29. Perdamaian

114 30 13
                                    

Setelah dirawat di rumah sakit, Ailin sudah merasa membaik. Ia duduk di atas ranjang pasien sambil menatap Aminah yang sedang mengupas buah apel untuknya.

"Biar Ai aja nek," ucap Ailin.

"Gak apa-apa, kamu lagi sakit," jawab Aminah.

"Ai sudah sehat nek. Ai udah gak sakit lagi."

"Ini makan yang banyak." Aminah menyodorkan satu buah apel yang sudah dikupasnya. Ailin menerimanya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu menarik perhatian kedua orang yang berada di kamar pasien tersebut.

"Siapa?" tanya Aminah.

Perlahan pintu dibuka pelan. "Assalamualaikum," sapa Gafir diikuti oleh Van dan Gilang.

"Waalaikumsalam," jawab Ai dan Aminah bersamaan.

Ketiga lelaki itu masuk. "Bagaimana keadaanmu Ai?" tanya Gafir.

"Kak Gafir?" gumam Ailin. Gafir membalasnya dengan senyuman. "Kak Gafir kok ada disini?" tanya Ailin.

"Saya rasa akan lebih baik jika saya menjagamu lebih dekat. Anak buah Charlotte sudah masuk ke Indonesia. Mereka sudah mengetahui keberadaanmu. Kita harus lebih hati-hati."

Ailin mengangguk paham. "Kak Gafir kenapa bisa datang bersama Van dan Gilang?"

Gafir menepuk pundak Van lalu menjawab. "Van adalah keponakanku."

"Ha? Maksudnya kamu adalah adik dari dokter Miranda?"

"Iya."

Ailin membungkam mulutnya menahan kaget. "Jadi selama ini yang diceritakan oleh dokter Miranda itu adalah kak Gafir?"

Gafir tersenyum. "Bisa jadi, karena adik dokter Miranda hanya saya."

"Wow, Daebak!" seru Ailin.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Gafir.

"Alhamdulillah sudah membaik," jawab Ailin.

"Ini ada buah untuk Ai," kata Gilang sambil meletakkan sebuah bingkisan di atas meja.

"Ai, atas nama Erla kami minta maaf ya. Erla sungguh sangat menyesal. Dia juga sudah ikhlas jika harus dijatuhi hukuman atas perbuatannya," ucap Gilang.

Aminah menatap cucunya yang tertunduk diam itu. "Ai. Kamu baik-baik saja?" tanyanya. Aileen mengangguk.

"Ai, lo mau maafin Erla?" tanya Gilang. Ailin masih belum menjawab.

"Erla ada di luar," tambah Van. Mendengar pernyataan tersebut, Ailin kembali mengangkat pandangannya.

"Erla ada disini?" batin Ailin.

"Dia tidak masuk karena dia tidak mau lo takut. Sebenarnya dia ingin sekali menyampaikan kata maaf secara langsung ke lo," jelas Van.

"Tapi kami ngeri kok gimana perasaan lo. Pasti tidak mudah. Kamu pasti trauma," tambah Gilang.

"Erla juga adalah temanku. Bagaimana mungkin aku tidak memaafkannya? Aku sudah maafin dia kok," jawab Ailin.

"Alhamdulillah," syukur Van dan Gilang. "Apa Erla boleh masuk menjenguk mu?" tanya Gilang.

Ailin dan Aminah saling menatap sebelum akhirnya Ailin mengangguk tanda mengiyakan.

"Kalo gitu aku akan panggil Erla masuk." Gilang berjalan keluar untuk menyuruh teman-temannya yang menunggu di luar itu masuk. Beberapa pemuda itu pun masuk. Meskipun merasa sangat bersalah, Erla tetap memberanikan diri untuk meminta maaf secara langsung kepada Ailin.

COBRAWhere stories live. Discover now