4. Lupa berkenalan

1 0 0
                                    

"Kenalan nya nanti aja. Sekarang lo mau apa?" tanyanya lembut.

Aine mengangguk setuju. Matanya jelalatan ke setiap sudut jualan, "Yaudah. Gue mau apa ya? Gu-"

"Please jangan jawab terserah," potong lelaki itu seolah tau apa yang akan gadis di depannya ini katakan. Jawaban itu sudah terlalu melekat di otak nya. Jawaban yang 'mungkin' akan dilontarkan perempuan pada umumnya.

Aine berdecak kesal, "Ck! Gak usah samain gue sama cewek lain, ya," dengus nya tak suka.

"Eh?"

"Iya. Lo pasti ngira gue bakal jawab terserah 'kan? Enak aja! Gue selalu punya jawaban sendiri tau," sungutnya merajuk.

Cowok dengan paras tampan itu terkekeh pelan, "Iya-iya." diluar dugaan, tangan kekar nya dengan lancang mengacak rambut Aine. Apa-apaan dirinya ini, di sentuh laki-laki yang tak dikenalnya.

Aine blushing. Terhitung sudah kesekian kalinya laki-laki ini membuat nya tersipu malu. Tadi karna ucapan sekarang tingkah laku. Kurang ajar sekali dia. Dia sampai lupa dengan pacar onlinenya yang pasti sudah menunggu sosial medianya aktif.

Seolah tersadar akan tindakan nya, laki-laki itu segera meminta maaf tak enakan. "Duh kepegang lagi. Sorry."

"Iya, santai aja."

"Jadi lo mau makan apa?"

"Menurut lo enak nya makan apa?" tanya Aine balik. Dia memang bukan tipikal orang yang mudah memilih.

Terlihat lelaki itu berpikir sebentar sebelum menjawab. Tangannya mengusap dagunya, "Em, kita kesana aja, ya?" tunjuk nya pada sebuah gerobak bakso bakar.

"Kesana?"

Lelaki itu mengangguk, "Iya, Ai. Banyak makanan enak-enak tadi. Udah gue incip semua," kata dia menyakinkan bahwa makanan itu rasanya enak.

"Yaudah, ayo!" tanpa sadar Aine menautkan jari-jari kecilnya dengan telapak tangan besar milik lelaki itu. Dia terlalu bersemangat. Melihat kelakuan nya yang tiba-tiba, membuat sudut bibir lelaki itu melengkung.

Sesampainya digerobak jualan, tanpa babibubebo, ia langsung teriak tanpa memperhatikan orang sekitar yang tengah antri.

"Mang beli!" jeritnya kuat dengan nada khas seorang anak kecil yang sedang jajan diwarung sambil memainkan beras.

"Iya Neng?" tanya Mamang bakso, sedangkan tangan nya sibuk mengoles-oles kan bumbu pada makanan yang ditusuk itu.

"Bakso bakar nya berapaan mang?" tanya Ainedengan meneguk salivanya. Perutnya saat ini keroncongan. Dia lapar.

"Dua rebu neng."

"Oh. Jelek," panggil nya pada lelaki itu yang berada tepat di belakangnya.

"Hm?"

"Mau beli berapa biji?"

"Terserah lo aja," jawab nya singkat.

"Mang, pesan bakso bakarnya 20 biji ya?" pinta nya menyengir kuda.

Sebagai jawaban mamang tukang bakso mengacungkan jari yang membentuk 'oke'

"Pedes apa manis Neng?"

"Campur aja mang," jawabnya cepat.

Ena, menit kemudian, bakso bakar pesanan nya pun jadi. Lumayan cepat, meskipun dirinya harus rela antri walau hanya sebentar. Tentu saja beberapa cowok yang seumuran dengannya curi-curi pandang.

"Psstt. Bayar!" perintah Aine memberi kode.

"Siap tuan putri," balas nya dengan gerakan hormat.

Selepas membayar, mereka berdua pun mencari tempat untuk menikmati makanan. Ya sekalian mengobrol. Lelaki itu mengedarkan pandangan, dan matanya tertuju pada sebuah bukit kecil yang lebih mirip tumpukan tanah didekat air mancur.

Jelek? Siapa takut!Where stories live. Discover now