40. Mengakui kesalahan

7.7K 822 32
                                    

Selamat malam teman-teman...
Mohon maaf, mamak baru update lagi di wattpad dan Karyakarsa hari ini ya.

Mamak ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa untuk kalian semua yang sedang menjalankannya. Semoga diberi kelancaran dalam menjalankannya. Aamiin 😊🙏

Akhir kata Mamak ucapkan selamat membaca Bara dan Mikha 😘

***

Bara Nareswara POV

Aku langsung berdiri dari posisi dudukku saat aku melihat Mama baru saja keluar dari ruangan Mikha di rawat saat ini. Wajah Mama memperlihatkan wajah siap perangnya. Saat Mama sampai di hadapanku, aku langsung bertanya kepada Mama.

"Gimana, Ma hasilnya?"

"Kamu tahu alamat rumah orangtua Mikha?"

"Tahu."

"Okay, kalo begitu kita ke sana sekarang."

"Ma... mau ngapain, Ma?"

"Nanti kamu juga tahu sendiri."

Setelah mengatakan itu, Mama kembali berjalan dan aku mengikuti Mama di belakangnya. Sepanjang jalan aku mengikuti Mama, rasanya jantungku semakin berdegup kencang tidak karuan. Entah bagaimana Mama bisa tampak percaya diri saat ini? berbeda dengan aku yang sejujurnya sedikit gugup bercampur takut. Aku tidak tahu apa yang mampu orangtua Mikha mampu lakukan kepadaku jika nanti mengetahui semua hal ini.

Kini saat aku sudah berada di dalam mobil Bentley dan mobil berjalan meninggalkan parkiran mobil yang ada di basemen gedung rumah sakit, Mama langsung menyerangku dengan tas miliknya secara bertubi-tubi.

"Dasar anak enggak tahu diuntung."

Buggg...

Bugg.....

Buggg ...

"Kamu benar-benar mempermalukan nama keluarga kita, Bara!"

Buugg...

Buugg...

Bugg.....

Aku langsung menjadikan kedua tanganku sebagai tameng perlindungan diriku dari serangan Mama namun bibirku tak berhenti mengucapkan kata ampun. Mama benar-benar seperti sedang kerasukan setan hingga ia menyerangku dengan membabi buta tanpa memiliki belas kasihan barang secuil saja.

"Ampun, Ma... ampun."

"Asal kamu tahu, Mikha tetap kekeh tidak mau menikah dengan kamu! Kalo sampai kamu tidak menikah dengan dia, Mama cincang kamu!"

Ultimatum yang diucapkan Mama secara menggebu-gebu ini sanggup membuatku semakin menciut. Jika Mikha adalah wanita biasa yang tidak sekeras itu, aku yakin Mama tidak perlu sampai menyerangku seganas ini.

Setelah Mama puas menyerangku, kami sama-sama terdiam. Tidak ada satupun dari kami yang meneruskan percakapan ini. Hingga akhirnya Mama memecah keheningan ini setelah hampir sepuluh menit kami sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

"Mikha bilang dia tidak mau terekspose di media. Jadi kalo kamu menikahi dia, tidak boleh ada orang luar yang tahu tentang pernikahan ini apalagi wartawan."

Gila ...
Sungguh gila, bagaimana bisa seperti ini? Di mana-mana orang menikahi itu harus dipublikasikan agar menghindari fitnah, tapi kenapa juga Mikha maunya harus sembunyi-sembunyi? Jika seperti ini bukan salahku jika ada gosip berterbangan di luar sana tentang diriku nanti setelah kami menikah. Toh, orang tahunya aku masih available.

"Kalo ada gosip aku sama perempuan lain gimana, Ma?"

"Kayanya enggak akan masalah buat dia, karena dia enggak cinta sama kamu. Yang ada justru sebaliknya."

Bara di hati Mikha (Tamat)Where stories live. Discover now