Picnic

660 71 3
                                    

Semenjak kejadian yang telah dilalui Eliza. Pada hari itu, tepat seminggu yang lalu dia harus berpindah. Eliza hanya dapat menghela nafasnya pasrah bahwa dia harus tinggal bersama Leon di istana raja. Kejadian dua minggu lalu, membuat Leon semakin protektif padanya. Leon selalu mengatakan bahwa dia khawatir Eliza akan mengalami perihal serupa jika dia tinggal sendiri di istana ratu. Meski ada sekodi pelayan beserta seluruh staf yang ada di istana ratu tidak membuat keputusan Leon berubah. Dalam waktu yang singkat, Eliza telah berpindah tempat dari istananya menuju istana yang selalu menjadi tempat singgah Leon.

Eliza sedang duduk di sisi ranjang ketika dia terbangun lebih awal daripada Leon. Kemudian dia menuju kamar mandi, membilas muka, dan menatap tubuh kurusnya di cermin. Semakin hari Eliza kehilangan berat badannya. Bahkan, pakaian yang selalu ia kenakan menjadi cukup longgar dan tulang selangka semakin jelas terbentuk.

"Fyuhh..." Eliza mengeluh melihat tubuhnya terlihat seperti orang yang sudah berusia. Usianya masih di awal 20 namun mengapa tubuhnya seperti seorang nenek di usia 70 tahun. Eliza bertekad untuk menambah porsi makannya meski dia telah kehilangan nafsu makannya cukup lama.

"Aaron? Kamu baik-baik saja?"

Eliza tersentak mendengar suara Leon dari balik pintu. Pria itu beberapa kali mengetuk pintu dan terdengar dia khawatir pada Eliza. 

"Aku baik-baik saja, Leon. Aku hanya sedang mencuci muka." Eliza menyaut dari dalam kamar mandi dengan suara sedikit berteriak. Ia segera memakai gaun tidurnya yang ia tanggalkan.

Eliza keluar dari kamar mandi. Nampak Leon masih berdiri di depan pintu dan menatap Eliza yang saat ini berhadapan dengannya. Eliza melihat Leon dengan heran. "Mengapa kamu masih di sini?"

Leon memerhatikan Eliza dengan seksama, dia memeriksa bahwa istrinya benar baik-baik saja.

"Mengapa sangat lama di dalam? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Ucap Leon dengan tegas. Ada perasaan gelisah padanya mengingat bahwa istrinya beberapa kali batuk darah beberapa waktu lalu.

Eliza menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa. Aku benar-benar hanya mencuci muka." Ujar Eliza penuh keyakinan.

Leon menatapnya dengan serius. "Apa kamu yakin tidak ada sesuatu yang terjadi ketika kamu di dalam?"

Eliza menatap tak percaya melihat suamina begitu protektif padanya.

"Sungguh. Aku bersumpah tidak ada yang terjadi." Jawab Eliza menyematkan dua jarinya pada Leon.

Leon merasa lega melihatnya. Dia menghela nafas panjang dan mengaitkan tangannya pada jari-jari Eliza. "Ayo kembali tidur. Ini masih  terlalu pagi untuk beraktivitas."

Leon menarik tangan Eliza dan memaksa wanita itu untuk berbaring di sampingnya. Kemudian dia menarik selimut hingga terlihat kepala Eliza saja yang mencuat. Leon memeluk Eliza erat dan hembusan nafasnya yang hangat membuat bulu kuduk Eliza berdiri karena geli.

"Aku mencuci muka karena aku sudah tidak mau tidur." Batin Eliza mengeluh.

Namun rasa hangat dari pelukan Leon membuat Eliza tidak lama kemudian tertidur begitu saja setelah dia memberontak bahwa dia tidak ingin kembali tertidur.

.

.

.

"Hoammm..." Eliza kembali terbangun ketika tirai kamar terbuka hingga cahaya matahari pagi masuk dan membuat wajahnya terasa panas.

"Huh?" Eliza melihat sampingnya telah kosong. Leon sudah pergi dan sepertinya dia berada di ruang kerjanya.

Seorang kepala pelayan wanita menyambut Eliza. "Selamat pagi, Yang Mulia. Apakah tidur Anda nyenyak?" 

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang