• 9. Bintang Kesepian •

30 11 0
                                    

Now Playing
A Thousand Year-James Arthur

Tinggalkan jejak jika suka.
Mari menyelam pada lautan kisah, tentang dua atma yang membenci semesta.

Mita sedang mengetuk meja belajarnya, sembari mendengar lagu melalui earphone yang terpasang di telinga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mita sedang mengetuk meja belajarnya, sembari mendengar lagu melalui earphone yang terpasang di telinga. Gadis itu sedang memilih lagu yang akan ia pentaskan dalam acara terakhir classmeet besok.

"Kayaknya lagu ini kurang cocok, deh." Gadis itu bermonolog.

Kemarin kumelihatmu ....
Kau bertemu, dengannya.
Yang ... kurasa sekarang engkau masih.
Memikirkan tentangnya¹.

Lagu yang sedang menaiki posisi teratas tahun ini mengalun di telinganya. Lagu milik Armada yang berjudul 'Asalkan Kau Bahagia' itu mampu menghipnotis Mita untuk merasa sedih.

Mita menggeleng, "Terlalu galau," ucapnya, "apa pakai lagu 'Meraih Bintang'? Tapi mesti bakal pasaran, deh." Sempat terbesit pemikiran seperti itu, mengingat saat ini sedang diselenggarakan Asian Games 2018 di Jakarta, dan akhir-akhir ini lagu milik Via Vallen tersebut sedang hits dan dinyanyikan sebagai penyemangat dalam ajang perlombaan atletik yang rutin dilakukan setiap lima tahun sekali itu.

"Nyoba lagu barat, deh."

Baru saja berucap, Mita harus mengurungkan niatnya karena tiba-tiba Ibu masuk tanpa mengetuk pintu. "Mit, beli gas!" titah wsnita paruh baya tersebut.

Mita melepas earphone yang menggantung di telinganya. "Kan, ada Kak Aldino, Bu."

"Kakakmu lagi belajar. Emangnya kayak kamu? Jeda malah malas-malasan. Tiru, tuh, kakakmu. Isi waktu luang buat belajar."

Mita berdecak kesal. Apakah Ibu tidak melihat bahwa ia sedang sibuk? Ya walaupun sibuk mendengarkan lagu, sih. "Tapi, Bu ...."

Belum selesai mengatakan kalimatnya, Ibu menyela, "Njawab terus. Udah jam tujuh lewar, bentar lagi tutup. Cepet!"

"Aku juga lagi belajar, Bu."

"Halah, belajar dari mana? Ibu denger dari tadi kamu cuman nyanyi-nyanyi nggak jelas. Kayak suaramu bagus aja."

Mita terdiam. Tubuhnya langsung kaku disertai hati yang seolah tertusuk oleh sejuta panah tajam. Sesak di dada membuat luka dalam mencuat hingga mengirim sinyal pada mata untuk bersiap menjatuhkan bulir air mata.

Ibu menyerahkan selembar uang bernominalkan lima puluh ribu rupiah pada Mita. "Ini uangnya, besok pagi nggak bisa masak sarapan kalau nggak ada gas."

Agmission Where stories live. Discover now