21 - Gilbert - A Verse

43 9 4
                                    

"Gill? Apa kau yakin akan membiarkan ini?"

"Iya, Ibunda."

"Anakku, jika kau tidak menginginkan ini terjadi, kau hanya harus mengatakannya. Ibunda dan Ayahanda akan membuat Ophelia kembali kepadamu."

Orang tuaku pergi, mereka bilang hanya membeli makan di beberapa blok samping apartemen bobrok tempatku tinggal dulu bersama saudara-saudariku. Aku tidak terlalu mengingat bagaimana rumah itu, atau apa yang sedang terjadi saat itu. Satu-satunya hal yang kuingat dengan jelas adalah mereka tidak pernah kembali. Kakak laki-lakiku yang mengambil harta terakhir yang tersisa di rumah, mereka bilang akan kembali dengan membawa uang agar kami bisa membeli makan, tapi mereka juga sama sekali tidak pernah kembali. Lalu Gloria. Gloria bilang, dia akan menungguku untuk membawakannya makan malam, tapi dia pun pergi.

Begitu aku sadar, aku tidak memiliki apa pun selain keluarga palsu yang mempekerjakanku pagi-siang-malam, seumur hidupku, sebagai hadiah natal.

Saat aku kian dewasa, saat itulah, aku memperhatikan bahwa aku mememiliki kecenderungan aneh. Tangan ini; tanganku, mengambil benda-benda milik orang lain tanpa seizin dan sepengetahuan mereka. Aku mungkin berharap, mereka juga merasakan betapa patah hatinya kehilangan sesuatu. Merasa, seperti aku memiliki sesuatu yang berharga bagi orang lain. Sesuatu yang tidak akan pergi meninggalkanku. Sesuatu yang bisa sepenuhnya dalam kendaliku sendiri.

Saat aku memasuki ruangan ganti, tempat di mana aku banyak menghabiskan waktu untuk menyendiri saat berada di rumah, aku membuka sebuah kotak yang aku sembunyikan di bawah tempat duduk beludru. Itu adalah benda-benda miliki Ophelia. Pita kecil yang dia pakai saat aku pertama kali melihatnya ketika dia masih bayi, sampai sebelah anting berlian miliknya yang kuambil saat dia tertidur di pelukanku beberapa waktu lalu.

"Oh, Ophelia. Kenapa kau jatuh cinta pada pria lain?"

Ophelia adalah pecinta buku. Dia dulu melihatku selalu membaca buku, karena itu, dia mencontoh dan jatuh cinta pada buku. Hingga gadis itu tumbuh besar pun, dari pada melukis, menjahit, menyulam atau berolahraga di luar rumah, Ophelia paling suka membaca. Kecintaannya pada buku dan ilmu-ilmu itu membuatnya mempelajari banyak bahasa. Ibunda bilang, hanya dengan berbekal buku pelatihan bahasa, gadis yang selalu terlihat ceroboh dan bodoh itu bahkan bisa menggunakan lebih dari empat bahasa, meski logatnya sama sekali payah.

Dia pernah bilang, terima kasih telah membuatku jatuh cinta. Pada buku, tentu.

Wajahnya merona saat itu. Senyumnya terlihat canggung. Apa aku sudah pernah bilang kalau Ophelia itu terlihat seperti buku yang terbuka?

Saat gadis itu mulai tinggal bersama keluarga Meyer, dia kerap menyembunyikan buku-buku miliknya di bagian rak buku di mana di dominasi oleh buku-buku milikku. Bukan milik Ayah atau Ibunda.

Pagi tadi, aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Mengalihkan pikiranku dari kegagalan yang sudah lama tidak kurasakan. Saat mataku memindai deretan buku di rak milikku, aku teringat bagaimana Ophelia selalu menyelipkan satu atau satu seri penuh buku-buku mesumnya dengan cover buku yang tidak senonoh di antara buku non-fiksiku.

Saat aku menemukan itu, aku akan meminta seseorang untuk membawa Ophelia padaku dan aku kerap menghukumnya dengan menyuruhnya mengambil semua buku-buku itu dan memindahkannya pada raknya sendiri yang sudah kusiapkan.

Dia akan tertawa setiap melihatku memarahinya. Aku tahu dia sengaja melakukan itu karena dia tidak akan melewatkan satu cara pun demi bisa membuatku meluangkan waktu untuknya di sela kesibukanku.

Kenangan tentang gadis itu membuatku mau tak mau pergi ke rak buku miliknya. Setidaknya, aku cukup penasaran, kira-kira di antara buku-buku mesum itu, yang mana yang dibawa olehnya pergi.

Her POV (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang