Ba-Ra 3

112K 759 39
                                    


Jemari tangan Bara dengan lembut menyusuri wajah Inara yang memerah. Mata keduanya bertatapan, hanya dari tatapan mata, mereka seakan tau apa yang diinginkan.

"Kamu tau kamu cantik, ada banyak laki-laki yang suka kamu" Semenjak Inara mengejarnya, tanpa Inara sadari diam-diam Bara juga memperhatikan perempuan itu. Yang Bara lihat ada banyak sekali laki-laki yang berusaha mendekati Inara.

"Tapi, saya cuma mau Pak Bara" balas Inara, melingkarkan tangannya pada leher Bara, membawa wajah mereka semakin dekat.

"Kenapa susah sekali buat Bapak jatuh cinta sama saya?" Tanya Inara, menatap Bara sendu.

"Sejujurnya sangat mudah untuk saya jatuh cinta kepada kamu"

"Lalu?"

"Saya sadar diri saya ini siapa dan kamu siapa"

"Maksudnya?" Inara sampai mengernyitkan dahinya, tak mengerti maksud ucapan Bara.

"Kamu putri kesayangan Radian Abimana, saya tahu gimana Ayah kamu" ujar Bara, mengelus lembut pipi Inara menggunakan jempolnya. Inara sempat terpaku saat melihat sebuah senyuman manis terbit diwajah Bara untuknya.

"Jadi maksudnya Bapak juga suka sama saya?" Tanya Inara, menikmati elusan tangan Bara pada wajahnya.

"Entah kapan tepatnya, diam-diam saya mulai menunggu kedatangan kamu ke ruangan saya. Saya mulai menunggu menu apa yang akan kamu bawa untuk makan siang saya. Saya mulai menunggu pesan random yang kamu kirim untuk saya" mendengarnya Inara tak bisa untuk menyembunyikan senyumannya, secara tak langsung Bara mengakui jika lelaki itu memang menginginkannya bukan?

"Cium saya lagi, Pak" pinta Inara.

Bara menatap Inara intens, tangannya naik menyentuh dagu Inara.
Tak bisa menolak permintaan Inara, Bara kembali mendekatkan wajah mereka, membawa bibir Inara kedalam sebuah ciuman yang kali ini terasa lebih menggebu karena sudah melibatkan nafsu didalamnya. Bibir keduanya bergerak saling menyesap, Inara dengan mudah terlena dengan gerakan bibir yang Bara lakukan.

"Mmhh..." Deru nafas dan kecipakan suara decapan bibir yang beradu mulai mengisi kekosongan malam. Inara semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada leher Bara, sedangkan laki-laki itu membawa tubuh Inara semakin merapat.

Nafas keduanya sudah terengah namun tidak ada yang mau menyudahi ciuman panas itu. Keduanya terlihat saling menikmati permainan bibir yang mereka lakukan.

Tangan Bara yang sejak tadi bertengger pada pinggang Inara dituntun oleh wanita itu naik ke atas, menyentuh dadanya yang sejak tadi bergesekan dengan dada Bara. Saat tangan kanan Bara sudah menangkup sebelah dadanya, Inara gerakan telapak tangan itu untuk meremas dadanya.

"Eungh..." Inara melenguh pelan, saat tanpa harus dituntun Bara mulai meremas pelan dadanya.

Mendengar lenguhan Inara seketika membuat Bara tersadar, laki-laki itu dengan cepat melepaskan ciuman mereka lalu sedikit mendorong tubuh Inara menjauhinya.

"Maaf, saya kelewatan" Wajah Bara terlihat kaku, laki-laki itu mengusap bibirnya menggunakan punggung tangannya lalu berbalik, mulai melangkah ke arah pintu keluar. Namun, saat tangannya baru memegang handle pintu tiba-tiba Inara sudah berdiri dihadapannya, menghalangi pintu keluar.

"Minggir, Inara!" Geram Bara. Inara menggeleng sambil merentangkan tangannya untuk menghalangi Bara agar tidak keluar.

"Inara"

"Enggak!"

Dengan cepat Inara memgunci pintu lalu berlari ke arah jendela, ia melemparkan kunci itu keluar yang seketika membuat Bara menggeram marah atas kelakuannya.

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang