Bang Aldi

270K 881 13
                                    

Aku menutup pintu dengan kencang agar dua orang pria yang saat ini sedang asyik bercumbu itu segera sadar bahwa mereka tak seharusnya melakukan itu. Aku tidak tahu ternyata selain bersahabat, abang dan sahabat abangku juga menjalin sebuah hubungan lebih. Tapi, yang menjadi masalahnya disini adalah teman abangku itu laki-laki. Apa mereka berdua gay? Pantas saja aku merasa sedikit aneh dengan kedekatan mereka. Padahal abang memiliki seorang kekasih yang sangat cantik. Apa Abangku itu berpacaran dengan wanita untuk menutupi kedoknya saja?

Apa yang sekarang harus aku lakukan? Terpikir olehku untuk melaporkan kepada Mama dan Papa tapi aku tidak punya bukti.

Aku memilih kembali berbaring di atas kasur melupakan niat awalku untuk mengambil minum. Hell, bayangan abang dan teman abangku saling berpagutan bibir dengan mesra terus saja berputar di dalam otak. Sungguh menganggu. Lebih ke merasa jijik juga tak menyangka mereka bisa berbuat seperti itu.

Meski sulit kupaksakan mataku untuk tertutup kembali, ini sudah tengah malah aku harus segara tidur. Jangan sampai aku besok bangun kesiangan dan terlambat masuk sekolah karena jam pelajaran pertama diisi oleh seorang guru killer.

*****

Diluar sangat terik, aku mengambil kunci pintu rumah cadangan yang selalu aku bawa karena saat ini rumah dalam keadaan kosong. Tak ada siapa-siapa di dalam. Mama sedang menemani Papa pergi dinas ke luar kota sedangkan abangku juga sepertinya belum pulang masih di kantor. Ngomong-ngomong soal abang, sejak kejadian semalam aku belum bertatap muka lagi dengan abangku satu itu.

Karena malas pergi ke kamar yang ada di lantai dua, aku memilih merebahkan tubuhku di atas sofa ruang keluarga. Tak lupa juga aku nyalakan ac pada suhu yang paling rendah untuk segera bisa mendinginkan tubuhku.

Ku buka tiga kancing seragam sekolahku, gerahnya benar-benar membuatku tidak kuat. Sampai tak terasa mungkin karena kelelahan juga baru pulang sekolah aku jatuh tertidur di atas sofa.

Entah berapa lama aku tertidur, saat aku bangun televisi di ruangan sudah menyala. Meski sedikit buram karena baru bangun tidur aku bisa mengenali siapa yang saat ini duduk di sofa seberang. Itu Aldi, sahabat abangku. Lelaki itu juga yang semalam aku pergoki sedang bersilat lidah dengan abangku.

Aku bangkit lalu bersandar dengan malas pada sofa. Rasanya malas sekali tapi aku harus segera mandi. Tubuhku butuh air agar kembali segar.

"Udah bangun" ucap bang Aldi tanpa melihat sedikitpun padaku.

Sayang sekali sebenarnya. Bang Aldi itu tampan, sangat tampan malah, dengan bibir tipis dan mata yang cekung ke dalam tatapannya selalu terlihat tajam. Tingginya juga di atas rata-rata lelaki indonesia. Idaman sekali sebenarnya hanya saja ternyata si tampan suka dengan yang tampan juga itu berlaku untuk abangku dan bang Aldi.

"Hm" balasku seadanya, masih sungkan rasanya berbicara dengan bang Aldi setelah kejadian semalam.

"Soal semalam--"

"Gue gak akan laporin Mama sama Papa, bang. Sumpah" aku memotong ucapan bang Aldi dengan cepat seakan meyakini itulah yang akan bang Aldi katakan padaku. Tapi, kulihat bang Aldi hanya menghela nafas panjang kemudian tatapannya beralih menatapku. Membuat aku sedikit gugup atas tatapan tajamnya yang terlihat mengintimidasi.

"Kamu mikir apa soal kejadian semalam?" Tanya bang Aldi setelah cukup lama hanya diam saling bertatapan dari jarak yang lumayan jauh.

"Kalian... Gay" kataku yang memelan di akhir kalimat.

Kulihat bang Aldi bangkit lalu berjalan ke arahku. Aku mundur ke ujung sofa ketika lelaki itu duduk terlalu mepet pada tubuhku tapi sepertinya memang tujuannya begitu karena kini aku sudah ada di ujung sofa dengan diapit juga oleh tubuh besar bang Aldi.

"Aku bukan gay" ucap bang Aldi penuh penekanan

"Pegang. Dia bangun cuma karena liat dada kamu" aku dengan cepat manarik tanganku yang bang Aldi letakan di atas gundukan antara pahanya, seakan tersadar sesuatu aku menatap tiga kancing seragam sekolah yang tadi sebelum tidur sempat aku buka yang kini menampilkan bra juga sebagian payudaraku yang tidak tertampung bra. Aku dengan cepat merapatkan seragam sekolahku.

"Mesum!" Aku menjerit sebal ketika mengetahui tatapan bang Aldi tak lepas dari dadaku.

Aku akan berdiri tapi bang Aldi menahan tanganku, aku yang tidak siap sampai terjatuh di atas pangkuannya.

"Gimana kalo kita buktiin aja aku gay atau bukan. Tapi, yang pasti aku masih suka dada besar sama lobang memek" aku dibuat mematung tak menyangka mendengar kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut bang Aldi. Vulgar sekali!

"Lepas atau gue teriak" ancamku mencoba melepaskan tanganku dari cekalan tangan bang Aldi yang terasa sangat kuat.

"Kamu teriak malah bikin aku tambah nafsu" ucap Bang Aldi disertai seringai mesumnya. Aku memalingkan wajah ketika tangan bang Aldi mengelus lembut di sepanjang garis rahangku.

"Mau abang jilatin lubang memek kamu. Daripada cuma nonton bikin kamu penasaran, Abang jamin kamu pasti ketagihan" bisik Bang Aldi tepat di telingaku membuat tubuhku meremang seketika.

"Jangan gila lo, bang!" Aku berteriak marah. Kata-katanya membuatku merasa sedang dilecehkan.

Aku menahan nafas ketika Bang Aldi menekan miliknya pada intiku di bawah sana. Bang Aldi menggesekan miliknya membuat aku tanpa sadar melenguh pelan. Inti kami bergesekan hanya terhalang oleh kain yang saat ini kami pakai.

"Bang, berhenti" ucapku dengan nafas tercekat. Tubuhku terkunci oleh kedua tangannya.

Bukannya berhenti bang Aldi malah bertingkah semakin jauh dengan mencium bibirku. Aku menutup bibirku rapat untuk menolak ciumannya tapi sepertinya bang Aldi tak kehabisan akal. Lelaki itu menekah inti kami dibawah sana semakin kencang membuatku tanpa sadar mendesah pelan. Lidahnya langsung menerobos masuk menggodaku. Ciumannya terasa memabukan membuat tubuhku terasa lemas seketika. Aku yang sudah terbuai membalas ciuman Bang Aldi tak kalah agresif. Ciuman bang Aldi sungguh membuatku hilang akal. Bagaimana lidahnya mengajak lidahku untuk saling bertaut. Ini ciuman terhebatku.

"Eungh..." Kami sama-sama melenguh tertahan ketika aku terus saja bergerak tak karuan hingga inti kami dibawah sana saling bergesekan. Rasanya tak nyaman, aku seperti menduduki sesuatu yang terasa keras.

Aku mengerang protes ketika Bang Aldi menjauhkan wajahnya. Bang Aldi mendudukan tubuhku di sofa sampingnya. Aku yang sudah lemas belum sempat melarang ketika bang Aldi melepaskan celana dalam yang aku pakai lalu tanpa aba-aba menengelamkan wajahnya di antara pahaku.

Tanpa persetujuan lidah bang Aldi langsung saja menjilat dan melumat vaginaku. Seketika kedua pahaku tertutup membuat Aldi semakin leluasa melumat vaginaku. Bahkan dengan mudahnya ia menusuk-nusukan lidah panjangnya menggoda lubang vaginaku dibawah sana. Jemarinya tak mau ketinggalan dengan menggesek klitorisku, semakin berlipat saja kenikmatan yang kurasakan.

*****

Yang mau dilanjut follow dan spam komen!!

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang