19. Akhirnya dia tertawa

8.8K 738 7
                                    

Bara Nareswara POV

Aku bisa melihat wajah penuh keterkejutan yang nampak di wajah Mikha. Namun aku benar-benar serius dengan ucapanku. Aku akan bertanggung jawab dengan semua yang telah aku lakukan padanya. Aku siap jika keluarganya menuntut diriku untuk menikahinya. Lagipula orangtuaku pasti akan berterimakasih karena pada akhirnya ada wanita yang telah membuatku mau melangkah ke jenjang lebih serius di hidup ini.

Setelah obrolan panas kami, aku memilih untuk kembali ke arah koper sambil mengenakan kaos warna hitam.

"Bar, bukain pintunya."

"Enggak. Kamu di situ aja. Lagian kenapa sih? Ini bukan pertama kalinya kamu lihat aku naked."

Saat sudah berada di dekat koper, aku menurunkan celana yang aku kenakan. tentu saja aku akan berhati-hati saat menurunkannya. Aku sangat menikmati ekspresi Mikha yang terus menatapku dengan tatapan mendambanya. Aku tidak peduli jika yang Mikha cintai adalah tubuhku, bukan diriku. Karena sudah seharusnya seperti itu. Tidak mungkin orang langsung akan jatuh cinta kepada kepribadian seseorang jika belum mengenalnya. Biarkan ia mencintai tubuhku terlebih dahulu baru kepribadianku.

Aku tersenyum saya melihat junior justru bangun ketika aku menurunkan celana.

"Mik, juniorku bangun. Kamu enggak mau blowjob? Aku kangen permainan bibir sama lidah kamu."

Ngguinnggg....

Buugggg...

Aku terkejut ketika sebuah tas keluaran butik ternama Italia, Les Petits Joueurs mendarat di pipiku.

"Aduh," kataku reflek.

"Aduh-aduh. Lo kira gue mau ngelakuin apa yang lo suruh? Enggak. Gue enggak sudi!"

Aku menghela napas panjang dan setelah itu aku tersenyum kepadanya.

"Iya, enggak pa-pa kalo enggak mau. Besok aja kalo kita sudah nikah," kataku sambil memakai celana berwarna hitam yang baru saja aku keluarkan dari dalam koper.

Entah apa yang salah dengan kata-kataku namun kini mataku bisa melihat Mikha melepas sepatu yang membalut kakinya dan kini ia melemparkannya ke arahku. Untung saja aku bisa menghindarinya.

"BARA....!!!" Teriak Mikha sambil ia berlari ke arahku.

Andai saja ia berlari dengan wajah yang manis tentu saja aku akan siap sedia diterkam olehnya. Sayangnya yang ada kini Mikha justru sedang datang ke arahku dengan wajah penuh amarahnya.  Aku mencoba menghindari Mikha dengan terus berlari tetapi aku sudah terlanjur mentok di sudut kamar mandi. Aku sudah tidak bisa berkutik lagi. Saat Mikha datang ke arahku, ia langsung menghujaniku dengan pukulan-pukulannya yang ternyata cukup lumayan keras. Hampir dua menit aku membiarkan Mikha menghujaniku dengan pukulan pukulan-pukulannya yang tidak fokus hingga akhirnya Mikha jatuh terduduk di lantai kamar mandi.

Melihatnya yang seperti itu, aku segera ikut berjongkok. Aku angkat tangan kiriku dan aku usap punggungnya naik turun. Aku memilih diam dan isakan tangis Mikha yang datang perlahan membelai telingaku membuat seolah aku adalah laki-laki jahat. Padahal dulu aku menjamah dirinya juga atas persetujuannya. Aku tidak akan memaksa seorang wanita jika ia memang tidak memberikan ijin kepadaku.

"Kenapa gue sebodoh ini?"

Suara Mikha di sela-sela isakan tangisnya benar-benar membuatku seperti laki-laki paling jahat.

"Enggak, kamu enggak bodoh. Aku yang salah."

Mikha tidak berkata apa-apa lagi. Ia memilih bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi begitu saja. Aku hanya bisa menghela napas dan segera mengikuti Mikha keluar.

Bara di hati Mikha (Tamat)Where stories live. Discover now