"Ash!"
"Ash!"
"Ash!"
Siapa yang memanggilku?
Tubuhku terbangun melihat awan putih yang berjalan di atas luasnya langit biru. Mereka terbang dengan sangat indah di atas sana. Aku juga ingin memiliki sayap untuk terbang seperti mereka! Tapi kenapa aku ditakdirkan tidak memiliki kekuatan apapun? Kenapa?
"Ashlen!"
Seorang wanita melihatku dari atas. Rambut pirangnya berjatuhan menerpa wajahku.
"Katrina?"
"Kenapa kau disini?"
"Aku ingin terbang!"
"Memangnya kau memiliki sihir angin?" Tanya Katrina padaku.
Aku memang tidak memilikinya, mungkin hanya aku di tempat ini yang tidak memiliki sihir alam apapun. Sejak dilahirkan tidak ada sihir yang bisa aku lakukan. Baik angin, api, tanah, air, cahaya, dan lainnya. Tidak ada satupun yang bisa. Aku adalah anak cacat.
"Ada apa?" Aku terbangun melihatnya yang membawa banyak bunga.
Apa dia tidak menjual satupun bunga miliknya? Aku terduduk dan melihat hamparan rerumputan yang luas. Dipenuhi dengan banyaknya bunga dan ilalang yang berhamburan. Tempat yang lebih damai daripada sebuah rumah itu sendiri.
"Kau tidak ingin melihat pertandingan itu?" Tanyanya.
"Tidak! Untuk apa?"
"Ya ampun! Semua orang datang kesana untuk melihatnya. Kau tahu bukan jika pemenang pertandingan akan pergi keluar kubah ini! Kata mereka yang telah pergi di dunia itu begitu besar dan menakjubkan! Aku juga sangat ingin pergi ke tempat itu tapi memenangkan pertandingan sangat mustahil. Banyak orang kuat dan tidak kenal ampun. Hah... Bagaimana jika kita pergi melihatnya?"
"Aku tidak mau pergi, hari ini aku harus kembali dan membersihkan rumah. Ayah dan ibu pasti akan marah padaku jika aku tidak kembali saat siang ini. Aku pulang lebih dulu!"
Untuk apa melihat pertandingan berdarah itu? Apa gunanya untukku melihat bagaimana orang-orang saling memukul, menusuk, dan membunuh hanya untuk pergi dari tempat ini? Apa keuntungannya pergi keluar disana? Apa disana dunia lebih baik dari tempat ini atau justru lebih buruk? Aku merasa tidak ada gunanya untuk pergi. Aku tidak memiliki kekuatan apapun selain tubuhku ini untuk bekerja.
Ayah dan ibu tidak mungkin membiarkanku pergi. Aku hanya akan mati disana! Pertandingan itu hanyalah sebuah ajang untuk bunuh diri.
"Aku pulang!"
"Darimana saja kau?" Tanya Hugo sudah menungguku di depan tangga.
"Pasar."
"Cepat buatkan aku makanan, apa kau lupa saat ini adalah jam makan siang! Kau mau membuatku kelaparan setelah bekerja di istana?" Teriaknya menggebu-gebu.
"Maaf, aku akan segera buatkan."
Dibandingkan denganku yang tidak bisa apa-apa. Hugo lebih bisa melakukan banyak hal sampai ayah dan ibu selalu membanggakannya. Dia seorang prajurit yang berkerja di istana, dia juga memiliki banyak kekuatan, terlebih dia adalah seseorang yang menghasilkan banyak uang untuk keluarga kami. Meski dia lebih muda dariku tapi yang bisa kulakukan hanyalah menuruti yang adikku inginkan. Aku juga bukan seseorang yang menghasilkan banyak uang sepertinya. Menjual hasil hutan dan kebun tidak sebanyak dia yang bisa memberikan banyak uang untuk ayah dan ibu.
"Ashlen!"
"Ya, ibu?" Kakiku bergegas ke arah pintu.
"Dimana Hugo?"
"Dia sedang beristirahat!"
