40. Sugar Daddy Brama Dan Kejutan

15.6K 866 8
                                    

       Shazia menatap banyaknya sate di meja dengan senyum polos yang cerah. Grey yang tidak di susahkan jelas tertular senyum sedangkan teman segrupnya hanya diam saking lelah mencari.

"Nah udah kenyang," celetuk Shazia padahal belum sekali pun menyentuh sate-sate itu.

"Apa?" Brama terlihat merasa di permainkan.

Shazia menatap seluruh mata yang ada di sana. "Kalian yang makan ya," senyum manis dia lemparkan.

Ando melirik Grey lalu terdiam sejenak. "Kita lagi diet, ada acara penghargaan yang harus kita datang—"

"Yah, bayi aku ngiler nanti." sendu Shazia seraya menunduk dan mengusap perutnya penuh drama.

Brama menengadah menahan kesal. Dia yakin kalau Shazia sedang menjahilinya. Ada dendam kesumat karena selama ini dia selalu mengganggunya.

Ramdan dan Ando gesit menahan Brama yang berdiri seolah akan menyerang Shazia saking kesal.

Grey tetap diam menikmati tontonan karena dia yakin, Brama tidak mungkin menyakiti perempuan.

"Ga takut," angkuh Shazia kekanak-kanakan.

"Sabar, sabar, duduk," Ando mendudukan Brama ke kursinya kembali.

Brama pun memaksakan senyum pada si bocil yang menjulurkan lidah kekanak-kanakan itu. "Lo tahu gak,"

"Engga," balas Shazia memotong.

"Kalau gitu gue kasih tahu, kita makan satu bungkus sate berapa jam kita harus ada di gym, tahu gak?" tanya Brama masih dengan senyuman walau kegemasan terselip kesal masih ketara.

"Engga,"

"Yaudah, kasih tahu ya.. Kita di sana harus 3 jam!" tekan Brama di akhir.

"Ya terus,"

Brama menghela nafas kasar lalu kembali tersenyum paksa. "Jadi, makan aja sama lo!" kesal Brama lalu beranjak.

"Yah, bayi aku nanti ngiler." Shazia pun mengeluarkan jurus andalannya.

***

Grey pikir dia tidak perlu gym, ternyata terkena imbasnya juga. Semua para pria tampan itu berjalan lunglai memasuki rumah.

"Cape ditambah kegiatan kita harus diliput, double banget capeknya," keluh Ramdan.

Ando tidak merespon, dia sibuk menyimpan tas bawaannya lalu rebahan di sofa.

"Kalau aja bukan anak lo, Grey! Gue ogah," tambah Ramdan.

"Yang hamilin elo, yang nanggung ngidamnya kita semua. Berarti ntar kalau anak lo lahir, dia harus panggil kita semua juga papa atau ayah," timpal Brama.

"Gue mau papa ah, biar keren." tambah Ramdan.

Grey tidak masalah. "Terserah kalian, yang jelas dan udah pasti gue bapak kandungnya," balasnya malas.

"Kalau lo mau panggil apa, Bra?"

Brama mendengus dulu saat mendengar Ramdan masih memanggilnya Bra. Tapi bodo amatlah!

"Gue maunya daddy," Brama tersenyum usil.

Grey berdecak. "Apa-apaan! Lo mau jadiin anak gue sugar daddy lo?! Gue tahu ya otak busuk lo!" kesalnya.

Brama terbahak. "Boleh juga kalau aja anak lo cewek," balasnya.

"Najis! Awas lo! Gue ga mau anak gue nikah sama Aki-aki bau tanah!" Grey masih terlihat kesal.

Ramdan, Ando dan Brama hanya tertawa mendengarnya.

***

S

hazia menatap perutnya lalu melotot. "Kak Grey!" panggilnya tak santai membuat Grey menoleh cepat mengabaikan lirik lagu yang harus dia hafal.

"Ada apa? Kenapa?" Grey mendekat, ikut mengusap perut yang tengah di usap Shazia.

"Makin buncit," jawab Shazia masih dengan keterkejutannya yang polos.

"Ha?"

"Perut aku buncit, kak Grey." jelasnya.

"Kan hamil," gimana sih! Dia pikir ada masalah yang serius. Grey sangat khawatir terjadi apa-apa pada Shazia dan anaknya mengingat Shazia hamil muda.

"Iya,"

"Iya terus kenapa?" Grey mengunyel pipi Shazia gemas.

"Mau ketemu, bunda sama ayah," jawabnya tak nyambung.

Apa hubungannya? Dasar!

"Boleh, tapi.."

"Ada tapinya lagi," dumel Shazia sebal dengan bibir manyun lucu.

Grey terkekeh lalu ndusel leher Shazia sekilas. "Jadwal kita padat, kita bisa istirahat 3 jam pagi terus malam 5 jam. Nanti ajak bunda sama ayah ke sini ya," putusnya.

"Ga masalah, yang penting ke sini."

Grey mengangguk. "Aku kerja lagi ya," tubuhnya bergerak namun Shazia tahan.

"Ga mau, mau dipeluk, kak Grey!" Shazia beringsut mendekat, menempel bagai lintah.

Dan Grey tidak masalah. Justru dia semakin mendekat gemas, ndusel wangi Shazia disertai kecupan-kecupan ringan.

***

"Mau kasih kejutan buat kamu," bisik Grey seraya memeluk Shazia dari belakang.

"Ha?" Shazia menyimpan bedaknya lalu menoleh menatap Grey dengan berbinar. Dia suka kejutan.

"Udah beres belum dandannya, cantik?" bisik Grey lagi dengan begitu lembut.

Shazia tersipu. "Udah, ayo! Mau lihat kejutan, kak Grey!" rengeknya pelan dan tak sabaran.

Grey tersenyum lebar, menuntun Shazia untuk berdiri lalu mengikuti langkahnya keluar kamar.

Grey tak lupa mengusap perut buncit Shazia sepanjang jalan. Dia tidak menyangka bahwa kehamilan Shazia kini sudah memasuki usia kandungan 5 bulan.

"Kejutannya, itu.."

Shazia menatap arah yang di tunjukan Grey. Kedua mata Shazia membola kaget lalu haru. Di sana Rapunza dan Boy duduk melempar senyum.

Shazia dengan cengengnya menghampiri mereka, memeluk mereka penuh rindu. Orang tuanya sibuk, dia dan Grey pun sibuk membuat pertemuan seakan kian jauh.

Grey tersenyum hangat melihatnya. Dia akan membiarkan Shazia menangis untuk hari ini. Dia tahu kalau tangis Shazia bukan tangis kesedihan melainkan luapan rindu untuk kedua orang tuanya.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Where stories live. Discover now