02

57K 3K 277
                                    

Happy reading!

Siapa yang nungguin Romeo?🥵
Siap-siap dag dig dug ser ya💃

Romeo menatap ke arah bagunan rumah susun yang Evelyn tempati. Ia sudah berada di sana sejak pagi tadi. Pria itu mengamatinya dari dalam mobil, berbekal sebotol wine yang menemaninya.

Sudah di menit ke empat puluh pria itu menjadi penguntit, namun hal itu tak membuatnya sedikitpun beranjak. Justru Romeo semakin semangat menanti Evelynnya keluar. Ia semakin dibuat tidak sabar melihat wajah cantik Evelyn muncul dari balik pintu itu.

"Oh Evelyn, wangi tubuhmu itu membuatku mabuk kepayang," kekeh pria itu, memejam matanya mengingat aroma tubuh Evelyn yang begitu ia sukai. Mengingat malam dimana ia berhasil menerobos kamar gadis itu dan sedikit memberikan sentuhan nakalnya.

Romeo membasahi bibirnya dengan terus tertawa kecil, jok mobilnya sedikit dimundurkan kebelakang. Kakinya ia naikan ke atas stir mobil dengan sebotol wine yang berada di tangan kanannya. Pria itu santai sekali.

Romeo tenggak cairan memabukan itu, dengan matanya yang mendamba pintu Evelyn terbuka. Hingga akhirnya, senyumnya tertarik sempurna saat pintu itu memunculkan seseorang dibalik sana. Dia— Evelyn Seira, gadisnya.

"Mari kita bersenang-senang, sayang..."

Romeo mulai membenarkan posisi, melajukan mobilnya pelan-pelan mengikuti Evelyn yang menaiki sepeda motornya dari belakang. Pria itu tak henti-hentinya tersenyum seperti orang kasmaran.

"Satu...dua.." ia menghitung dengan mengetuk jari telunjuknya pada stir mobil. "Tiga."

Brak!

Romeo tertawa pelan, menyeringai kepuasan. "Sempurna."

Motor yang dikendarai Evelyn jatuh bersamaan dengan gadis itu. Sebuah mobil pick up menyerempetnya begitu saja. Rencana Romeo, berjalan sempurna.

Tubuh Evelyn terkapar lemah di atas aspal, beberapa orang datang mengerubungi, orang-orang yang tak lain adalah suruhannya.

"Mbak gapapa? Duh maaf ya. Kamu sendiri sih bawa motornya nggak hati-hati!" Omel supir pick up itu, dengan seorang wanita yang membantu Evelyn bangkit dari sana. Sebab ia sendiri tak berani menyentuh gadis itu, ia masih sayang akan nyawanya.

Evelyn hanya mendapat luka lecet di lutut dan sikunya, dengan beberapa bagian tubuhnya yang terasa nyeri. "Iya, Pak. Maafkan saya juga ya. Saya tid—,"

"Ada apa ini?" Semua atensi orang-orang di sana, beralih pada seorang pria yang menginterupsi mereka. Pria dengan pakaian kantornya, jas licin mengkilat dengan brand ternama.

"P-pak Romeo?" Gumam Evelyn, sedikit kaget melihat pria itu yang tiba-tiba muncul di saat-saat seperti ini.

Romeo sendiri hanya menatap Evelyn sekilas dengan tatapan tenangnya. Bermain begitu apik, seakan ia tidak pernah mengambil peran di sana.

"Bisakah kalian semua menyingkir? Kalian menghalangi jalanku," kata Romeo datar menekan.

Kontan semua langsung menepikan diri, sepeda motor Evelyn pun ikut diseret ke pinggir oleh beberapa orang. Saat jalannya sudah bisa dilewati, Romeo berjalan menuju mobilnya, melanjutkan perjalanan. Namun sebelum itu, ia membisikan sesuatu pada Evelyn. "Sepuluh menit lagi, kau sudah harus sampai di kantor."

Romeo AlmaheraWhere stories live. Discover now