"Cepat buatkan makanan untuk kami, adikmu butuh asupan yang banyak. Apa kau lupa membersihkan kandang babi lagi? Baunya sangat busuk! Bersihkan itu sebelum tempat itu menjadi tumpukan sampah! Hugo, sayang! Dimana kau?" Ibu berjalan menuju tangga atas.
Aku memang lupa tentang babi-babi itu, besok aku akan membersihkan tempat mereka. Ayah datang melonggarkan dasinya dan menatapku tajam. Apakah mereka baru saja pergi mengunjungi pertandingan itu lagi? Wajah ayah begitu tidak tenang sampai aku paham mereka baru saja kalah dalam taruhan lagi. Sudah biasa terjadi hal seperti ini. Mereka akan bertaruh dalam jumlah banyak dan pada akhirnya mereka akan mengalami kekalahan.
Untuk apa mereka terus mempertaruhkan uang walau mereka terus kala seperti ini? Apa itu menyenangkan dilakukan? Apa bagi mereka menghamburkan uang pada hal yang sia-sia itu menggembirakan? Aku tidak paham akan jalan pikiran kedua orangtuaku itu. Aku tahu itu uang milik mereka tapi tetap saja. Bukanlah lebih baik membeli sesuatu yang lebih berguna?
Mataku tertuju pada sederetan benda-benda di tempat ini. Bahkan dapur ini membutuhkan banyak hal untuk dibeli. Semua uangku hanya untuk membeli bahan makanan saja. Ayah dan ibu tidak memberiku uang untuk kebutuhan rumah ini bahkan Hugo tidak mau memberikan uangnya padaku sedikitpun. Maksudku jika mereka ingin makan bukanlah mereka juga harus memberiku banyak uang? Hasil penjualan kebun tidak sebanyak itu bisa membeli daging.
Rasanya aku juga tidak bisa membeli baju dan sepatu baru untuk diriku sendiri. Di rumah ini hanya pakaianku yang terasa begitu kuno. Pakaian ayah dan ibu begitu bagus terutama Hugo. Beberapa hari ini dia membeli banyak sekali barang. Katanya dia harus menarik perhatian bangsawan agar dia bisa menikah dengan putri mereka. Aku paham tapi bukankah harusnya dia merawat wajah dan sikapnya?
"Hanya ini?" Tanya ayah menunjuk makanan yang kusiapkan di meja makan.
"Iya. Akhir-akhir ini daging mahal jadi aku hanya bisa membeli kalkun saja."
Bukankah di meja ini ada banyak makanan untuk mereka? Aku sudah membuat banyak hal bahkan semua ini menghabiskan seluruh uangku hari ini. Ayah nampak membuang wajahnya dan mengambil bagian besar untuk Hugo.
"Ini untukmu! Makanlah dengan banyak agar kau bisa bekerja dengan baik." Ayah tersenyum pada Hugo.
"Benar, makanlah sayang! Ibu harap kau bisa cepat menikah dengan seorang putri dari keluarga bangsawan!" Ibu mengusap kepala Hugo.
"Tentu saja! Sebentar lagi pasti seorang wanita dari keluarga bangsawan akan menikah denganku. Aku bukan seseorang yang tidak berguna di tempat ini!" Hugo melirikku dan memakan makanan lahap.
Tugasku hanya cukup sampai disini! Aku harus segera pergi membersihkan dapur lagi. Besok aku harus menjual banyak sayuran di pasar, apakah Katrina akan menjual bunga lagi? Aku harus pergi bersamanya dan kami bisa menjadi saling membantu satu sama lain. Sebelum itu aku harus memakan sesuatu terlebih dahulu, beruntung aku menyisakan daging kemarin yang bisa kumakan hari ini.
🥀🥀🥀
Salam ThunderCalp!🤗
Kita awali pertarungan akhir ini!
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Last ( END )
FantasyKisah terakhir dari The Number. Ashlen hidup di Moonland, sebuah kerajaan yang terdiri dengan lindungan kubah yang begitu kokoh dan besar. Dia hidup seperti masyarakat lainnya tapi dia adalah anak yang berbeda. Dia tidak memiliki sihir apapun! Dia...