• 22. Orang Yang Pergi Jauh •

22 7 0
                                    

Now Playing
Raissa Anggiani-Losing Us

Inilah kisah ketika yang dekat harus menjauh, untuk selamanya ....

Inilah kisah ketika yang dekat harus menjauh, untuk selamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kembali, kumohon kembalilah. Aku tak akan mampu hidup tanpamu."
-Mita Alesha Putri-







Suasana rumah sakit yang ramai dengan semerbak bau alkohol yang menyengat di indra penciuman. Mita kini perlahan sadar, tetapi entah mengapa hatinya seketika langsung remuk dan lara. Ia melihat teman-temannya sedang menangis di ruang tunggu, beberapa sudah keluar dan sama, semuanya menangis. Mita mengerjap, ia mencoba berdiri walaupun kepalanya berdenyut nyeri. Ia mendekati Lena yang duduk sembari melamun, tatapannya kosong, sama sekali tidak ada sorot harapan, sama sekali bukan seperti Lena.

"Len, A-Agil gimana?"

Ketika berkedip, setetes air mata Lena luruh membasahi pipi. Ia menoleh ke Mita, kemudian mendekap kencang temannya itu. "Maaf, Maaf, Mit."

Mita masih berusaha mencerna, jantungnya berdegup lebih kencang. "Kenapa?" Keringat dingin mulai membasahi dahi, tangannya gemetaran dengan perasaan yang tidak keruan.

Satu kalimat singkat yang seketika menghancurkan hidup Mita. Lena menjawab, "Agil ... berpulang, Mit."

Mita menganga lebar. Hancur! Perasaaannya telah lebur dengan air mata yang langsung terjun dari pelupuk. Gadis itu menutup mulut yang menganga histeris, menangis sejadi-jadinya hingga menjadi fokus orang-orang. Lena lekas membawa Mita pergi dan menenangkannya, tetapi dalam dua langkah yang tertapak Mita kembali pingsan.

Bumi benar-benar berduka atas kepergian Agil. Senja yang indah menjadi penutup kisah kehidupan lelaki itu. Semua orang akan selalu mengingat segalanya tentangnya, bagaimana senyum teduh yang menghangatkan orang-orang, bagaimana caranya bersikap dan berbicara, juga kepada setiap hal yang tercuil di memori kenangan mereka

Kak Aldino dan Ibu menghampiri Mita yang pingsan. Ibu begitu panik dan kalut, ia menggoyangkan bahu Mita dan memeluknya. Ia bersyukur bahwa Mita masih berada di sisinya.

Kak Aldino mendekati Lena. "Hei, kamu temennya Mita, ya?"

Penuh derai air mata, Lena mengangguk.

"Kronologinya gimana?"

Lena menahan isak tangisnya, apa pun yang terjadi ia harus kuat. "Kemenangan Mita dan Agil, mmenjadi juara satu audisi."

Ibu yang mendengar hal itu membulatkan mata tak percaya.

Lena melanjutkan, "Aku tidak tau pasti, tapi kata pihak kepolisian dan kesaksian warga setempat, Agil tewas ditabrak mobil sedan putih, tangannya menggenggam erat buket mawar yang ternyata ...," Lena menahan tangis dan mencoba melanjutkan, "itu hadiah buat Mita."

Ibu turut meluruhkan tangis. Ia ingat, lelaki itu adalah anak yang meminta izin Mita untuk ke pasar malam. Jika hanya teman, bagaimana mereka bisa sedekat ini? "Din, bawa adikmu. Em ... Nak Lena, orang tua Agil sudah diberi kabar?"

Agmission Where stories live. Discover now