37: Rumah Kosong

1.5K 150 14
                                    

Langsung saja semoga suka ya :D

Votenya jangan lupa

Happy Reading...
Lesti belum menampakkan dirinya di meja makan. Wanita itu tetap mengurung diri di kamar Zeni, hatinya masih terasa kelu mengingat suaminya ternyata bermain perempuan lain di belakangnya.

Lesti tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Angga jikalau tau Ibunya dihianati. Lesti merindukan putra tunggalnya itu, sungguh. Namun cintanya kepada Panji ternyata mengalahkan rasa rindunya terhadap Angga.

"Lesti, buka pintunya. Saya mau ngomong sama kamu." Panji berucap lembut sembari mengetuk pintu.

"Saya khilaf Lesti, saya minta maaf, ayo dong buka pintunya. Kita bicarain ini baik-baik, saya janji akan perbaiki semuanya kalau kamu mau buka pintu."

"Kenapa Mas? Kenapa kamu lakuin ini?!" tanya Lesti terisak dari dalam kamar.

"Buka dulu pintunya sayang..."

Terdengar helaan nafas Lesti mengudara.

Ceklek...

Panji mendekap tubuh Lesti sedetik setelah pintu kamar terbuka. Pelukan Panji terasa hangat, Lesti memukul pundak Panji pelan. Air matanya jatuh pada pundak Panji, alih-alih marah karena sudah diberi minuman yang dicampuri obat tidur, Panji justru mengelus pundak Lesti sambil menciumi rambutnya.

"Aku denger pakai telingaku sendiri Mas, kamu jahat." ujar Lesti terisak.

"Maaf Lesti, maaf." Panji belum melepas pelukannya.

"Saya khilaf, saya janji tidak akan mengulangi lagi." Panji melepas pelukannya, kedua tangannya beranjak menangkup kedua pipi Lesti. "Kamu mau kan maafin saya?"

Lesti menangis.

"Maaf ya sayang." ujar Panji dengan seribu kalimat manisnya.

---000---

Seminggu kemudian....

Rasa gerah yang disebabkan oleh panas matahari membuat semangat para siswa laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan kian membara.

"Tisue punya gue tadi mana hei?" Putri bertanya pada Nayla yang duduk di sebelahnya.

Nayla meraup wadah tisue yang berada di dekatnya.

Belum bisa mengatur nafasnya dengan baik, bukannya bergabung bersama teman kelas, Angga justru langsung menghampiri Putri dan Nayla yang sejak tadi menonton di pinggir lapangan.

"Makasih cantik." ucap Angga senang menerima botol air dari Putri.

Keringat Angga membasahi wajah tampannya membuat senyuman manis merekah begitu saja dari bibir Putri.

"Kenapa senyum?" tanya Angga menyadari perhatian yang Putri berikan.

"Alah gua cuman jadi nyamuk." sindir Nayla pada mereka.

"Bagus kalau sadar." sarkas Angga membuat Nayla membulatkan matanya.

"Hush... hush..." Angga mengusir Nayla.

Angga yang awalnya berjongkok sekarang mulai duduk di dekat Putri, tepatnya di samping kanan gadis itu. Sedangkan Nayla memilih masuk ke kelas daripada menjadi nyamuk diantara Angga dan Putri.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Onde histórias criam vida. Descubra agora