BAB 1

79 11 11
                                    

"TURUN!"

Seorang wanita bergamis biru tua dengan hijab lebar hitam tiba-tiba naik ke atas panggung, membuat keempat gadis cantik yang tengah melakukan perform untuk final kompetisi GIRLGROUP INDONESIA itu saling bertatapan bingung. Gerakan mereka sudah tidak sinkron. Meskipun lagu masih terus diputar, mereka tidak lagi fokus untuk tampil.

Beberapa petugas keamanan berseragam hitam-hitam mencoba menahan ibu-ibu itu, tetapi ternyata mereka kalah kuat. Sang ibu berhasil melewati penjagaan dan terus menuju ke tengah panggung. Wanita itu berhasil meraih tangan salah satu member lantas menariknya menjauh dan turun dari panggung.

Sang gadis merasa kesusahan untuk mengikuti langkah ibunya, apalagi dengan high heels sepuluh sentimeter yang tengah ia kenakan. Ia merasa tungkainya mulai lecet. Akan tetapi, sepertinya sang ibu sama sekali tidak peduli. Wanita yang usianya hampir separuh abad itu terus menarik lengan anak gadisnya dengan kasar hingga hampir tiba di pintu keluar.

Sang gadis sempat menoleh sekilas ke arah panggung yang ditinggalkannya. Tampak Kak Ariel mengambil alih acara yang telah chaos karena ulah ibunya. Pasti para kru sempat panik atas kekacauan itu. Pasalnya, acara itu disiarkan secara langsung di TV Nasional dan juga kanal YouTube. Bayangan omelan para kru penyelenggara sudah menari-nari di depan pelupuk mata sang gadis. Jika ia kembali lagi esok hari, sudah jelas omelan itu bukan lagi bayangan semata.

Gadis berbusana minim dengan atasan model strapless itu akhirnya mampu melepaskan genggaman kuat sang ibu, membuat wanita bermata bulat itu membalikkan badannya ke arah sang putri sulung.

"Ibu, berhenti! STOP!" teriak si gadis mulai marah. "Ibu apa-apaan, sih? Bikin kacau acaraku? Ini lagi final, tahu, Bu!"

"Astagfirullah. ZAHRA!" bentak sang ibu. "Kamu mulai berani meninggikan suaramu sama orang tua?"

Bu Nenden, ibu Zahra, menatap gadis yang rambutnya dikucir kuda itu dengan tajam. Ada bekas basah di beberapa titik dekat matanya. Tampaknya, wanita itu sempat menangis beberapa saat yang lalu.

"Ibu yang keterlaluan! Bikin malu aku di depan semua orang! Ak-"

Belum sempat Zahra melanjutkan protesnya, Bu Nenden sudah melayangkan tamparan keras di pipi kiri putrinya. Zahra yang tidak mengira akan mendapatkannya cukup terdiam sesaat karena terkejut. Di sudut matanya, sebuah titik bening seolah bersiap untuk meluncur jatuh ke wajah cantiknya. Bagaimana tidak kaget? Seumur-umur, baru kali ini sang ibu menampar wajahnya.

Tiba-tiba seorang pria dengan kemeja sutra oversize light blue yang dipadukan dengan jeans hitam robek-robek di bagian lutut mendekat dengan agak ragu-ragu. Kehadirannya itu membuat Zahra mengalihkan perhatian. Wajah sang pria tampak khawatir melihat keadaan gadisnya yang hampir terisak.

"Ibu, selamat malam," sapa pria yang berusia pertengahan 20 tahun-an itu kepada Bu Nenden. "Mohon maaf. Sebelumnya, perkenalkan. Saya Kang Tae Hyeong. Pelatih sekaligus pacar dari Zahra."

Bu Nenden membulatkan matanya tidak percaya.Ia menatap putrinya setajam silet. Keningnya berkerut. Wajahnya memerah. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir.

Zahra memberingsut ke belakang badan pria berdarah Korea itu untuk mencari perlindungan. Kali saja sang ibu akan membunuhnya kali ini karena mengetahui dirinya melanggar aturan sekali lagi. Benar. Pacaran. Bu Nenden sudah mewanti-wanti Zahra untuk tidak berhubungan dengan lawan jenis sebelum halal. Akan tetapi, coba lihat sekarang?

"Tolong izinkan saya menjelaskan dulu, Bu," pinta Tae Hyeong.

Bu Nenden tetap tidak berkata-kata. Matanya menelisik pria yang mengaku sebagai pacar anaknya itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sangat ketara jelas bahwa dirinya amat tidak menyukainya.

Too Good To Be True (But It's True) - TERBITWhere stories live. Discover now