20 - Rufus - A Real Man

46 10 2
                                    

Rasa sakit di seluruh tubuhku ... luar biasa. Aku tidak yakin aku bisa menahan lebih dari ini. Sakit sekali.

"Sersan! Sersan, bangun! Hei, pria besar! Tetaplah bersama kami! Bantuan sudah dalam perjalanan."

"... Ming?"

"Apa?! Ah, ya? Ya, Sersan. Ini saya."

"Maaf, aku tidak bisa banyak membantu."

Wajah gadis oriental itu terlihat melunak untuk beberapa detik, matanya terlihat seperti ingin menangisiku dan mengumpatiku di saat yang bersamaan, tapi dia malah dia menggeleng kuat dan mengusap kepalaku.

"Apa yang sedang Anda bicarakan? Kita berhasil mendapatkan bukti kerja sama Constantine dengan negara musuh. Kita menang. Perang akan berakhir. Semuanya berkat keberanian Anda."

Aku ingin menggeleng dan mengatakan bahwa aku hanya diam dan menerima pukulan-pukulan itu. Yang bekerja keras adalah kalian, para Anggota Inteljen Rahasia. Ming menyebutnya 'Burung Hantu'. Apa pun itu, aku sudah tidak bisa memikirkannya lagi dengan kepala dingin. Rasanya luka di seluruh tubuhku bahkan seakan membuatku tidak sanggup bernapas lebih lama. Sepertinya aku hanya meringis kesakitan dan itu akhirnya malah membuat Ming semakin panik.

"Hei, sial! Apa dia mati?"

Suara seorang laki-laki tinggi dengan pedang panjang di belakang punggungnya. Dia memiliki wajah yang oriental juga, seperti Ming. Nama kodenya adalah Shin. Dia dijuluki Anjing Putih Bangsawan. Aku yakin, dia tahu semua orang mengolok-oloknya dengan sebutan itu karena pekerjaannya sebagai pimpinan anggota inteljen dunia yang tunduk di bawah perintah Para Bangsawan dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor yang tidak bisa dilakukan militer sepertiku. Tapi dia tidak terlihat peduli. Dia malah lebih terlihat peduli dengan tatanan rambutnya yang panjang, hitam, dikuncir rapi. Matanya abu-abu gelap dan kulitnya sangat putih. Sangat rupawan, meski aku kuyakin usia pria ini sudah lebih dari empat puluh tahun. Atau mungkin di awal lima puluhan? Berapa kali pun aku melihat Shin, bahkan aku yang seorang laki-laki yang tidak memiliki minat pada laki-laki sebagai pasangan, sangat mengagumi wibawa dan bagaimana Shin membawa dirinya.

"Hei, Greenwell, sobat," katanya saat aku menyerah untuk membuka mata. "Kau tidak boleh mati. Jangan di tempat seperti ini."

"Maaf, aku tidak berguna."

Shin melihatku, kemudian menatap Ming.

"Dia mengatakan itu juga padaku," jawab Ming sambil mengangkat bahu.

Shin kemudian menunduk untuk menatapku lagi yang terbaring di atas lantai bersama barang-barang lain yang hancur berantakan di seluruh ruangan. Mata abu-abu itu bergerak memutari wajahku lalu tersenyum sambil menepuk-nepuk wajahku tanpa ragu. Sama sekali tidak peduli saat aku mengernyit kesakitan.

"Maaf untuk mengatakan ini padamu, Pria Besar. Meskipun kau adalah tokoh utama hari ini, tapi sayangnya kau tahu kan, namamu tidak akan tertulis di sejarah?"

"Sepanjang nama kalian juga tidak tertulis, maka aku akan baik-baik saja."

Shin meringis sambil mengangguk puas.

"Dia masih memiliki akal sehatnya. Dia akan hidup. Tolong bantu aku membopongnya di atas tubuhku, Ming. Aku yang akan membawanya ke medis."

"Medis sudah datang?"

"Ketika aku sampai, mereka pasti sudah datang."

Baru seminggu aku meninggalkan Nona Benilli, rasanya sudah banyak sekali hal yang terjadi. Mayor Cobalt memanggilku kembali ke pangkalan. Beliau mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi bahwa Mario mendapatkan hubungan kerja sama dengan negara musuh atas bantuan Constantine. Salah satu alasan bagaimana seorang wanita Bangsawan kelas atas yang paling cantik, Selene Constantine, bersedia menikahi pria biasa yang—sungguh, maafkan aku, Nona yang paling kucintai di seluruh multi-universe— tidak memiliki apa pun selain kekayaan seperti seorang Mario Benilli. Pernikahan mereka adalah salah satu bentuk pengukuhan perjanjian politik dagang tersebut.

Her POV (COMPLETED)Where stories live. Discover now