12. Risalah hati

4 0 0
                                    

"Jadi Ai, bisa lo jelasin ke kita ada hubungan apa lo sama Galang?"

Aine menatap Kaia dan Puyu secara bergantian dengan tatapan malas sekali. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan nafas kasar hari ini. Kenapa sih dia harus di hadapkan dengan dua orang gadis dengan sejuta ke-kepoan yang melekat di diri mereka?

"Gak ada hubungan apa-apa. Kalian juga kenapa gampang percaya sama berita recehan kayak gitu, sih? Jelas-jelas foto itu cuma editan," ujar Aine gamblang.

Kaia yang awalnya fokus pada ponsel, kini memandang Aine tak percaya, "Lo gila? Foto seromantis ini lo bilang editan? Udah jelas ini lo sama Galang. Masih mau ngelak juga?" sinis Kaia.

"Gimana Kai? Udah di bales?" tanya Puyu penasaran.

"Belum," jawab Kaia lesu.

"Bales apaan?" timpal Aine bertanya.

"Kaia suka sama Genan dari kelas sepuluh. Tapi sampe kita mau cabut dari ni sekolah aja, gak ada tanda-tanda balasan dari cowok playboy itu. Lo gak mungkin gak tau Genan 'kan?"

Aine mengangguk. Iya-iyalah dia tau Genan. Orang tadi baru saja mereka mengobrol di kantin. Kira-kira gimana ya reaksi Kaia kalau tau cowok yang ia suka itu pernah confees padanya?

Pantas saja setiap kali mereka bertiga jalan, dan tak sengaja berpapasan dengan Genan and the gank, pasti gerak gerik Kaia langsung berubah caper.

Wajah Kaia yang biasanya ceria, kini murung, "Apa gue ini jelek banget ya sampe Genan gak pernah ngelirik gue?" tunduknya lemah.

"Semua cewek itu cantik tau Kai," celetuk Puyu sambil mengusap-usap pundak Kaia.

Aine? Tidak. Dia malas sekali memberi pengakuan pada orang-orang dalam hal apapun itu. Lagi pula, Kaia dan Puyu pun belum tentu berteman dengannya tulus.

"Ya gak Ai?" tanya Puyu.

Aine mengulas senyum terpaksa, "Ya Kai. Yang di bilang Puyu itu bener. Gak ada cewek jelek di dunia ini. Semuanya cantik kok dengan cara masing-masing."

Prettt. Boleh kah Aine muntah sekarang? Faktanya antara si cantik dan si jelek jelas ada!

"Coba aja gue punya muka secantik lo, Ai, pasti Genan gak akan mikir dua kali buat nerima gue jadi pacarnya dia," ucap Kaia pasrah.

Padahal Genan itu terkenal sering memainkan hati perempuan, tapi kenapa Kaia masih saja berharap pada cowok itu? Apa Kaia ingin juga hatinya di mainkan?

Seandainya Kaia dan Puyu tau bagaimana penolakan kasar yang selalu Aga berikan untuknya, pasti Kaia tak akan berucap seperti itu.

"Gak juga, Kai. Kadang cantik itu bisa jadi boomeerang buat hidup kita."

Kali ini Puyu menimpali, "Tapi katanya, delapan puluh persen dari masalah hidup kita bisa dengan gampang terselesaikan kalau kita goodlooking."

Aine menahan diri untuk tidak berteriak mengiyakan perkataan Puyu. Menjadi cantik memang menyenangkan sekali.

"Gak juga, ah. Udah Kai, gak usah sedih lagi. Kalau lo mau, gue bisa kok bantu lo buat deketin Genan," ujar Aine.

"Lo seriusan?" Kaia bertanya dengan matanya yang berbinar-binar.

"Iya."

"Tapi kalau dia malah suka sama lo gimana? Lo 'kan cantik."

Emang udah suka!

Aine mengulum senyumnya, "Enggak lah. Gue yakin tipe Genan itu bukan yang kayak gue," tuturnya. Kalimatnya itu hanya menjadi kalimat penenang Kaia saja.

Jelek? Siapa takut!Where stories live. Discover now