44. Blue Blood

119 17 0
                                    

Duarrr...

Cahaya putih terlihat meledak di atas sana. Apa yang terjadi kepada mereka? Aku melihat Luna, Sin, dan Lui telah menyatukan kekuatan mereka. Penyegelannya hampir sempurna, kami hanya perlu menunggu kedatangan semua orang di tempat ini. Terutama Retoz.

"Apa mereka berhasil?" Tanyaku kepada Kai.

"Mungkin saja. Aku juga tidak tahu!"

Brakkk...

Sebuah pohon terlempar begitu saja ke arah kami. Kai dengan cepat melemparkan pohon itu pergi jauh. Siapa yang melakukannya? Aku melihat ke arah hutan dan mendapati seseorang yang mencabut pohon lainnya.

Jangan katakan bahwa dia adalah Reid? Bukankah dia sudah mati?

"Matilah kalian! Matilah kalian! Matilah!" Reid menerbangkan pohon lagi tapi kali ini ke arah Luna.

Kai melakukan hal yang sama dan menjaga tubuh Luna dan dua hewan lainnya. Mereka bertiga harus tetap fokus dan menyatukan kekuatan untuk menyempurnakan segel. Jika seperti ini, mereka akan mengulanginya lagi dari awal. Aku harus melindungi mereka!

Apa yang kupunya?

Aku hanya membawa pedang Hugo saja! Hanya ini! Aku meneguk ludahku dan bersiap di depan tubuh Luna. Aku juga akan membantu!

"Matilah kalian! Matilah kalian! Matilah!"

Kurasa dia bukanlah Reid yang dulu! Bola matanya menghilang dan tubuhnya penuh dengan luka menghitam.

"Matilah kalian! Matilah kalian! Matilah!" Dari arah lain muncul orang-orang yang sama. Mereka tidak memiliki bola mata.

Apa yang terjadi disini? Kenapa mereka semua datang bersamaan? Hanya Kai yang bisa mengeluarkan kekuatannya. Sedangkan aku?

"Ashlen! Apakah kau bisa bertarung?" Tanya Kai begitu fokus dengan Reid.

"Sedikit!"

"Jaga Luna, Sin, dan Lui! Mereka bertiga tidak bisa mendengar apapun saat ini jadi mereka tidak akan tahu bahwa mereka sedang diserang kumpulan manusia ini. Apakah kau bisa?" Tanya Kai memastikan.

"Aku akan berusaha!"

"Tolong jaga mereka!" Kai membentuk lingkaran api mengeliling tempat penyegelan. Dia keluar dari api dan mulai menyerang mereka satu persatu.

Aku hanya bisa diam dan terus melihat berbagai arah. Satu langkah kaki yang memasuki tempat ini, aku akan menyerangnya! Aku juga membawa bubuk lada dan banyak hal lain. Kuharap barang-barangku bekerja.

Duarrr... Duarrr...

Ledakan terdengar begitu nyaring di luar kobaran api. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Kai. Apakah dia bisa melawan semua orang? Aku juga tidak tahu!

"Ashlen!"

Siapa?

Thorn? Bagaimana dia bisa masuk? Aku lupa jika dia memiliki sihir air. Tapi untuk apa dia ke tempat ini?

"Thorn apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku tetap memegang erat pedang.

"Aku? Aku ingin membantumu! Bukankah kau harus menjaga mereka disini?" Tanya Thorn mendekati Lui.

Aku berlari cepat dan berdiri di depan Lui. Siapa yang memberitahu Thorn? Apakah dia bertemu Hugo dan datang ke tempat ini?

Kenapa perasaanku aneh?

"Oh, iya! Apakah kau bertemu kakakku?" Tanyaku dengan terus memegangi pedang dengan kaki yang bergetar hebat.

"Aku bertemu dengan kakakmu tadi! Dia memintaku untuk datang membantumu!" Thorn tersenyum.

"Be-gitukah?"

Dia bukan Thorn!

Dia bukan Thorn!

Aku memiliki adik bukan kakak!

Mataku menatap nyalang Thorn yang masih tersenyum. Bagaimana sekarang? Apakah aku bertemu dengan Retoz? Atau bawahannya yang lain? Tapi Thorn masih memiliki bola matanya. Aku harus apa?

Apa yang harus aku lakukan?

"Kalau begitu tolong bantu Kai di luar sana! Dia yang membutuhkan pertolongan!"

"Kai? Untuk apa? Aku ingin membantumu!"

"Tidak! Aku baik-baik saja disini! Kai yang membutuhkan bantuan darimu! Jadi, jadi pergilah keluar!" Aku mengambil sesuatu dari dalam tasku.

"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa membantumu Ashlen? Kenapa!?" Tanya Thorn mendekatiku.

"Karena bukan aku yang harusnya kau bantu tapi Kai!"

"Kenapa wajahmu begitu takut Ashlen? Memangnya apa yang kau takutkan?"

"Itu..."

Thorn mendekatiku sampai berada begitu dekat denganku. Aku tidak memiliki kekuatan apapun untuk menghadapinya tapi aku memiliki otakku yang bisa bekerja keras untuk situasi buruk ini. Aku harus melindungi mereka bertiga di belakangku.

Demi semua orang!

Blasttt...

"Arghttt..." Thorn mundur dengan terus memegangi matanya.

Lada memang yang terbaik! Aku mendorong tubuh Thorn sampai dia melewati kobaran api. Tubuhku juga walau rasanya sangat panas, aku sudah pernah melewatinya. Rasa panas ini tidak ada bandingannya dengan panas saat memeluk Hugo. Aku ini kuat dari rasa sakit!

"Apa yang kau lakukan pada mataku? Sialan!" Teriak Thorn yang mengusap matanya berulang kali.

"Itulah sihirku! Bodoh! Sejak kapan aku memiliki kakak? Aku memiliki adik!" Aku bersiap dengan bubuk lainnya.

"Jalang!" Thorn mengeluarkan sihir airnya dan melesatkannya ke tubuhku.

Aku berlari ke arah orang-orang yang menyerang Kai. Aku bisa menggunakan kekuatan Thorn untuk membantu Kai!

"Aku disini bodoh! Babi! Tangkap aku jika aku bisa! Wlekkk..." Aku menjulurkan lidahku saat Thorn melihatku.

"Kau akan mati!" Thorn berlari dan membuat banyak pisau dari air.

Walaupun air aku tahu betapa tajamnya benda itu jika menembus tubuhku.

"Mati kau jalang sialan!" Teriak Thorn marah.

Aku berlari cepat dan pergi ke antara orang-orang yang begitu fokus dengan Kai. Sesekali aku menunduk dari api Kai atau pisau milik Thorn.

Jlebbb... Jlebbb...

Brukkk...

Beberapa pisau menancap dan menumbangkan tubuh-tubuh mereka. Kai menghentikan beberapa pisau yang hampir terarah padaku. Dibandingkan manusia tanpa bola mata, Thorn adalah lawan yang kuat. Aku juga tidak tahu siapa yang ada di dalam tubuhnya selain Retoz dan aku telah membuatnya marah padaku.

"Kau tidak apa-apa Ashlen?" Tanya Kai.

"Iya, aku baik! Kai, lawan Thorn saja! Retoz sudah merasukinya tapi jangan sampai membunuhnya. Mungkin saja dia seperti Wooshik!"

"Aku akan melawannya, apakah kau bisa menghentikan yang satu itu?" Tunjuk Kai pada Reid yang masih berdiri.

Tinggal Reid saja!

Tapi apakah aku bisa? Kai akan sangat sibuk dengan Thorn, aku tidak mungkin memberikan beban lagi padanya.

Sekali lagi! Aku akan melawan Reid!

"Aku bisa! Serahkan padaku!"

"Dia hanya mendengar suara darimu saja! Dia tidak bisa melihat pergerakan darimu tapi dia bisa mendengar suara langkah kakimu! Semoga kau berhasil, Ashlen!" Kai mengeluarkan apinya dan menyerang Thorn.

Aku meneguk ludahku susah payah. Tapi, jika dia tidak memiliki bagaimana caraku untuk memberikannya bubuk lada?

"Matilah kalian! Matilah kalian! Matilah!"

Baiklah cara itu saja!

🥀🥀🥀

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Number : The Last ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang