Bab 35

4.3K 432 112
                                    

Kenapa sikap Ares tiba-tiba aneh?

Pagi jam enam, Ais menyeduh kopinya dan menikmati suasana sunyi di ruang tamu seorang diri. Setelah menunaikan salat subuh, ia tidak bisa tidur lagi saat pertanyaan yang semalam mengantarnya tidur kembali muncul.

Ais kembali merunut sikap dan perhatian Ares, juga pernyataan lelaki itu yang ingin mempunyai istri. Kenapa harus di hadapannya? Memang hal itu pertama kali ia dengar saat Januar sedang curhat, tapi pembicaraan Ares semalam saat mengantarnya pulang terkesan menegaskan hal tersebut. Ia juga merasa pembicaraan mereka semalam lebih dalam daripada hari-hari biasanya.

Biasanya mereka hanya bicara soal pekerjaan. Ares hampir tidak pernah menceritakan sisi lain kehidupannya. Tidak ada yang tahu bagaimana sebenar-benarnya Ares. Gosip tentang seksualitas Ares juga masih dipertanyakan.

Namun saat di Banyuwangi, ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui orang-orang, bahwa Ares sepertinya memiliki hubungan dengan wanita bernama Kirana, akan tetapi hubungan mereka tampaknya tidak baik-baik saja.

Ais masih bisa mengingat bagaimana raut kesal Ares saat bicara di panggilan telepon dengan wanita bernama Kirana itu. Selama di kantor, tidak pernah ia melihat raut Ares seperti itu. Namun bukan hanya raut itu yang tidak pernah ia temukan pada Ares.

Ais juga menemukan sisi kekanak-kanakan Ares saat mereka berpegangan tangan ketika terseret arus sungai. Rasanya baru kali itu Ais melihat Ares bersikap begitu lepas yang mana terlihat sangat manis di matanya. Salahkan bila hatinya masih terseret hingga hari ini?

Ais tidak bisa melawan aliran deras yang merasuki jiwanya, hingga mudah terseret oleh perhatian, sikap, juga senyuman Ares yang terlihat begitu berbeda seakan senyuman itu hanya untuknya.

Eh bener kan?

Ais tidak ingin geer, tapi untuk apa Ares memperhatikannya sedemikian rupa? Apa ada hubungannya dengan pertanyaan Ares yang mengharuskannya memilih antara cinta atau menikah? Mengapa Ares tiba-tiba menanyakan pendapatnya seperti itu? Apa Ares berencana masuk ke dalam kehidupannya?

Ais hanya bisa menduga-duga meski harus menahan rasa aneh di pipi. Rasa yang ia ketahui bernama....

Ah kejauhan! Ais buru-buru mengkondisikan hatinya. Naksir aja. Naksir. Dengan malu Ais berusaha meralat perasaannya. Sungguh hanya Tuhan yang tahu, hatinya sedang dirambati bunga. 

Dia bilang pingin punya istri yang pinter bikin kopi kayak aku, pingin dibawain bekal empat sehat lima sempurna. Apa jangan-jangan dia pingin ngajak nikah? Ah nggak mungkin! Ais tertunduk malu sendirian sebelum menyeruput kopinya yang masih panas.

Tiba-tiba perasahan salah menyelinap. Bisa-bisanya ia berpikir tentang pria di saat Kenan dan Shakila masih teramat sangat membutuhkannya? Tapi jika pria itu Ares....

Mendadak Ais terserang rasa galau. Padahal, sebelumnya sudah lantang tidak ingin jatuh hati lagi pada pria manapun. Namun mendadak pendiriannya goyah ketika pria seperti Ares yang memberi perhatian.

Bagaimana bisa ia mengabaikan pria seperti itu? Yang dalam setiap pembawaannya mengandung daya pikat, dengan sikap penuh percaya diri seolah yakin dunia ada dalam genggaman, tetapi lembut saat menatapnya? Mata elang itu menangkap hal-hal pada dirinya yang tidak pernah dipedulikan oleh orang lain, seperti bibir pecah-pecah. Bagaimana bisa ia mengabaikan pria yang seperti itu? Ares bahkan menanyakan tentang musik favoritnya.

Pagi itu Ais memutuskan merapikan meja riasnya yang nyaris sepi. Sambil menyisiri rambutnya, ia menatap wajahnya yang tersenyum malu di cermin. Lagu Jatuh Hati yang dibawakan oleh Raisa mengalun pelan dari ponselnya. Entah sejak kapan, ia jadi tertarik pada lagu-lagu cinta.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang