45. Penyelamatan III

88 20 23
                                    

Van menghentikan langkahnya ketika Ailin hilang dari pandangannya. Lelaki itu menatap sekeliling berharap menemukan gadis yang entah kemana perginya.

"Ailin! Lo dimana?"

Van terus mencari-cari hingga sampai ia di depan ruang perpustakaan. Terlihat disamping ruangan itu ada seorang gadis yang sedang duduk sambil menunduk. Bahunya bergerak-gerak. Terlukis jelas dia sedang menangis.

Perlahan Van mendekatinya.

"Ai?"

Van duduk di depan gadis itu lalu berkata dengan pelan. "Ai, ada apa? Apa yang membuat lo tiba-tiba pergi begitu saja?"

Ailin belum menjawab, ia masih menunduk sambil menangis dengan tangan yang terlihat jelas gemetarnya.

Van semakin penasaran tentang apa yang membuat Ailin seperti ini. "Sini cerita. Gue akan mendengar semua cerita lo."

Ailin masih belum menghiraukannya. Gadis itu masih menunduk sambil terisak.

"Jangan takut. Gue ada disini. Tidak akan ada yang bisa melukai lo." Van berusaha menenangkannya.

Perlahan-lahan gadis itu mengangkat wajahnya menatap Van. Matanya masih memerah. Wajahnya pun masih sebab.

"Apa yang terjadi? Kenapa lo tiba-tiba pergi?" tanya Van kembali.

"Dia ibu tiriku," jawab Ailin.

Van mengerutkan keningnya. Bingung. "Maksudnya?"

"Tamu itu. Dia adalah Charlotte," jawaban Ailin ini membuat Van menahan kaget. "Dia pasti datang untuk membawaku. Dia akan membunuhku," tambahnya.

"Tidak ada yang bisa menyakiti lo. Lo tenang aja ya. Gue bakal lindungi lo." Van masih berusaha menenangkan Ailin.

"Apa aku menyerah aja? Aku capek. Aku sudah berusaha kabur, tapi percuma."

"Jangan menyerah begitu aja Ai. Kita pasti bisa menyelesaikan masalah ini. Percaya."

Ailin berusaha tersenyum dan berkata. "Makasih Van. Aku tidak tahu harus berbuat apa jika tidak ada kamu dan juga teman-teman. Aku sudah banyak menyusahkan kalian."

"Kita ini teman, dan sesama teman harus saling membantu."

Ailin tersenyum tipis lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding. Dia menghela nafas sesaat. "Van, kamu punya keinginan?"

Van mengangguk lalu menjawab. "Setiap orang pasti memiliki keinginan."

"Jika tuhan memberi satu kesempatan untuk mengabulkan satu permintaan, apa yang akan yang akan kamu minta?"

Van diam sejenak kemudian menghela nafas. "Gue ingin kakak gue kembali. Gue ingin memperbaiki semuanya dari awal hingga tidak ada penyesalan seperti yang gue rasakan sampai saat ini," jawabnya sebelum melanjutkan  ucapannya. "Ternyata benar, kehadiran seseorang akan terasa berarti setelah ia benar-benar pergi untuk selamanya."

"Mengingat kalian saudara kembar, pasti Dev juga sangan tampan."

Van menatap Ailin heran. "Bagaimana lo bisa tahu kalau kami saudara kembar? Perasaan gue tidak pernah cerita ke lo deh."

Ailin tersenyum. "Apa yang aku tidak tahu tentangmu? Aku penggemarmu," jawaban Ailin tersebut membuat Van tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa yang lo inginkan?" Van balik bertanya.

"Aku ingin kedua orang tuanku selalu ada disampingku. Jujur, hidup tanpa orang tua itu seperti tidak ada artinya. Aku juga ingin seperti anak-anak lain. Mereka bersekolah kemudian sukses untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi aku, aku akan membahagiakan siapa? Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Aku hidup seperti tidak memiliki tujuan."

COBRAWhere stories live. Discover now