Ujian?

2.4K 327 24
                                    

AARON/ELIZABETH POV

Sesi dansaku berakhir dengan Ivan. Sebenarnya, sesi dengan Ivan itu berdansa dengan para tamu yang lain, namun mengapa selama berdansa tatapan mereka tetap terfokus kepadaku dan Ivan? Syukurlah, akhirnya selesai.

Aku merasa pegal terutama kaki dan tangan yang memang terus berayun-ayun mengikuti ritme. Saat dansa tadi, Ivan terus mengatakan kalimat-kalimat yang tak masuk akal, mana bisa ia mengatakan bahwa aku bisa pindah ke kerajaannya dan jadi RATU? Apa maksudnya coba? Lagian, jika aku turun takhta aku tidak kepikiran menjadi ratu lagi apalagi di kerajaan lain. Aku ingin hidup damai dan bebas, menjadi rakyat biasa pun tak masalah asal jauh dari bahaya.

Runtutan pesta malam ini berakhir. Aku kembali ke kediamanku saat tengah malam, mungkin jam satu malam? Aku diantar oleh Cain dan segera mandi, ya badanku lengket akibat keringat. Apalagi musim semi sepertinya akan segera berakhir karena suhu cuaca sudah mulai meningkat.

--

Pagi hari, aku segera bergegas karena pagi ini perwakilan kerajaan Houossenburrg akan segera pergi ke kerajaannya. Aku pun ditemani beberapa pelayan yang sudah membawa kue yang ku buat. Saat acara pelepasan, aku memberikannya kepada setiap orang. Tentu, mereka melihatnya aneh terhadap bingkisan kecil saat mulai membagikan macaron untuk setiap orang. Apa mereka tidak tahu macaron itu apa? Berbeda dengan Ivan, wajahnya terlihat senang dan tersenyum lebar kepadaku dan mengatakan, "Terima kasih, Ratuku."Tepat di hadapanku dan Leon. Aku tersenyum tipis kepadanya, "Apa dia tidak bisa lihat kondisi? Mengatakan itu saat di dekat Leon! Bagaimana jika dia mengira aku ada apa-apa dengan putra mahkota?!"Pekik batinku.

"Yang mulia ratu.. Apakah nama makanan ini?"Tanya seorang wanita dari perwakilan kerajaan Houossenburrg sembari menatap bingkisan yang ia pegang.

"Namanya macaron.. bahan utamanya adalah tepung almond, putih telur, dan gula halus. Aku harap kalian menyukainya. Mungkin, bisa menjadi cemilan selama perjalanan kalian?"Jawabku.

"Bolehkah aku mencobanya sekarang?"Ivan bertanya kepadaku sembari memiringkan wajahnya.

Aku mengangguk, "S'il vous plaît (silahkan)."

Ivan membuka bingkisan yang sudah ku buat secantik mungkin dengan cukup kasar, terlihat seperti orang tak sabaran. Ia mengambil macaron berwarna merah mungkin karena mirip warna rambutnya? Padahal aku membuatnya dengan berbagai warna agar terlihat cantik saja. Ivan mulai menggigit dan mengunyahnya. Dia terdiam sebentar membuatku khawatir apakah rasanya tidak sesuai lidah Ivan?

"Ratuku, ini sangat enak!"Serunya dan melanjutkan kunyahan malah terus mengambil satu per satu macaron yang ia punya. Para perwakilan yang lain menjadi penasaran dan mereka pun mulai membuka milik mereka. Mata mereka berbinar dan sama seperti Ivan, mereka terus melahapnya.

"Très bon goût (Enak sekali).. Yang mulia ratu, ini salah satu kue terenak yang pernah saya makan."Tukas seorang wanita yang terlihat berusia kepala empat.

Aku senang saat mendengar pujiannya, ya berarti aku berhasil membuat macaron sesuai lidah mereka. Aku pun tidak menyangka, mereka menghabiskannya, bahkan ini tidak bisa menjadi cemilan selama perjalanan.

"Ratuku, ku harap suatu hari nanti aku bisa merasakan kue ini lagi."Ucap Ivan.

"Yang mulia ratu, siapakah patissier yang membuat kue ini?"Tanya salah satu dari mereka.

"Eh? Saya sendiri yang membuatnya."Jawabku canggung.

Mata mereka terbuka lebar, "Ada apa?"Tanyaku, apakah ada yang salah karena aku yang membuatnya?

"Yang mulia sendiri?"Mereka terlihat ingin meyakinkan apakah benar aku yang membuatnya.

Aku mengangguk, "Ya, saya senang memasak. Jadi saya senang berada di dapur dan mencoba memasak berbagai makanan."Terangku.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang