Best Mistake (Rania & Tristan) 1

118K 802 100
                                    

Rania memijat pelan dahi dan pangkal hidungnya, ia tak mau merusak make up di wajahnya tapi dirinya juga tak bisa menahan denyutan sakit dikepalanya. Efek jetlag setelah belasan jam berada di dalam pesawat masih ia rasakan namun ia tak bisa serta merta langsung mengistirahatkan tubuhnya karena hari ini adalah hari pertunangan saudara kembarnya.

Kemarin, setelah hampir empat tahun menetap di luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya, akhirnya ia pulang juga. Dalam kurun waktu empat tahun itu bisa dihitung dengan hitungan jari berapa kali ia pulang ke rumah.

Selain karena jarak yang sangat jauh Rania juga lebih nyaman sendiri, tanpa ada orang yang ia kenal disekitarnya. Entah kenapa Rania menyukai perasaan saat ia dikelilingi oleh orang-orang asing, ia bisa lebih menjadi dirinya sendiri.

Kepulangannya kemarin juga sebenarnya sangat mendadak, Rania sangat khawatir dengan adik kembarnya, Inara yang akan dijodohkan. Padahal Rania tahu selama ini Inara sudah memiliki laki-laki pilihannya sendiri, tapi kembarannya itu tak kuasa menolak permintaan Ayah mereka.

Rania berdiri lalu kembali memperhatikan penampilannya pada pantulan cermin. Hari ini Rania memakai dress yang senada dengan sang Ibu dan kakak ipar perempuannya, dress yang memang sudah sengaja disiapkan.

Setelah memastikan penampilannya cukup sempurna, Rania berjalan ke kamar sebelah, kamar kembarannya. Ketika ia masuk terlihat adik kembarnya itu baru selesai didandani.

"Cantik banget" puji Rania, mereka memang kembar identik tapi semua orang mengakui jika wajah Inara lebih terlihat manis dan enak dipandang. Rania tidak akan cemburu karena memang itu kenyataanya.

"Kakak" Inara menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Dengan tatapan matanya Rania meminta orang-orang yang ada di dalam kamar Inara keluar, ia ingin bicara dengan berdua dengan Inara. Sejak kemarin ia tiba, dirinya tak memiliki kesempatan untuk bicara berdua dengan kembarannya.

"Aku enggak bisa, Kak. Aku enggak suka sama dia"

Melihat wajah putus asa adik kembarnya membuat Rania tak tega. Dari empat bersaudara memang Inara yang peling penurut. Tak pernah membantah perintah orangtua mereka.

Tak seperti dirinya, Inara bahkan baru merasakan hidup bebas tanpa kekangan orangtua dua tahun terakhir. Saat Inara masuk dunia perkuliahan.

"Biar kakak yang gantiin kamu" Kalimat itu meluncur keluar dengan mudahnya dari mulut Rania. Ia tak tahu keputusannya ini benar atau tidak tapi melihat secercah harapan kembali bersinar dari wajah Inara, Rania yakin dengan jalan yang ia ambil.

Setelah bertukar pakaian mereka kembali saling memberikan pelukan erat. Ucapan terimakasih juga tidak berhenti keluar dari mulut Inara. Setelah Inara keluar Rania duduk sendirian di dalam kamar sambil terus berdoa semoga tidak ada yang mencurigai Inara yang sudah kabur keluar sana. Sampai tak lama pintu kamar terbuka, masuklah seorang wanita yang biasa Rania panggil Ibu.

"Mana Nara?" Tanya Anita, sebagai seorang Ibu tentu ia tahu yang dihadapannya sekarang bukan Inara.

"Aku yang akan gantiin Nara"

"Maksudnya gimana? Kamu jangan bercanda Kak, calon suaminya Nara sudah di depan" Kepanikan terdengar jelas dari nada suara Anita, namun Rania masih tetap terlihat santai. Bahkan saat sang Ibu memanggil Ayahnya, Rania masih tetap bersikap tenang.

"Ayah enggak bisa paksa Nara" ucap Rania, melihat sang Ayah berjalan mendekatinya.

Ayahnya itu tak mengatakan apapun, namun dari wajahnya terlihat cukup frustasi.

"Bawa Rania turun!" Setelah mengucapkannya Radi pergi begitu saja.

Hingga akhirnya kini Rania dituntun oleh Ibu dan kakak iparnya menuruni tangga rumahnya yang melingkar, dibawah sana sudah banyak orang yang menunggu kedatangannya. Entah kenapa dirinya dibuat gelisah, perasaanya jadi tidak enak saat langkahnya semakin menuruni tangga terakhir. Seakan ada hal buruk yang sudah menunggunya.

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang