Aku Lelah

9.6K 492 41
                                    

"Bagaimana persiapan menu barunya, Aaron?"Tanya seorang pria paruh baya yang saat ini sudah melihat punggung Aaron yang sedang berkutat di depan cooking table.

Aaron menghela nafas berat ketika mendengar suara yang tak asing baginya, bahkan ia merasa malas untuk menanggapi lawan bicaranya, "Sudah selesai semua, Pah. Tidak usah khawatir."Jawabnya yang tetap fokus terhadap pekerjaan di depannya. Ia sedari tadi menyiapkan masakan untuk pengenalan menu baru kepada para tamu yang akan datang ke restauran cabang yang ia kelola.

"Baiklah, persiapkan dirimu. Menu ini hanya ada di cabang yang kau kelola. Jadi jangan permalukan Papah."Terdengar desis kesal dari mulut Aaron namun ayahnya tak mendengar dan segera meninggalkan anaknya yang mengabaikannya.

"Selalu saja seperti itu."Batin Aaron sembari menata makanan yang akan dihidangkan. Aaron begitu lelah dengan ekstra kerjanya tanpa tertidur semalaman hanya demi hari ini.

"Chef, sebentar lagi segera pembukaan."Ujar seorang wanita yang tak lain chef lain di restorannya.

"Huhh baiklah, tolong kamu lanjutkan ini. Aku akan bersiap terlebih dahulu."Ucap Aaron sembari melepaskan apron miliknya dan pergi ke ruangannya untuk mengganti pakaian.

Aaron merasa penglihatannya berkunang dan kepalanya begitu sakit. Ia segera duduk dan memijat pelan pelipisnya. Rasa sakitnya semakin bertambah ketika ia mendengar suara wanita yang memasuki ruangannya, "AARONNNNN AKU MASUK YA!"Suara melengking itu ia sangat kenal karena hanya kakak kedua yang merupakan putri pertama dari keluarga Ardana yang memiliki suara seperti itu.

Wanita itu masuk tanpa mendengar jawaban Aaron. Ia terlihat senang sembari membawa paper bag ke dalam ruangan kerja Aaron. Matanya seketika mengernyit melihat adik bungsunya terlihat lemas. "Aaron, are u ok?"Wanita itu menepuk pundak Aaron sembari duduk di sisi sofa.

"Hn."Jawab Aaron terdengar bergumam dan tetap memijat pelipisnya yang berharap rasa sakitnya berkurang.

Wanita itu segera mengambil air hangat untuk Aaron dan menaruhnya di meja, "Minum dulu. Aku dengar kamu semalaman tidak tidur dan tetap kerja."Tukasnya.

Aaron tak mengacuhkan ucapan kakak perempuannya yang saat ini sedang merasa cemas melihat adik semata wayangnya terlihat pucat pasi.

Tak mendapat jawaban, wanita itu mengambil gelas dan menyodorkannya pada Aaron, "Ayo minum. Aku juga dengar dari kemarin kamu juga merasa sangat mulas kan? Sekarang apa kamu masih tetap merasa mulas seperti kemarin?"

"T-thanks, Kak. Aku sudah tidak merasa mulas kok."Aaron menerima gelas yang terisi air hangat dan segera meminumnya.

Wanita itu mengusap pelan punggung Aaron, "Kamu jangan terlalu keras dengan dirimu sendiri. Kamu harus perhatikan kesehatanmu."

"Fyuhhh.. Kakak tahu sendiri. Bagaimana aku tidak terlalu keras saat aku dituntut melakukan ini dan itu."Aaron menghela nafasnya berat.

Tak lama mereka mendengar suara ketukan pintu dan kakaknya mengizinkan orang itu masuk.

"Chef, sudah waktunya."Ucap seorang pria yang dengan pelan membuka pintu ruang kerjanya dan mendapati kedua saudara itu sedang duduk di sofa dan tak lama mendapat anggukan dari Aaron.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja?"Tanya kakak kedua semakin merasa khawatir dengan keadaan Aaron yang terlihat semakin pucat.

"Hn. A-aku baik-baik saja, Kakak. Tidak usah khawatir."Aaron mencoba berdiri dan berjalan pelan menuju keluar. Kakak keduanya memerhatikan Aaron dari belakang.

Bruk
Aaron terjatuh ketika hampir sampai di depan pintu, seketika kakak keduanya dan pria itu terbelalak dan segera membopongnya.
--
Saat tertidur, Aaron melihat seorang wanita bersurai kuning dengan iris biru laut memandang ke arahnya. Bibir kecil bagai plum tersenyum tipis kepadanya. Aaron mengernyit bertanya-tanya siapakah wanita itu dan mengapa wanita itu berada dalam mimpinya.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang