BETWEEN--16

3.3K 222 86
                                    

Tessa diam termenung dengan tangan yang sibuk memilin-milin jemarinya. Posisinya sekarang sedang duduk lesehan di karpet yang berada di ruang tengah.

Sejak 30 menit yang lalu wanita itu terus saja diam termenung memikirkan banyak hal, terutama tentang Misya, Tristan, dan masalah yang sedang ia alami saat ini. Apalagi ketika mengingat pembicaraannya dengan Misya semalam.

Semalam Misya menelpon Tessa, gadis itu mengadu dan terus saja mengeluh pada Tessa perihal hubungannya dengan Tristan yang sedang tidak baik-baik saja. Misya juga tak henti-hentinya menangis.

Dan karena hal itu Tessa semakin merasa bersalah dibuatnya. Ia semalam tidak bisa tidur sebab terus mengingat dan memikirkan hal tersebut. Jujur saja, Tessa benar-benar tidak tega mengingat keadaan Misya yang saat ini. Namun ia juga binggung harus bagaimana.

Kenapa lah hidupnya serumit ini sekarang.

"Hey."

Tessa tersentak kaget ketika mendengar suara itu bersamaan dengan sebuah tangan menyentuh lembut pipinya.

Wanita itu langsung saja menoleh, wajah tampan Tristan hal pertama yang ia temui. Ternyata lelaki itu. Tessa benar-benar sangat terkejut tadi.

"Ngagetin."

Lelaki itu tersenyum kecil. Tristan lalu meletakkan sebuah bingkisan yang ia bawa di hadapan Tessa. Kemudian lelaki itu juga ikut memposisikan tubuhnya di samping wanita itu.

"Pesenan lo."

Wajah Tessa yang tadinya terlihat sayu seketika berubah sumbringan. Langsung saja Tessa raih bingkisan tersebut. Wanita itu membukanya dengan sedikit tak sabaran, harumnya langsung menguar masuk ke indera penciuman Tessa. Bingkisan itu berisi makanan kesukaannya, yaitu martabak telur.

Tadi pagi Tessa tiba-tiba saja ingin memakan martabak telur, karena sudah beberapa minggu ini ia tak lagi memakannya. Biasanya makanan itu tak pernah absen, dan selalu ia beli setiap 3 kali seminggu saking sukanya.

Niat sebenarnya, ia ingin membelinya sendiri, namun tadi pagi tubuhnya lemes sehabis mual dan muntah, seperti biasa wanita itu mengalami morning sickness lagi. Tubuhnya benar-benar sangat lemah setelahnya. Jadi karena tidak sanggup keluar untuk membeli makanan itu, Tessa meminta tolong pada Tristan untuk dibelikannya.

Sebenarnya Tessa tidak enak menyuruh lelaki itu, tapi di karenakan ia sangat ingin memakannya, jadinya Tessa harus menyampingkan rasa ketidakenakannya itu.

Tessa mengeluarkan kotak martabak itu dari dalam plastik dan memindahkan martabaknya kedalam piring yang memang sudah duluan ia sediakan. Sebelum memakannya, wanita itu lebih dulu menatap Tristan untuk mengucapkan terimakasih karena keinginannya terpenuhi, tak lupa ia juga tersenyum manis. "Tengkiyuu, Tristan. Udah mau beliin martabaknya buat gue."

Tristan meresponnya dengan tersenyum kecil. Setelahnya ia tatapi Tessa yang langsung mencomot martabak itu dan memakannya. Wajah wanita itu terlihat sangat berseri. Tristan senang melihatnya.

Tristan terus saja menatap Tessa yang sangat semangat memakan martabak telur itu. Wanita itu terus saja menguyah tanpa henti, bahkan martabak itu sudah habis dua potong wanita itu makan.

Tristan lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan nan lembut ujung dan permukaan bibir Tessa yang terkena saos dengan ibu jarinya.

Wanita itu langsung terdiam di buatnya, jantungnya berdebar cepat. Dengan perlahan ia tolehkan wajahnya kesamping untuk menatap Tristan.

"Belepotan. Kayak anak kecil." ujar lelaki itu.

Tak sampai di situ saja, jantung Tessa kembali di buat berdebar ketika Tristan menyelipkan anak rambut wanita itu kebelakang telinga agar Tessa lebih luasa memakan makanan itu tanpa adanya gangguan dari anak rambut Tessa yang terus berjatuhan sejak dari tadi.

BETWEENWhere stories live. Discover now