45. Pindah rumah bersama Mak Inung

6.6K 589 8
                                    

Bara Nareswara POV

Dengan sedikit mengiba bagai anjing jalanan yang minta dipungut, akhirnya Maureen mau mendengarkan dan membantu diriku. Tiga hari aku berjuang untuk terus memintanya agar menerima asisten rumah tangga Mama yang bernama Mak Inung untuk menjadi asisten rumah tangga di apartemen miliknya. Awalnya Maureen menolak karena ia sudah memiliki langganan jasa bersih-bersih apartemen tapi aku terus memaksanya agar menerima Mak Inung dengan berbagai alasan. Dari alasan yang logis hingga alasan yang sama sekali tidak logis. Bodo amat, namanya juga sedang berjuang meluluhkan tembok beton di hati Mikha. Apa saja akan aku lakukan demi Mikha dan calon anak kami yang ada di dalam rahimnya.

Aku mengatakan kepada Maureen jika dirinya tidak perlu memikirkan gaji Mak Inung setiap bulannya. Aku yang akan membayarnya. Bahkan aku mengatakan kepada dirinya akan membayar semua biaya yang ia keluarkan ketika Mikha tinggal di apartemennya. Sayangnya, Maureen menolak dengan keras usul kedua yang aku ajukan itu. Menurutnya Mikha adalah keluarganya, jadi dia tidak akan meminta bayaran sepeserpun untuk apa yang ia lakukan untuk Mikha selama ini. 

Aku bersyukur karena Mikha memiliki teman sebaik Maureen. Jika tidak entah akan bagaimana kehidupannya saat ini. Di buang keluarga dalam kondisi hamil, tentunya bukan hal yang mudah untuk dijalani. Dengan dibantu Zee-Zee akhirnya aku bisa mendapatkan sewa apartemen yang lokasinya tidak jauh dari unit milik Maureen. Terpaksa juga aku pindah ke sini bersama Mak Inung. Asisten rumah tangga Mamaku yang sudah cukup lama berkerja untuk keluargaku. Ia bahkan sudah bekerja di keluargaku sejak aku masih berusia 3 tahun. Wow, cukup amazing juga ternyata, dia sudah hampir 25 tahun bekerja dengan Mama dan Papa. Bahkan dirinya tahan dengan ocehan Mamaku yang terdengar seperti radio yang baru saja diganti baterainya. Full power hingga tidak tahu kapan akan berhenti.

Dengan pembawaannya yang santai, gaul, dan tidak kaku ini, aku rasa Mak Inung akan cocok menghadapi sosok Mikha. Setidaknya Mak Inung tidak hanya sabar saja, namun juga tegas dan berintegritas. Serius, Mak Inung adalah sosok asisten rumah tangga Mama yang sangat kompeten dan bisa menjaga rahasia dengan baik. Namun jika denganku, jangan tanya bagaimana dia bisa lebih cerewet bahkan lebih galak daripada Mama. Mungkin karena dia sudah ikut membantu Mama merawatku sejak kecil. Kemanapun keluarga kami pindah, Mak Inung akan ikut dengan kami. Entah pindah kota, pulau bahkan negara, Mak Inung tidak akan absen.

"Mas Bara ini gimana? Mosok punya rumah bagus-bagus baru aja selesai dibangun malah pindah ke apartemen begini. Ya, walaupun cukup bagus tempatnya tapi kalo saya milik di rumah aja."

"Anggap aja ini Penthouse," jawabku santai sambil beranjak dari kursi yang ada di ruang makan. Untuk menuju ke arah dapur.

"Penthouse? Lha mbok ngaca to Mas. Uang di rekeningnya Mas Bara paling enggak sampai lima milyar setelah bangun rumah kemarin," kata Mak Inung dengan santainya.

Aku tau dia memang tipikal orang yang selalu mengatakan apa adanya sesuai pengamatannya. Meskipun kata-katanya terkadang membuatku merasa gemas sendiri. Inikah hasil emak-emak yang lebih banyak nonton media sosial dan televisi daripada bekerja.

