BETWEEN--38

2.7K 245 251
                                    

Tessa menatap lekat sebuah cafe yang berada di hadapannya saat ini lewat kaca jendela mobil. Itu adalah cafe tempat mereka dan Misya akan bertemu hari ini. Tessa meremas kedua tangannya dengan gugup. Jantungnya juga ikut berdebar cepat. Tessa takut saat ini, bahkan sangat. Wanita itu belum siap memberitahukan segalanya pada Misya. Ia benar-benar belum siap.

Sentuhan lembut di tangannya membuat Tessa menoleh pada sang pelaku. Di tatapannya wajah Tristan yang saat ini juga sedang menatap dirinya.

"Yuk." ujar lelaki itu mengajaknya segera turun.

Namun Tessa hanya bergemim di tempat, bahkan tidak ada tanda-tanda wanita itu akan turun dari mobil. Tessa malah diam, menatap wajah suaminya dengan sayu.

Lelaki itu tentu saja heran. "Tessa?"

"Tristan," Tessa merubah raut wajahnya menjadi ragu. "Lo yakin mau kasih tau semuanya sama Misya sekarang?

Tristan diam, lelaki itu mengalihkan pandangannya ke depan dan menjawab. "Iya Tessa, gue yakin."

"Gue gak mau masalah ini terus berlarut-larut." lelaki itu kembali menatap wajah istrinya. "Nanti kita jelasin sama Misya dengan baik-baik."

Tessa menunduk membuat pandangan keduanya terputus. Di bawah sana tangannya masih saling menaut satu sama lain, sangat terlihat tidak tenang.

"Tristan, tapi gue benar-benar belum siap." gumam wanita itu kemudian. "Gue juga belum yakin."

"Tessa--"

"Gue takut Tristan." Tessa kembali mengangkat wajahnya untuk menatap sang suami.

"Hey, dengerin gue." Tristan dengan segera menenangkan wanita itu. Kembali ia gengam tangan Tessa dan lelaki itu elusi dengan lembut.

"Gak ada yang harus lo takutin." ujarnya. "Lo gak sendiri. Di sini ada gue."

Tangan Tristan lantas bergerak naik keatas dan mendarat di sebelah pipi Tessa. Lelaki itu elusi pipi tersebut dengan lembut sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Percaya, semuanya akan baik-baik aja. Kita hadapi semuanya sama-sama. Okay?"

Tessa tak menjawab, wanita itu malah mengigit bibir bawahnya di karenakan masih tidak tenang.

Tristan yang melihat itu segera melepaskan gigitannya. Ia tau hal yang sedang istrinya rasakan sekarang.

"Don't be scared, Tessa. I'm here." ujar Tristan lagi. Lelaki itu kini meraih dagu Tessa agar sang istri terus menatapnya. Karena Tristan sedang berusaha meyakinkan dan menenangkan wanita itu.

"Everything's gonna be okay."

"Trust me."

Cukup lama Tessa terdiam karena keraguan, hingga pada akhirnya wanita itu mengangguk pelan

"Kita hadapi ini sama-sama." ujar Tessa mengulang ucapan Tristan tadi. Wanita sudah terlihat cukup yakin dan lebih tenang.

Tristan tersenyum. "Kita turun sekarang?"

Tessa mengangguk. Keduanya lantas turun dari dalam mobil. Tristan meraih tangan Tessa, menggenggamnya lembut sebelum membawa wanita itu masuk kedalam cafe.

❛◡❛

Misya mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi yang berada di ujung dekat dengan jendela. Posisinya berada di lantai atas. Cafe ini tempat yang biasa ia dan Tristan kujungi saat berpacaran.

Tadi Tristan tiba-tiba saja mengabarinya dan mengajak bertemu di sini. Gadis itu sungguh senang bukan main. Mungkin Tristan ingin mengajaknya balikan dan kembali menjalin hubungan, itulah yang berada di pikiran Misya sejak dari tadi. Bahkan senyum tak pernah luntur dari bibirnya. Beruntung keadaan di lantai atas cukup sepi, dan memang sedang tidak ada orang. Karena jikalau ada mereka pasti akan menganggap Misya gila karena senyam-senyum sendiri.

BETWEENحيث تعيش القصص. اكتشف الآن