20. Buka Baju

16.9K 1K 24
                                    

        Grey terlihat gelisah di tidurnya. Keringat bahkan sampai membasahi rambutnya. Pergerakan Grey membuat Shazia terjaga.

"Kak Grey?" Shazia menopang tubuhnya lalu menyentuh kening yang basah oleh keringat itu.

"Astaga! Demam!" Shazia panik, dia turun dari kasur agak sempoyongan, bahkan rambutnya berantakan.

Shazia tidak tahu harus berbuat apa, dia akan mencari bantuan. Entah pada Brian atau siapapun.

"Ah! Bang Aji aja," seru Shazia seraya terus berlari menuju kamar Aji tanpa menggunakan sandal rumah.

"Shazia,"

Shazia menoleh pada sosok yang memanggilnya dengan lemas itu.

"Ihh kenapa turun!" Shazia putar arah lalu memapah Grey untuk kembali ke kamar.

"Ambilin kotak obat aja, ga usah bangunin yang lain," ujar Grey dengan lemas.

"Maaf, abis ga tahu harus apa," sesal Shazia seraya membantu Grey rebahan.

Grey mengangkat sebelah tangannya, dia usapkan jempol di pipi Shazia sekilas. "Ga usah minta maaf, ambil aja kotak obat, maaf jadi ke bangun," balas Grey dengan lemas.

Shazia menggeleng. "Sebentar, ambilin dulu," Shazia hendak beranjak namun ditahan Grey.

"Pake sandalnya, Shazia, dingin."

Shazia menatap kakinya lalu mengangguk, dia memakai sandal bulu dan berlari kecil meninggalkan kamar.

Grey hanya menatap kelucuan itu. Dia tidak bisa bereaksi, kepalanya sungguh berat, tubuhnya terasa pegal dan lemas.

Shazia tak lama datang dengan kotak obat. "Di sini ada obatnya?" tanya Shazia.

"Hm," Grey mendudukan tubuhnya dengan lemah.

Shazia duduk di pinggir kasur, membuka kotak itu. "Yang mana? Ga tahu obatnya, kak Grey.."

Grey mencari kemudian mengambilnya. Obat demam biasa. "Simpen lagi, di bawah kasur aja." perintahnya pelan.

Shazia menurut, dia diam bingung harus apa lagi. "Apa keningnya di handukin kak Grey?" tanyanya.

"Ha?" beo Grey setelah meminum obatnya.

"Kayak ibu dulu, handuknya di basahin terus di simpen di kening, namanya tuh di empres? Ampers? Pers-pres gitu," jelasnya.

"Ck! Jauh banget, kompres Shazia!" Grey dengan kesal kembali merebahkan tubuhnya.

"Nah, itu! Mau?"

Grey menatap Shazia. "Kamu ga ngantuk?" tanyanya mengalihkan topik.

"Ha? Sedikit," Padahal sangat ngantuk.

Grey mengangkat piyama Shazia.

"Kak Grey ngapain?" panik Shazia.

***

Grey menggeliat saat alarm mulai membangunkannya. Sudah saatnya dia dan Shazia bersiap.

Grey merasa tidak separah semalam, demamnya pun turun.

Grey melepaskan pelukan di tubuh Shazia, dia menyelimuti Shazia lalu turun menuju kamar mandi. Jangan sampai dia jelalatan dengan tubuh atas Shazia yang polos.

Semalam mereka skin to skin, dari pada Shazia harus begadang mengurusnya dengan kompresan. Lagian mereka sudah menikah.

Grey mencuci muka, gosok gigi. Dia memutuskan tidak mandi, takutnya belum sepenuhnya sembuh. Dia harus ke dokter hari ini.

"Kak Grey?" panggil Shazia lalu menguap, setelah menguap tangannya terulur ke kening Grey dengan agak berjinjit.

Grey menyudahi sikat giginya, berkumur-kumur lalu mencuci muka. Shazia hanya berdiri di sampingnya dengan sesekali menguap.

Kasihan, gadis itu masih ngantuk dan harus bangun untuk bekerja.

Grey meraih handuk baru lalu mengusapkannya ke muka. "Mau mandi?" tanya Grey.

Shazia malah menyenderkan kepala di dada Grey tanpa canggung, ndusel di sana. Saking sudah merasa nyaman walau Grey sering menyebalkan.

Grey diam dengan mengosok rambutnya yang sedikit basah. "Kenapa? Cepet mandi, jangan lama, kita ada kerjaan,"

"Masa harus hamil dulu, males kerja, udah lama ga ke mall juga," rengeknya seraya menyentuh garis otot di perut Grey.

Grey menyentil lengan itu. "Kontrak kita setahun, siapa suruh terima! Sabar aja, setahun ga lama," balasnya.

"Lama!" rengeknya kekanakan.

"Udah mandi sana! Jangan lama, kalau masih belum fit jangan mandi," Grey menyingkirkan kepala Shazia dari dadanya.

"Liburnya kapan?" Shazia menekuk bibirnya ke bawah.

"Tanya Geisa nanti, cepet siap-siap!" Grey pun meninggalkan kamar mandi.

***

Shazia menghampiri Grey yang sudah siap di dalam mobil. Ada Geisa dan sopir juga di sana. Mereka menunggunya.

"Maaf, sakit perut.." ujar Shazia agak lemas lalu duduk di samping Grey.

Grey melirik. "Sakit perut, buang air besar terus?" tanyanya.

Shazia mengangguk lemah, kepalanya dia sandarkan di jok. Lumayan ada beberapa puluh menit untuk beristirahat.

Baru saja terpejam, Shazia kembali membuka matanya saat nafas seseorang menerpa wajahnya.

Wajah Grey berada tepat di depannya dengan tangan sibuk menarik dan memasangkan sabuk pengaman.

Grey meniup wajah Shazia. "Liatinnya biasa aja," senyum miring terselip geli pun terbit.

Shazia mendelik sebal dan kembali memejamkan mata.

Grey tersenyum samar, dia usap sekilas kepala Shazia lalu mulai sibuk dengan ponsel. Dia tengah melihat putaran video dance dari pelatihnya.

"Kak Grey.." Shazia mencolek lengan berurat itu sekilas.

Grey menoleh, melepas sebelah earphonenya. "Hm?" sahutnya.

"Kita ini di undang buat youtube ya?"

Grey mengangguk.

"Tanya jawab kayak gitu lagi?"

Grey kembali mengangguk.

"Terus main filmnya kapan? Aku akting loh maunya, biar ada dialog, ga harus mendadak mikir gitu, ga suka! Otak aku sedikit lemot, bicara aku sedikit typo.." keluhnya agak merengek manja.

"Yakin cuma sedikit?" Grey mengulum senyum geli yang menyebalkan.

"Ha?" beo Shazia lalu tersadar. "Jadi lemot sama typonya banyak gitu?" sebalnya.

Grey tertawa pelan sambil mengangkat bahunya. "Mungkin," jawabnya dengan jenaka.

"Nyebelin! Semalem aja manis bujuk buat lepas baju!" sebalnya.

Semua yang mendengar menoleh, dengan sigap Grey menutup mulut Shazia yang asal nyablak itu. Dasar! Ambigu sekali.

"Lagi sakit tetep ya!" goda Geisa. "Untung paginya ga pada sakit!" tambahnya.

Grey pun melepas bekapannya. Dia pasrah saja, mereka mau berpikiran kotor pun terserah. Dia dan Shazia sudah suami istri ini walau Grey belum belah duren.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Where stories live. Discover now