ares tanpa sadar menarik sedikit sudut bibir. Terlihat watermark Vivavideo di sudut bawah layar.

"Baik pertama-tama, kita siapkan cumi-cuminya... "

Kamera yang Ares yakin merupakan kamera ponsel, menyorot cumi-cumi mentah di dalam wadah plastik.

"Berikut bahan-bahannya.... bawang putih, bawang bombay, paprika, merica garam, penyedap rasa, minyak wijen, dan saus tiram. kalau Bunda nggak punya minyak wijen dan saus tiram, bisa di-skip ya Bunda. Ini cuma selera pribadi saya aja..."

Hmm. Sambil sedikit menekan bibir, Ares manggut-manggut.

"Kita tuangkan minyak ke atas wajan, kita masukkan mentega secukupnya sesuai selera, lalu kita masukkan bahan-bahan... bawang putih dan bawang bombay yang yang sudah diiris, lalu tumis sampai harum..."

Ares mengamati dengan seksama. Suara minyak panas dan backsound musik berjalan beriringan.

"Mamaa!"

Terdengar suara cedal balita.

"Mamaa!"

Balita menjerit lebih keras.

Video terpotong, perpindahan adegan tampak kasar, suara balita lenyap entah ke mana.

Ujung telunjuk Ares menggeser layar demi mempercepat video dan melihat hasil akhirnya. Ia melihat cumi-cumi saus mentega dituangkan ke atas piring seng bermotif bunga dengan pinggiran cuil. Jemari-jemari gemuk tertangkap matanya. Pandangan Ares masih tertuju pada pinggiran piring yang tampak cuil, mengingat keahliannya memang menemukan kekurangan.

Ares selalu menemukan kekurangan dan kejanggalan, atau kecacatan bukan hanya pada kasus-kasus yang pernah ia tangani, atau laporan demi laporan yang ia teliti kembali. Ia bahkan menemukannya pada piring seng yang hanya menjadi figuran dalam video tutorial mengolah cumi-cumi menjadi sajian yang menggugah selera.

Tapi piringnya nggak banget deh, jelek amat. Ares menelan sendiri pendapatnya mengingat tidak akan ada yang mendengar dan si pembuat konten memang tidak memiliki taste pada hal-hal yang berhubungan dengan estetika.

"Nah silahkan dinikmati bersama keluarga Bundaa!"

Ares menatap datar layar ponsel sebelum menutup aplikasi dan melepas earphone-nya, setelah siang ini kembali menyempatkan melihat channel Youtube milik Ais, sekretarisnya. Para pegawai di sini memanggil wanita bernama Ais Paramitha itu dengan sebutan Bunda Ais, meski ia lebih memilih memanggil Ais begitu saja. Saat ia dimutasi ke gedung ini, setahunya para pegawai sudah memanggil wanita itu dengan sebutan Bunda Ais.

Tiga bulan yang lalu ia menerima SK bahwa Ais yang menggantikan Lala, sekretarisnya yang dimutasi ke daerah asalnya, Balikpapan. Tentu saja ia terkejut ketika Departemen Human Capital, menunjuk Ais, wanita 36 tahun yang sebelumnya di lantai atas itu untuk menjadi sekretarisnya. Maksud Ares, Ais sama sekali tidak menampakkan citra layaknya sekretaris pada umumnya. Ais sungguh tidak memiliki estetika dalam hal-hal yang berhubungan dengan indera penglihatan. Ares tidak menganggap Ais jelek, hanya saja harus ia akui Ais tidak menarik sebagai sekretaris.

POINT OF VIEW [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora