Meteor?

45 5 0
                                    


Dear: Gerhana Langit

||jurt because i m strong enough to handle paint dosen't mean i deserve it.||
.
.
.
.
.
.
***

Mata teduh itu perlahan terbuka, ia memandangi Kamarnya dengan lamat-lamat. Kejadian kemarin membuatnya dirinya lemas sekali. Namun ia bersikap seolah dirinya baik-baik saja.

Langit mengangkat tubuhnya, ia berjalan ke arah Kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.

Beberapa menit Langit ke luar dari kamar mandi, langit berjalan mengambil setelan baju putih abunya, ia segera memakainya. Setelah usai langit mengambil tas miliknya. Ia berjalan keluar dari kamarnya. Langit menurunu tangga Ia melihat Matahari yang tengah berkutat dengan bahan bahan dapur.

Langit mendudukkan pantatnya, Tiba-tiba ia merasa perih di sudut bibirnya. Ia teringat kemarin ia di pukuli oleh seorang lelaki misterius yang memakai topeng.

"Eh Langit, udah bangun. Bentar yah makanannya sebentar lagi. " Ucap Matahari.

"Hmm."

Matahari menoleh ke arah Langit tersenyum hangat, tapi sbentar, Matahari melihat keganjalan di wajah Langit. matahari buru-buru berjalan ke arah Langit. Ia memegangi wajah Langit dan terkejut di sana ada bekas pukulan yang masih membiru dan sudut bibir Langit yang robek bahkan masih mengeluarkan darah yang segar.

"Ya ampun, Langit kenapa kayak gini? " Panik Matahari.

"Gak papa, gak usah khawatir. " Jawab Langit tersenyum meskipun terasa perih.

"Gimana kakak gak khwatir Langit! Siapa yang lakuin ini sama kamu! Jawab jujur langit! " Balas Matahari meminta penjelasan.

Langit menghela nafas, kemarin ia tak sempat menghampiri Matahari dan langsung masuk ke kamarnya, bahkan Langit tak ikut makan sore bersama Matahari karena ia merasa tubuhnya butuh istirahat yang banyak.

"Kemarin ada copet, jadi Langit berantem sama dia. " Jawab Langit berbohong, walaupun dalam hatinya ia berucap beribu-ribu maaf karena telah membohongi kakaknya.

"Ck, kenapa bisa ada Copet sih. Bentar kakak Ambil p3k dulu. " matahari berjalan meraih p3k Yang ada di nakas.

"Kalo perih bilang yah. " Usul Matahari dan di balas anggukan oleh Langit.

Matahari dengan telaten mengobati Langit, setelah selesai Langit pun berpamitan untuk pergi sekolah.

***

Langit menstandarkkan motornya di parkiran sekolah. Ia turun dari motor dan di sampakan dengan ke empat sahabatnya.

"Pagi Lang. " Sapa Galaksi.

"Pagi." Jawab Langit tersenyum kecil.

"Eh bentar! Wajah lo kenapa anjir! " Heboh Jupiter yang menyadari wajah Langit yang membiru dan bibir yang robek yang sudah sedikit kering.

"Gue gak pa pa. " Balas Langit.

"Jujur Langit! " Seru Galaksi.

Kisah Langit (End√ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang