06

4.1K 364 9
                                    

"Gue mau keluar!" Ucap Lilith sembari memandang datar sosok didepanya. Perempuan ayu itu menyilangkan kaki dibawah sana.

"Kemana?"

Bukanya memberi jawaban pasti, Jevas malah kembali bertanya. Walaupun begitu, fokus lelaki itu tak lepas dari dokumen dimejanya.

"Intinya begitu, selebihnya lo nggak perlu tau."

"Jawab jujur atau lo tetep dirumah?"

Lilith memutar bola matanya malas, kenapa lelaki dihadapanya ini ngelunjak? masih mending Lilith mau meminta izin dengan baik-baik, yah walaupun sebenarnya ada maksud terselubung sih.

"Sekali lagi gue tanya. Mau pergi kemana?" Ucapnya penuh dengan penekanan.

"Selingkuh."

Lilith memejamkan mata. Siap-siap mendapatkan semburan kata-kata pedas dari Jevas tetapi hal pertama yang Lilith lihat saat membuka mata adalah raut wajah Jevas yang mengangguk tanpa beban.

Melihat itu Lilith tentu merasa senang karena entah kesambet apa kali ini Jevas tidak memperhambat jalanya. Walaupun tak bisa dipungkiri ada rasa mengganjal tersendiri.

Lilith menatap Jevas curiga, "Lo nggak lagi ngerencanain sesuatu, kan?"

Aneh bukan? seorang Jevas menyetujui dengan semudah itu padahal biasanya lelaki itu akan bersikap kasar, marah dan tak terima.

Menggelengkan kepalanya, "Lo pengen gue ngelakuin sesuatu?" lalu tersenyum miring.

Memutar bola mata malas disusul dengan gelengan singkat, "Tumben banget lo waras," Ucap Lilith tanpa berfikir panjang.

Mendengar penuturan Lilith, Jevas terkekeh menyeramkan, "Udah gue ijinin, kan? kenapa masih disini?"

Mengambil nafas dalam kemudian menghembuskan secara perlahan, mencoba sabar mengahadapi iblis tampan itu.

"Gimana mau keluar!? semua pintu lo kunciin bangsat." Geram Lilith. Ingin sekali perempuan itu menendang ulu hati Jevas dengan keras.

Mendengar kalimat kasar yang keluar dari mulut Lilith, netra Jevas yang semua melihat kearah dokumen ditanganya kini melirik Lilith dengan tajam lalu berdesis.

Yang Lilith tangkap, Jevas merasa marah dengan perkataannya barusan.

Brak.

Membanting beberapa kunci diatas meja. Lalu berkata, "Ambil!! ada kunci mobil juga, Lo boleh bawa."

Tentu hal itu membuat mata Lilith berbinar cerah. Ternyata asumsinya barusan tentang Jevas salah besar. Ia kira Jevas akan mempersulit jalanya dan akan tetap mengurungnya dirumah ini.

Tangan Lilith telulur untuk mengambil beberapa kunci itu. Untung saja Jevas tidak pergi ke kantor hari ini, bila tidak maka Lilith akan mati kebosanan sampai besok.

Ngomong-ngomong kenapa Jevas tidak kekantor?

"Kenapa Lo nggak kekantor?" Tanya Lilith spontan.

"Gue nanti kerumah sakit."

Menganggukan kepala takzim, "Oh cewek lo sakit? semoga cepet mati, ya." Lagunya cari masalah memang. Tapi apa Lilith peduli? yang pasti dia akan selalu mencari kesempatan untuk menyudutkan Jevas.

Kenapa Lilith langsung menebak bahwa itu Stela? karena siapa lagi yang bisa membuat Jevas khawatir kalau bukan kekasih gelapnya itu.

"Cewek gue, ya?" Jevas terkekeh. "Ngomong-ngomong dia masih belum sakit, mungkin satu jam kedepan?"

Mengerutkan kening bingung. Setelah itu Lilith menggelengkan kepala tak mau tahu. Tidak ambil pusing, biarkanlah orang gila semacam Jevas berkata semaunya yang pasti dia akan pergi keluar hari ini.