"Ya sudah, besok aku jadi pejabat aja, biar cepat kaya. Jangankan lima milyar, seratus milyar sampai satu triliun juga enggak butuh waktu sampai pensiun bisa dapat."

"Astaghfirullah, Mas. Jangan jadi pejabat. Sudah, mending jadi artis aja kaya sekarang. Biar Mak Inung ini bangga punya majikan artis terkenal. Terus yang follow di Facebook dan Instagram Mak Inung membludak. Sekarang Mak Inung juga sudah mulai main tik-tok. Siapa tahu banyak tawaran endorse berdatangan nantinya."

Aku mencoba menarik napas dalam-dalam dan pelan-pelan aku embuskan perlahan. Aku ulangi terus menerus hingga rasa gemas yang ada di dalam diriku kepada Mak Inung ini hilang. Sungguh, Mak Inung ini layaknya emak-emak yang baru saja mengenal apa itu sosial media. Mungkin saja di masa mudanya dulu ia masih kurang pengakuan dari orang- orang di sekitarnya, sehingga kini ia butuh validasi dari orang-orang di dunia tipu-tipu. Miris bercampur menggelikan bagiku.

"Emang sekarang sudah dapat tawaran buat jadi selebgram?"

"Belum, tapi kalo dapat tawaran jadi  paparazi khusus mengintai kehidupan Mas Bara banyak banget berdatangan. Bayarannya pun menggiurkan, tapi tenang aja, Mas semua sudah Mak Inung tolak mentah-mentah. Mak Inung ini tipe setia."

Aku segera mengambil minum dari dispenser yang ada di depanku. Setelah selesai meminum satu gelas air putih, aku tatap Mak inung yang kini sedang sibuk dengan smartphone miliknya lagi di meja makan.

"Mak, jangan lupa sama tugas Mak Inung di sini, ya?"

Mak Inung mengangkat tangan kanannya dan memberikan tanda dengan jempolnya. Melihat kelakuannya ini, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Setelah itu aku kembali berjalan mendekatinya dan duduk di depan Mak Inung yang tatapannya masih sibuk memandangi handphone miliknya.

"Mak?" Panggilku lagi kepada Mak Inung.

"Iya, Sayang. Ada apa?"

"Ingat ya, Mikha enggak boleh tahu kalo Mak Inung ini kerja sama keluarga aku. Terlebih tahu tentang aku."

Mak Inung mengangkat pandangannya dan ia menggelengkan kepalanya.

"Enggak mungkin berlagak enggak tahu sama mas Bara. Karena mas Bara 'kan publik figur terkenal. Calon menantu potensial emak-emak mertua satu negri Konoha."

"Pokoknya Mak Inung enggak boleh mencurigakan di depan Mikha. Harus lemah lembut dan sopan. Bantu semua kebutuhan dia selama tinggal di sini."

"Iya-iya, enggak usah takut gitu. Tenang aja, semua beres sama Mak Inung."

"Ya sudah, Mak. Aku mau ke studio dulu. Aku ada latihan hari ini."

"Okay, titip salam ya buat Mas Kafka. Tolong bilangin sama dia, Mak Inung masih membuka lowongan untuk menjadi ibu mertua. Anak Mak Inung masih jomblo di desa."

"Iya, nanti aku salamin ke dia. Aku duluan ya, Mak."

Setelah itu aku berdiri dari kursi yang aku duduki dan langsung bejalan menuju ke arah pintu keluar apartemen yang aku sewa ini. Walau dengan aku tinggal di sini mungkin akan membuatku cukup lelah karena lokasinya yang cukup jauh dari studio latihan band-ku, tapi aku tidak bisa mengeluh. Ini keputusanku. Setidaknya dengan begini aku bisa lebih dekat dengan Mikha walau aku tetap harus menjaga jarak aman dari dirinya.

***

Bara di hati Mikha (Tamat)Where stories live. Discover now