• 30. Hari Aku Tidak Mencintaimu Lagi •

32 7 1
                                    

Now Playing
Taylor Swift-Last Kiss

Selamat datang kembali dalam kerelaan yang harus ada, demi kebahagiaan semuanya.

"Gil ... terima kasih karena telah mencintaiku. Banggaku adalah dicintai oleh orang hebat sepertimu."
-Mita Alesha Putri-






Tahlilan adalah tradisi Islam yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Tradisi tahlilan biasanya dilakukan pada malam pertama setelah seseorang meninggal dunia dan pada malam-malam tertentu setelah itu, seperti pada hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah kematian. Biasa disebut dengan istilah mitung ndino, matangpuluh, nyatus, dan nyewu.

Pada hari ke-100 setelah kematian, tahlilan kembali dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir dan untuk mengenang almarhum. Pada hari ini, keluarga biasanya mengumpulkan orang-orang yang terkait dengan almarhum untuk melakukan tahlilan bersama-sama.

Satu kelas XI IPS 2 sedang berdoa bersama, memanjatkan doa dan pengharapan agar Agil bisa ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan. Acara berlangsung lancar, walaupun Mita mencoba tetap tegar ketika bayang-bayang memorinya terputar mengingat sang kekasih.

Seusai acara berlangsung, Sagara merebahkan dirinya hingga menjadi fokus utama orang-orang.

Lena yang melihat tingkah Sagara menendang lelaki tersebut hingga sang empu mengaduh kesakitan. "Minimal kalo di rumah orang lain lo yang sopan, ya, bego!"

Sagara berkacak pinggang menirukan gaya Lena. "Iya, bego. Kalau di rumah orang mulutnya dijaga, pea."

"Di rumah orang itu diem, jangan kebanyakan tingkah." Mita berujar demikian membuat Lena dan Sagara terpisah saling memunggungi.

Mita menghela napas, ia tak sabar bertemu kerabat Agil, terlebih sang ayah untuk mengucapkan bela sungkawa. Ia begiru jahat, membiarkan Agil singgah bersamanya selama seratus hari terakhir. Seharusnya, ia segera melepas dan merelakan, seperti kata Agil untuk tidak menggenggam terlalu erat atau kita akan turut jatuh bersamanya.

Seorang pria tua berbadan tinggi besar, memiliki rupa persis ssperti Agil ia tatap lekat-lekat. Mita mendekat bersama teman-temannya yang lain.

Pria tersebut menengok, kemudian menyalami mereka semua. "Ini temen-temennya Agil, ya?"

Semua kompak mengangguk.

Pria yang tak lain adalah ayah dari Agil itu mengulas senyum tipis. "Ternyata, anak saya punya teman-teman yang baik." Suaranya bergetar, tubub besar itu tak sekuat kelihatannya.

Mita mendekati ayah Agil. "Permisi, Om."

Sang empu merotasikan pandangan, mengusap air mata. "Iya, ada apa?"

"Perkenalkan, saya Mita perwakilan dari kelas XI IPS 2. Kami di sini mengucapkan ...." Napas Mita tersendat, jalur pernapasannya terbakar. Ia tidak tahu harus apa, sesak menyiksa napas. "... kami berbela sungkawa atas kepergian teman kami."

Agmission Where stories live. Discover now