Lilith menegakkan tubuh, belum sampai dua langkah mengayunkan kaki, ucapan Jevas menghentikan langkahnya.

"Hati-hati!"

Tanpa menoleh, Lilith menganggukan kepala. Kemudian kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

Walau dalam hati, perempuan ayu itu mempunyai firasat buruk. Dan juga apa-apaan perkataan Jevas barusan "Hati-hati?" apa Lilith tidak salah dengar?

*****

Bunyi alunan musik terdengar sangat merdu ditelinga gadis itu, matanya fokus menatap sekat kaca yang menyuguhkan beberapa pengendara didepan. Sedikit menggoyangkan tubuhnya untuk menikmati lagu.

"Gak sabar banget gue ketemu idola."

Lilith mengungkapkan isi pikiran. Sudah beberapa hari dirinya disini baru kali ini ia merasa sangat senang karena akan bertemu dengan tokoh figuran idolanya, Atlas.

Sebenernya tadi Atlas sudah menawarkan diri untuk menjemputnya tetapi Lilith menolak dengan alasan ia tidak ingin Atlas merepotkan dirinya sendiri.

Padahal alasan sebenarnya adalah, Lilith masih belum ingin mempertemukan Atlas dengan Jevas terlebih dahulu. Karena ia takut jika Atlas dalam bahaya karena Jevas, mengingat pasti lelaki itu akan murka karena istrinya berselingkuh, ego Jevas tersenggol.

Tetapi sepertinya Lilith harus merubah rencana itu. Lihat saja saat ini, Jevas tak mempermasalahkan, malahan memperbolehkan.

Dert dert. Bunyi itu menandakan adanya panggilan masuk.

Lilith mengulurkan tanganya untuk mengambil handphone di dasboard. Nama Atlas terpampang jelas disana. Tanpa menunggu panjang, Lilith mengclick tombol hijau.

"Hallo?"

"Masih dimana?" Tanya seoang disebrang sana. Lilith yakin dari nada bicara orang itu terlihat tak sabaran.

"Masih dijalan. Agak jauh, Lo tunggu sebentar! nggak bakal lama banget kok."

Lilith sengaja tak menyebutkan masih didaerah mana. Karena memang perempuan itu tak tahu, ia cuman mengendarai mobil dengan modal sharelock dari Atlas saja.

"Jangan ngebut! pelan-pelan aja. Gue nunggu lama nggak masalah."

Lilith mengangguk, "Siap, At."

Wajah yang semula berseri-seri kini berganti dengan wajah bingung juga panik karena saat Lilith menginjak rem tapi laju mobil tak kunjung berubah.

"Sialan ini mobilnya kenapa sih bangsat?!" Panik Lilith.

Tentu orang disebrang sana tak kalah paniknya, "Ada apa? kenapa?"

"Remnya blong, At. Nggak bisa digunain, remnya mati fungsi!!" Ucap Lilith setengah berteriak.

"Fuck!"

Lilith tidak fokus kepada sambungan itu lagi saat netranya melihat ada truk didepan sana, Lilith tentu panik bukan main. Dengan spontan, perempuan itu membanting stir, alhasil mobil yang ia tumpangi menubruk trotoar jalan.

"Mati lo, Jevas." Ucapnya terakhir sebelum kesadarannya terenggut oleh kegelapan.

Ya siapa juga yang bakalan jadi tersangka kalau bukan Jevas? karena tingkah cowo itu sendari tadi sangat aneh, mulai dari mengijinkannya keluar untuk berselingkuh sampai memperbolehkan membawa mobil sendiri, bukankah itu sangat aneh?

Lagi pula tidak ada angin tidak ada hujan masa mobil sebagus dan seterawat ini tiba-tiba remnya blong?

Tidak jauh dari tempat kecelakaan yang menimpa Lilith. Lelaki dengan mata tajamnya melihat semua itu.

Terlihat senyum samar yang tak begitu jelas bila tidak diperhatikan secara teliti. Seolah kejadian barusan memang dia yang merencanakan.

"Baru permulaan Lilith. Konsekuensi karena lo masih berani macem-macem dibawah kendali gue.  Kita lihat sejauh mana lo bakalan lari."

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang