• 27. Arti Rumah Yang Sebenarnya •

19 7 0
                                    

Now Playing
Nadin Amizah-Semua Aku Dirayakan

Selamat menikmati

Selamat menikmati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





M

ata Mita membelalak. Jantungnya mencelos, air matanya turun tidak bisa terkontrol.

Wanita paruh baya yang tadi mencerca Mita menjadi luluh dan ikut menangis bersamanya. Ia mendekat, lantas mendekap erat anaknya seraya menangis dalam pelukan itu. Ia hanya menggumamkan kata bahwa ia menyayangi Mita.

Hal itu membuat Mita melemas, tubuhnya melemas, pusing benar-benar mengacaukan semuanya. Tubuhnya sudah hancur bersama raganya.

Ibu dengan sigap menahan Mita, dibantu dengan Ayah dan Kak Aldino, mereka mengistirahatkan Mita.

"Ibu ... Mita pusing."

Ibu tak kuasa menahan tangisnya. Ah, anaknya sudah bisa mengeluh padanya. Ibu mengecup lembut kening gadis itu. "Kalau dicium pasti sembuh, ya?"

Mita merasakan sdsuatu yang berhamburan di dada. Ia tidak bisa menahan tangisnya, kembali mrnangis dan memeluk erat wanita paruh baya itu. "Ibu," panggil gadis itu meraung-raung.

"Iya, Ibu di sini." Wanita paruh baya dengan daster batik itu mengusap punggung Mita. Suara yang terdengar tak sekuat tubuh yang bergetar hebat untuk menunjukkan bahwa dirinya kuat.

"Ini Ibu, 'kan? Mita kangen Ibu yang kayak gini!"

Ucapan itu seolah memghunus jantung sang ibu, serindu itu, ya? Selelah itu? Nyatanya, ia baru sadar bahwa dirinya jarang memerhatikan anak gadisnya lagi. Lihat, gadis itu terasa lebih ringan dan mudah untuk direngkuh, tubuhnya rapuh untuk sekadar disentuh. "Maaf, maaf, sayang. Ibu nggak pernah ada buat Mita."

Mita melonggarkan pelukan, ia masih merasa begitu pusing. Ibu menggenggam tangan Mita, dan sang empu mengaduh kesakitan.

"Bentar." Ibu hendak beranjak pergi.

Mita menahan pergelangan sang Ibu. "Mau ke mana?"

Ibu lekas tersenyum. "Kita obatin lukanya sama-sama, ya?"

Mita melonggarkan genggamannya, Ibu lantas keluar dan diikuti Kak Aldino dan Ayah.

Di luar kamar Mita, Ibu sudah tidak tahu lagi harus apa. Wanita itu kimbung dan ditahan oleh dua laki-laki yang menjaganya.

"Aku nggak tau, Mita harus menjalani hidup kayak gitu ... gara-gara aku." Ibu berujar penuh dengan penyesalan.

Kak Aldino menggeleng. "Enggak, Bu. Ini salah Dino."

Ayah menggeleng. "Kita keluarga, kita kurang berkonunikasi. Kita senua salah di sini." Suara berat itu membuat ketiganya menunduk dalam.

Ibu memantapkan tegaknya. "Aku adalah seorang Ibu. Ibu nggak bakal biarin anaknya terluka, aku nggak bakal bikin Mita terasa dikekang. Mita perlu disembuhin."

Agmission Where stories live. Discover now