AFISKA DANIEL FABIANO 6

6.6K 476 6
                                    

⚠️Typo tandai
_____________

"buka mulutnya sayang"

Bian menolehkan kepalanya menolak. Ia malah  membenamkan wajahnya di dada sang mama.

"Adek kenapa si kok rewel?" Diana mengusap punggung Bian lembut

"Adek sakit?" Tanya Diana. Tangannya ia tempelkan pada kening di bungsu.

Alangkah kagetnya Diana saat ia merasakan panas menjalar pada punggung tangannya.

"Adek sakit kok ga bilang?"

Diana menangkup wajah sang anak yang nampak lesu dan sedikit pucat.

"Pusing?" Tanya Diana lagi dan hanya di balas anggukan.

Rasanya untuk menjawab sangat sulit karena Bian merasa tubuhnya sudah benar-benar tidak bertenaga.

"Papa panggilin dokter Misya ya" Rangga sudah mengangkat handphonenya bersiap untuk menelpon salah satu dokter spesialis anak kenalannya.

"Jangan papa. Ngga mau dokter" ujar Bian lesu.

"Bawa ke atas aja mah. Sini aku aja yang gendong".

Diana mengangguk menyetujui saran Barra. Ia menyerahkan Bian untuk di gendong oleh sang Abang namun belum sempat beralih gendongan, Bian memeluk Diana dengan sangat erat seolah-olah tak ingin di pisahkan.

"Mau mama" ujar Bian pelan nyaris berbisik.

"Iya sama mama. Udah bang mama aja yang bawa ke atas. Kamu lanjut makan aja ya, di abisin"

Barra mengangguki perintah sang mama.

Diana berdiri dari duduknya dengan Bian yang berada di gendongannya. Untuk seukuran bocah sepuluh tahun yang badannya masih seperti bocah 7 tahun bukan masalah besar bagi Diana untuk menggendongnya.

Sesampainya di kamar sang anak, Diana hendak menurunkan Bian di atas ranjang. Namun Bian menolak karena tangan anak itu memeluk erat leher mamanya.

Diana yang paham pun tidak jadi menurunkan sang anak. Ia menimang-nimang tubuh Bian agar anak itu tidak rewel.

"Adek mau susu?" Pertanyaan dari Diana hanya di balas gelengen dari sang empu yang di tawari.

"Terus adek mau apa?" Lagi-lagi Bian hanya menggeleng.

Tak lama Barra menyusul setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Papa mana?" Tanya Diana yang tidak mendapati suaminya.

"Lagi telpon dokter Misya" ujar Barra hanya dengan gerakan mulut. Tak ingin sang adik muendengarnya.

Diana mengangguk paham isyarat dari sang anak. Jika Bian mendengar sudah pasti anak itu akan menolak keras.

"Sudah sayang, tapi katanya agak telat" ujar Rangga yang baru masuk kamar. Diana hanya mengangguk saja.

"Bian kenapa bang kok tiba-tiba sakit?"

"Abis main ujan"

Mendengar penuturan Barra, Diana sedikit melotot pada anak sulungnya itu.

"Kok ga di larang sih" protes Diana.

"Ya gimana mau aku larang mah. Lha wong aku aja ga tau. Pas aku cek di kamar Bian udah ga ada eh tau-tau malah main ujan di belakang" jelas Barra.

"Adek lain kali jangan gitu ya. Kan kalau sakit itu ga enak" nasihat Diana pada si bungsu yang kini bersandar sepenuhnya pada pundak ibunya.

"Sini sama papa kasian dek mama capek" Rangga mencoba membujuk Bian karena ia juga merasa kasihan dengan sang istri yang terlihat lelah.

Namun yang terjadi malah pegangan Bian pada sang mama semakin mengerat tanda tak ingin jauh dari sang mama.

AFISKA DANIEL FABIANO [END]Where stories live. Discover now