29. Me without you

8.3K 736 9
                                    

Bara Nareswara POV

Hari-hari yang aku lalui tanpa kehadiran Mikha benar-benar membuatku semakin sadar jika aku tidak bisa jauh dari dirinya. Seakan ada sesuatu yang aneh hingga membuatku selalu memikirkannya. Sudah seminggu aku tidak bertemu dengan Mikha sejak terakhir kali aku pulang dari rumah Eyangnya. Bahkan kini aku sudah kembali ke rutinitas asliku selama ini.

Aku disibukkan dengan tour berbagai kota bersama Kafka dan El untuk album baru kami. Untung saja walau El sudah menikah, ia tidak pernah membawa istrinya ke manapun kami pergi. Bisa-bisa aku semakin gatel ingin segera kawin jika melihatnya sedang berlovey-dovey dengan istrinya. Ya, mau bagaimana lagi, sebagai laki-laki yang termasuk aktif dalam melakukan olahraga di atas ranjang bersama lawan jenis, kini aku benar-benar sudah tidak melakukan itu lagi. Setiap kali ingin dugem dan melakukan hal itu, bayang-bayang wajah Mikha yang sedang menatapku dengan tatapan membunuhnya seakan ada di dekatku. Shitt! Seakan aku ini laki-laki yang sudah menikah dan takut berselingkuh dari istrinya. Benar-benar aneh, namun itulah yang terjadi kepada diriku belakangan ini.

"Udah bro, kangen-kangenannya?" Pertanyaan Kafka kepada El membuatku kembali menapaki realita.

"Udah. Si Rara masih di kantor. Meetingnya belum selesai. Bulan depan juga gue ditinggal sama dia ke Jepang sepuluh hari."

"Ngapain?" Tanya Kafka dengan polosnya.

Aku hanya menghela napas panjang, kemudian aku jawab sekenanya. "Mau ikut seleksi jadi bintang JAV, Kaf. Gitu aja masa lo enggak paham."

Ngguiingg....

Buggg...

Sebuah bantal sofa mendarat di depan wajahku yang membuat aku mengerjapkan mata beberapa kali.

"Sekate-kate lo, Bar kalo ngatain bini gue. Dia mau liburan sama teman-teman kantornya. Dapat reward akhir tahun dari boss-nya."

"Ya gitu tu si Bara. Kalo minta apa enggak diturutin ngambeknya enggak hilang-hilang."

"Emang gue minta apaan, Kuya?"

"Minta nomernya siapa itu kemarin sama si Rara? Yang Rara enggak mau kasih."

"Si Rio," jawab El singkat.

Aku memutar kedua bola mataku dengan malas. Ya, mereka memang tidak mengetahui jika aku sudah bertemu dengan Mikha bahkan keluarganya. Aku memang berusaha menyembunyikan ini dari mereka agar aku tidak di bully habis-habisan. Apalagi kalo mereka sampai tahu jika yang aku belum miliki sampai saat ini hanya nomer telepon Mikha saja.

"Udahlah, Bar. Lupain aja cewek kaya gitu. Di laut ikan masih banyak. Yang modelan ikan badut, ikan tenggiri sampai ikan salmon juga masih banyak. Tinggal aja Lo tebar jala."

"Sama si Kaelie aja sih, Bar. Lumayan tu dia udah mirip si Nemo," kata Kafka dengan polosnya.

Aku langsung tertawa terbahak-bahak saat mendengar kata-kata Kafka ini. Hanya Kafka satu-satunya laki-laki yang bisa menyebut artis cantik sekaligus model yang bernama Kaelie dengan sebutan seperti Nemo alias ikan badut. Padahal Kaelie memiliki wajah yang cantik dan tubuh tinggi semampai layaknya model.

Sayangnya sejak aku bertemu Mikha dan mengenal dirinya luar dalam, rasanya aku lebih menyukai wanita dengan tubuh berisi dan menonjol dengan begitu besar di beberapa bagian. Terutama menonjol dan besar di bagian gunung kembarnya serta bokongnya. Oh shitt! Aku kembali memikirkan malam-malam penuh kebejatan dengan Mikha dulu. Yah, siapa sangka itu sudah hampir dua bulan berlalu begitu saja.

"Kaelie ternistakan kalo sama si Kafka," kataku sambil menggelengkan kepala.

Tidak mau membuang waktu lagi bersama mereka karena besok aku masih harus terbang ke Manado, kini aku memilih segera kembali ke kamarku. Aku tidak mau berlama-lama bersama mereka karena lama-lama aku menjadi gila.

Bara di hati Mikha (Tamat)Where stories live. Discover now